20

670 104 133
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

"Jo, aku ke rumah Taliya dulu, ya. Jay lagi tidur sih, tapi baby monitor udah aku nyalain kok. Jadi kamu bisa sambil kerja." Telma meletakkan baby monitor di atas meja kerja Johnson. 

"Oke. Hati-hati."

Telma terkekeh sesaat dan berjalan ke luar dari rumah dengan menenteng tas di tangannya. 

"Hedia!" 

Hedia menoleh ke belakang di mana Telma memanggilnya. Ia tersenyum senang saat Telma menghampiri dengan sebuah tas di tangannya. 

"Kamu mau ke rumah Taliya?" Telma melingkarkan tangannya pada tangan Hedia. 

"Iya, Mbak. Mau balikin tas. Kemarin aku pinjem tas kecil gitu buat ke kondangan," ujar Hedia yang menunjukkan tas di tangannya. 

Keduanya pun kemudian berjalan menuju rumah Taliya. 

"Aku juga balikin tas. Kemarin aku pinjem tas Prada-nya Julio. Soalnya Johnson gak bolehin aku beli tas dulu. Alesannya masih renovasi belakang rumah. Padahal dia tuh uangnya banyak, tapi kadang suka pelit sama aku."

Telma membuka pintu rumah Taliya dan mengajak Hedia masuk. "Kamu tau kan, walaupun Julio sengklek, dia punya selera fashion yang bagus," ujarnya yang kemudian menutup pintu. 

Sesuai pesan, Telma mengajak Hedia untuk berjalan menuju dapur. 

"Kalau aku kebalikannya. Mas Marga justru nyuruh aku buat boros. Tapi akunya yang gak enak. Makanya aku pinjem tas punya Mbak Taliya," cerita Hedia yang kemudian terkekeh. 

Mereka kemudian diam, tidak ada cerita lagi. Karena sebentar lagi mereka akan tiba di dapur. 

Tepat saat di ambang dapur, Telma dan Hedia menjerit. Tangan Telma pun segera terangkat menutup mata Hedia agar tidak menjadi trauma untuk perempuan itu.

.
.
.

Julio bersiul saat memasuki dapur. Melihat istrinya yang sedang memasak kue memberikan pandangan sendiri untuk Julio. Apalagi dengan keringat di kening Taliya itu semakin menambah kesan seksi di mata Julio. 

Taliya menoleh ke arah Julio yang menghampirinya dengan beberapa siulan menggoda. "Ali udah tidur siang, Li."

"Oke. Makasih, ya. Kamu kalau mau tidur juga, tidur aja. Aku mau nyelesaiin kue dulu. Jadi besok bisa kamu bawa buat cemilan di kantor." 

Julio melingkarkan tangannya di pinggang Taliya, memeluk sang istri dari belakang. "Kamu apa gak kangen sama aku, Li?"

"Kangen apa nih?" balas Taliya dengan jenaka. 

"Udah sebulan, Li. Kamu kemaren-kemaren kan sibuk ngurus nikahannya Mbak Mirna."

Taliya membalikkan badannya dan segera mencium Julio. Sang suami pun segera mengangkat sang istri ke meja makan. 

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang