Karni

312 53 24
                                    

"Tante Hedia." Hayu naik ke atas pangkuan Hedia yang sedang duduk di taman bersama dengan ibu-ibu komplek lainnya. 

Pagi ini, Ali, Cantik, Hayu, dan Ririn sedang bermain di taman komplek bersama ibu-ibu komplek lainnya, kecuali Jihan yang masih mengurus keperluan untuk kepindahan Bisma. 

"Ayo main sama kami," rengek Hayu yang bergelayut manja pada Hedia. 

Kanaya mengambil alih Hayu agar duduk di pangkuannya. "Mainnya gak sama Tante Hedia dulu, ya.  Tante Hedia agak gak enak badan, sayang"

"Adik pasti jahat ke Tante, ya?" Hayu menyatukan alisnya tidak suka. 

Hedia terkekeh. "Adik baik, kok. Tante Hedia kemarin kehujanan, jadi agak gak enak badan."

"Tante Hedia jangan hujan-hujanan lagi."

"Iya, nggak," balas Hedia yang kemudian tersenyum lembut.

"Tante Hedia!" 

Hedia menoleh ke arah Bisma yang berlari ke arahnya. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. 

"Tante Hedia, adik bayi bikin Tante Hedia repot gak hari ini?"

Hedia terkekeh dan mengusak puncak kepala Bisma yang duduk di hadapannya. "Adik bayi baik-baik aja, sayang."

Bisma tersenyum dan menyerahkan kantung kertas kepada Hedia. "Ini vitamin untuk Tante Hedia. Vitamin ini baik untuk menguatkan rahim Tante Hedia biar adik baik-baik aja. Tante Hedia pernah kehilangan adik bayi, kan? Menurut penelitian, kehamilan setelah keguguran bisa lebih rawan. Jadi aku beliin ini buat Tante Hedia."

Mata Hedia berair mendengarkan perkataan Bisma. Ibu-ibu yang lain juga tersentuh dengan perkataan Bisma. 

"Abang tau dari mana Tante Hedia pernah kehilangan adik bayi?" tanya Winnie penasaran. Tangannya mengusap puncak kepala Bisma. 

"Abang pernah denger obrolan Bunda sama ibu-ibu semua," jawab Bisma dengan santai.

Hedia menerima kantung kertas dari Bisma. "Terima kasih banyak, ya, Abang. Nanti Tante Hedia minum."

"Tante Hedia sehat-sehat, ya. Biar adik bayi yang ini bisa lahir."

.
.
.

"Ali," panggil Taliya ke seluruh penjuru rumah. 

Sudah mau jam enam sore, dan Ali tidak berada di dalam rumah. Sudah tidak anak kecil yang bermain di rumah tetangga maupun di taman komplek. Semua sudah kembali ke rumah masing-masing. Taliya ingat dengan jelas jika is menggenggam tangan Ali untuk kembali ke rumah. 

Seluruh ruangan sudah Taliya cari, tetapi Ali tidak tahu bersembunyi di mana. 

"Ini kalau dia ngumpet di gudang ngikutin bapaknya awas aja," monolog Taliya yang kemudian berjalan menuju belakang rumah. 

"Didi pulang!"

Taliya menghela napas lega dan berjalan ke arah pintu masuk rumah. Ia tersenyum dan menyapa Julio yang baru memasuki rumah. 

"Kamu kesusahan rawat Ali hari ini?" Pertanyaan setiap harinya begitu Julio pulang bekerja. 

"Seharian tadi sih gampang. Cuman tiba-tiba hilang, gak tau ke mana. Ini mau cari ke belakang rumah."

"Aku aja," balas Julio. "Maaf, ya, Li."

Mungkin orang-orang berpikir jika Julio itu kekanakan dan tidak bisa menjadi dewasa. Namun pada kenyataannya, Julio itu selalu bisa menjadi andalan Taliya. Lelaki itu selalu meminta maaf jika Ali berkelakuan yang menyulitkan Taliya. Julio akan meminta maaf entah di akhir hari atau di awal hari sebelum beraktivitas. 

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang