Hari Sabtu di rumah keluarga Arsalan, Julio tidak membuat keributan. Setelah sarapan, Taliya dan Julio bermain kata dengan Ali.
Di atas karpet yang sama, Ali duduk bersama dengan orangtuanya. Banyak kartu bergambar buah-buahan dan jenis lainnya. Ali sudah berusia enam bulan, dan ini waktu yang tepat untuk mengasah kemampuan otak si kecil.
"Ini Didi." Taliya menunjuk ke arah Julio. "Ini Bunda," ujarnya dengan menunjuk diri sendiri.
Hal tersebut terus diulang beberapa kali hingga menurut Taliya, Ali bisa membedakan mana ayah dan ibunya.
"Jadi, ini siapa?" tanya Taliya menunjuk ke arah Julio.
"Didi!"
Taliya tersenyum senang mendengar jawaban cerita tersebut. "Kalau ini, siapa?" ia menunjuk dirinya sendiri.
"Bubu!"
Senyum senang Taliya berubah menjadi senyuman datar. "Bunda, sayang. Bunda. Ayo bilang, 'Bunda'."
"Bubu," balas Ali dengan acuh dan mulai terdistraksi dengan hal lain.
Julio tertawa senang dan mengambil Ali ke dalam gendongannya. "Siapa yang lagi gendong kamu?"
"Didi!" Ali kemudian tertawa riang setelah menjawab. Anak dan Ayah tersebut bercanda gurau tanpa ingat ada sang ibu di sana.
"Kalau ini, siapa?" tanya Julio dengan semangat dan menunjuk ke arah Taliya.
"Bubu!" jawab Ali dengan semangat dan kembali tertawa riang karena sang ayah yang tertawa senang.
Taliya menghela napas pelan. Memutuskan untuk menyerah sesaat akan panggilan 'Bunda'. Mungkin nanti ketika Ali sudah mulai lancar berbicara, Taliya akan mendapatkan panggilan 'Bunda' untuk dirinya.
.
.
.Cecilia melihat seorang perempuan yang baru saja ke luar dari taksi di depan rumah Marga dan Hedia. Senyum sopan mampir di wajahnya saat mereka bertatapan.
"Nyari siapa?" tanya Cecilia dengan ramah.
"Oh, aku mau ke rumah sahabat aku. Ini rumahnya," jawab si perempuan dengan ramah seraya menunjuk rumah Marga dan Hedia.
Cecilia mengangguk semangat. "Aku juga mau ke rumah Mbak Hedia. Ayo, ayo, kita masuk."
Si perempuan menatap bingung Cecilia yang langsung memimpin jalan. Mau tidak mau, perempuan itu mengikuti Cecilia yang sudah dekat dengan pintu rumah Hedia.
"Ayo masuk," ajak Cecilia yang menahan pintu rumah agar si perempuan bisa masuk ke dalam.
"Mbak, ini Cece!" teriak Cecilia yang kembali memimpin jalan memasuki rumah Hedia.
"Dapur, Ce!"
Perempuan itu agak bingung sebenarnya. Namun ia tetap mengikuti Cecilia hingga ke dapur.
"Mbak, ada sahabat Mbak dateng," ujar Cecilia saat sudah di dapur dan Hedia yang sibuk membungkus makanan.
Hedia mendongak dan tersenyum lebar saat melihat perempuan di belakang Cecilia. Ia segera meninggalkan kegiatannya untuk menyambut sang sahabat.
"Nita!!!" Hedia memeluk temannya dengan erat yang dibalas sama eratnya oleh sang sahabat. "Kangen banget sumpah. Udah lama kita gak main."
"Iya, nih. Maaf, ya. Orang sibuk," balas sang sahabat yang kemudian melepaskan pelukan mereka.
Hedia berdecak dan menatap sinis temannya sebelum menatap ke arah Cecilia. "Ini temen aku, Ce. Namanya Jenita. Tapi dia dipanggil Nita. Dia mau nemenin aku di rumah selama Mas Marga di luar kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Rengganis [On Hold]
HumorSeason 2 dari Desperate Housewives Hanya sebuah cerita dari setiap keluarga di komplek Rengganis.