"Cie besanan," goda Kanaya saat melihat Mirna dan Winnie berjalan bersama memasuki ruang bersantai belakang rumah keluarga Kim.
Winnie menyandarkan kepalanya pada pundak Mirna untuk sesaat mendengar godaan tersebut. "Doain Haka serius ke Anna, ya."
"Nanti aja seriusnya. Anna harus kuliah dulu, Haka juga harus punya kerja sebelum lamar Anna," jawab Mirna dengan santai.
"Wajib lah itu," balas Winnie yang kemudian mendudukkan diri di atas karpet bersama dengan Mirna.
"Kalau Yuki gimana tuh?" tanya Jihan penasaran.
"Paling sama Marga," jawab Winnie dengan santai.
"Mbak," sela Hedia tidak terima.
Winnie terkekeh. "Maksudnya seneng belajar sama Marga," ujarnya yang kemudian terkekeh. "Gak ada aku liat tanda-tanda dia bakal punya pacar. Fokus belajar banget."
"Mbak aku mohon banget jangan asal ngomong kaya tadi," ujar Hedia dengan serius. "Di rumah sakit tuh ternyata banyak dokter spesialis yang selingkuh sama mahasiswa kedokteran atau anak residen. Aku agak takut."
Winnie terlihat terkejut dan kemudian menganggukkan kepalanya mengerti. "Maaf, maaf. Aku bakal ingetin Yuki supaya jaga perasaan dia biar gak jadi pelakor dokter siapapun."
"Serius itu di rumah sakit banyak yang kaya gitu?" tanya Taliya penasaran.
Hedia mengangguk. "Aku pernah berantem sama Mas Marga karena ovt mikir Mas Marga bakal selingkuh sama muridnya."
"Wah, lingkungan kerja di manapun itu serem, ya. Pasti ada aja yang jadi pelakor," komentar Telma dengan gelengan kepala heran.
"Eh, adeknya Mbak Taliya jadi residen di rumah sakit keluarga Aji, gak?" tanya Cece mengganti topik pembicaraan.
Taliya menggelengkan kepalanya. "Udah ditarik Marga duluan. Makasih tawarannya, ya, Ce."
"Oh, Soleil di rumah sakit yang mana, Mbak? SM atau Soetomo?" tanya Hedia.
"Soetomo. Rumah sakit itu yang punya keluarga Marga, kan?"
Hedia mengangguk. "Aku cuman bisa semangatin adeknya Mbak aja deh. Mas Marga kalau bersangkutan sama pasien galak banget soalnya. Aura ramahnya gak ada sama sekali."
"Aku gak bisa bayangin Marga jadi galak," ujar Kanaya.
"Iya, ya. Marga anaknya kaya gak bisa galak," ujar Winnie.
"Ih, serem, Mbak," timpal Jenita.
Semua mata kemudian menatap ke arah Jenita mendengar hal tersebut. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan tetangga sekaligus sahabat Hedia itu.
"Kaya gimana? Spill dong," ujar Cecilia.
"Dia bukan tipikal yang bentak-bentak atau ngomong kasar sih. Tapi aura dan tatapan matanya itu lho, bener-bener bikin nunduk terus," ujar Jenita.
Hedia terkekeh dan menganggukkan kepalanya. "Betul. Mas Marga kalau marah gak pernah naikin suara dan ngomong kasar. Main tangan juga nggak. Ngomongnya biasa aja, datar. Tapi tatapan matanya itu, langsung bikin aku mau sujud minta maaf."
"Udah, nurut aja apa kata suami, ya, Hedia. Udah bagus dia gak nahan kamu lagi setelah dari rumah Cece," ujar Kanaya.
"Iya, Mbak," ujar Hedia dengan pasrah.
Setelahnya, para pelayan di rumah Kanaya mengantarkan nampan yang diatasnya terdapat ramen dengan berbagai jenis kuah sesuai dengan keinginan ibu-ibu komplek. Semua tampak senang melihat makanan yang datang. Tidak sabar untuk menyantap makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Rengganis [On Hold]
HumorSeason 2 dari Desperate Housewives Hanya sebuah cerita dari setiap keluarga di komplek Rengganis.