BLaW 48

95 13 2
                                    


Amanda mengarakan kursi rodanya ke kamar.
Kemudian berhenti tepat di hadapan cermin besar yang menunjukan seluruh badannya dari atas sampai bawah.

Lama dia termenung menatap dirinya di pantulan cermin, kemudian tak sadar air matanya menetes, namun dengan segera dia mengusapnya cepat.

"Pantes aja Zelda sama Sandra nyuruh aku makan banyak, ternyata perubahan badan aku nggak main-main"
Kemudian cewek itu menunduk dan menangis diam.

•••••

"Tante" sapa seseorang malam ini sambil membawa buah tangan.
Sosok cowok manis dengan perawakan sedikit tinggi itu malam ini datang kerumah Amanda untuk menjenguk cewek yang sudah lama tidak ia lihat.

"Kamu siapa?" Tanya Hans.

"Kenalin om, Tante, saya Rio"

Hans dan Tanti mendekati cowok tersebut dengan tatapan bingung, pasalnya mereka seperti tidak asing dengan wajah Rio.

"Saya pernah datang kerumah sakit waktu itu"

Ekspresi Tanti akhirnya berubah menjadi tersenyum, seperti baru ingat siapa Rio, Tanti pernah melihatnya satu kali di rumah sakit, kalo tidak salah.

"Kamu temen Amanda ya? Masuk-masuk dia lagi di kamarnya, biar saya panggilin dulu ya" ucap wanita paruh baya tersebut sambil mempersilahkan Rio duduk.

Sedangkan Hans masih terus mengamati wajah Rio dari kejauhan.

Tanti berjalan ke arah kamar anaknya, di ketuknya pintu kamar tersebut sambil memanggilnya pelan.

"Amanda"

Tok!
Tok!

"Ada temen kamu nih, mau njenguk kamu"

Tok!
Tok!

"Siapa?" Jawab Amanda sambil bangkit dari duduknya dan pelan-pelan memindahkan tubuhnya sendiri ke kursi Roda.
Sebenarnya kaki Amanda mulai sedikit membaik, jadi dia bisa menompang tubuhya sedikit demi sedikit, walaupun hanya sekedar berpindah tempat.

"Namanya Rio"

Deg!

Seketika tubuhnya yang hampir terduduk di kursi roda mulai melemas tak berdaya, ketika mendengar Ibunya menyebut nama tersebut.

Pikirannya mulai berkecamuk mengingat masa lalu.
Cewek itu hanya terdiam di tempat, tenaganya tiba-tiba seperti hilang, jantungnya pun seperti berhenti berdetak.

"Ibu siapin minuman dulu, kamu kedepan dulu ya, dia udah nungguin" lantas di balik pintu kamarnya, Tanti pun berjalan menuju dapur.

Hingga tak lama Hans pun datang ke kamar sang putrinya.
Dari kejauhan Hans bisa melihat, bahwa Amanda tengah terdiam tak bergerak, seperti ada yang dia pikirkan.
Menyadari hal itu Hans pun menebak bahwa putrinya dengan tamu yang datang pasti memiliki hubungan dulunya.

Pria paruh baya tersebut berjalan pelan menuju kursi roda, lalu berjongkok di hadapan putrinya.

"Kakak" panggilnya lembut.

Amanda pun menoleh menatap Hans dengan mata kosong.

"Mau keluar apa enggak?" Tanyanya sambil mengelus kepala Amanda.

Amanda terdiam sejenak sambil terus menatap Hans yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Nggak papa, kalo emang kalian dulunya ada masalah, lebih baik kalian ketemu, biar di lurusin masalahnya, ya? Kan kamu sudah besar, harus belajar ngadepin masalah, bukan malah menghindar" jelas Hans.

"Tapi__kalo emang kamu nggak bisa sekarang nggak papa, lain kali aja, nanti Ayah bilangin ke temen mu, takutnya nanti kamu malah jadi kepikiran kalo ketemu sekarang, keadaan kamu kan belum sepenuhnya membaik" setelah mengucapkan kalimat tersebut Hans bangkit ingin meninggalkan sang Putri, namun Amanda mencekal lengan Hans.

Sim Salabim{ between love and weight 70kg} COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang