"Mas Tama." Mirna mengguncang tubuh Pratama yang masih terlelap dalam tidurnya. Wajar, sekarang pukul 02.00 dini hari, dan Pratama biasanya bakun jam 04.30 subuh untuk memulai harinya.
"Mas," panggil Mirna dengan sebuah rintihan kesakitan. Sebelah tangannya pun mengusap perut bagian bawahnya agar tidak sakit.
Pratama membuka sebelah matanya untuk menatap sang istri. "Kenapa?"
"Perut aku sakit banget, Mas."
Pratama bangun dari tidurnya dan mengambil sebuah alat USG portable yang berada di laci meja rias. Ia pun kembali ke atas kasur dan menyingkap baju sang istri.
Dengan perlahan ia menempelkan alat USG tersebut ke bagian perut Mirna yang sakit. Matanya menatap layar di atas kasur dengan serius. "Kamu gak usah panik, kita ke rumah sakit sekarang. Gak usah mikir aneh-aneh," ujarnya dengan tenang.
Pratama segera menyiapkan dirinya. Ia memasukkan ponsel miliknya dan milik Mirna ke dalam tas selempang. Tidak lupa dompetnya juga. Setelah yakin tidak ada hal penting tertinggal, Pratama menggendong Mirna untuk memasuki mobil.
"Anna gimana?" Mirna mengambil kunci mobil yang tergantung di dekat pintu menuju garasi.
"Nanti aku telpon junior aku buat jaga di depan rumah," jawab Pratama yang kemudian memasukkan Mirna ke dalam mobil.
"Kamu jangan mikir aneh-aneh, ya. Tenangin diri kamu, yakinin semuanya bakal baik-baik aja. Bisa?"
Ucapan tenang sang suami membuat Mirna menganggukkan kepalanya, memilih untuk tenang dan menenangkan diri.
Kini mobil yang dikendarai oleh Pratama berhenti di pos satpam sebelum ke luar dari komplek karena sebuah portal yang menghalangi jalan mereka.
"Malam, Pak Pratama. Mau ke mana malem gini?" tanya Pak Satpam ke Pratama yang membuka jendela mobil.
"Mirna harus ke rumah sakit." Pratama menunjukkan ponselnya yang menunjukkan foto seseorang. "Nanti orang ini dateng buat jaga depan rumah saya, ya, Pak. Anna sendirian di rumah soalnya."
"Siap, Pak. Hati-hati di jalan, jangan terlalu panik."
"Terima kasih, Pak."
.
.
."Eh, Mbak Mirna di rumah sakit, bukan?" Taliya menghampiri Telma yang sedang bermain dengan Jay di pekarangan depan rumah. Ada Ali di gendongannya untuk berjemur di pagi hari.
"Gua baca di grup sih gitu."
"Taliya, Telma, kalian baca grup, gak?" Kanaya membuka gerbang pemisah rumahnya dengan rumah Telma untuk menghampiri tetangganya. Ada Hayu di dalam gendongan Kanaya.
"Baca, Mbak," jawab Taliya dan Telma bersamaan.
"Kalian kapan mau ke rumah sakitnya?" Kanaya mendudukkan diri bersama dengan Taliya dan Telma di atas rumput pekarangan rumah Telma.
"Belum tau sih, Mbak," jawab Telma. "Aku kan harus ngawasin belakang rumah dulu. Aku harus tanya Johnson juga udah gitu."
"Aku bisa aja sih. Paling mandiin Ali dulu baru pergi."
"Si Ali belum mandi?" Telma menatap aneh ke arah Taliya. "Dimana-mana mandi dulu, baru berjemur."
"Kalau mandi dulu baru berjemur, nanti bau matahari. Terus Ali kalau nyusu suka gampang muntah. Jadi mending berjemur dulu, baru mandi."
Kanaya terkekeh melihat interaksi teman di hadapannya. "Nanti kamu pergi sama aku aja, Ya. Hedia udah pergi duluan, sekalian Marga berangkat kerja katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Rengganis [On Hold]
HumorSeason 2 dari Desperate Housewives Hanya sebuah cerita dari setiap keluarga di komplek Rengganis.