BLaW 07

150 22 0
                                    

Mohon pengertian untuk semua pembaca agar meninggalkan jejak disetiap part.
Maaf kalo banyak typo melanda:v
Salam dari Author.

______________________________________








"Lo suka kan sama Langit?" Keduanya tengah duduk dikelas saat jam istirahat telah tiba, namun sesuatu yang membuat Amanda terkejut adalah pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Zelda.

Amanda langsung menatap mata Zelda gugup,"a_aku? Heheheh nggak mungkin lah aku suka sama Kak Langit" ucap Amanda dengan kekehnya dan membuang muka kearah lain.

Amanda baru paham sekarang, ternyata Zelda menyuruhnya agar pergi kekanting belakangan dengannya karena ingin menanyakan hal ini?

"Lo itu nggak pandai buat bohong dari gue" ucap Zelda.
Amanda memejamkan matanya sambil menelan salavinanya sendiri.

Zelda menepuk bahu Amanda pelan.
"Kalo suka tinggal bilang suka kali, gue juga bisa kok bantu lo buat deket sama dia!" ucapnya lagi.
Amanda melotot dan kembali menatap Zelda.
"Eh, mana mungkin? Kak Langit kan lagi deket sama Sandra, lagian kalo nggak deketpun mana mungkin Kak Langit bakal suka sama aku" ucapnya sambil menundukan kepala.

"Nda, Sandra itu__

"Zelda Amanda!!" Teriakan dari ambang pintu kelas mengejutkan keduanya dan menoleh secara bersamaan.

"Sandra" desis Amanda pelan, wajahnya khawatir bercampur takut. Apakah mungkin Sandra mendengar semuanya? Amanda berharap, tidak.

"Gue bawain makanan buat kalian. Soalnya lo lo pada ditunggu nggak dateng dateng, yaudah gue beliin ini" Sandra meletakan kantong plastik yang ia bawa diatas meja.

Sedangkan Amanda dan Zelda malah melemparkan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Ahh iya iya! Makasih ya San, nih gue ganti uangnya" ucap Amanda mencoba bersikap biasa, lagian sepertinya Sandra tidak mendengar semuanya.

"Eh, nggak usah! Ini gue traktir!" Ucapnya sambil tersenyum dan menghentikan gerakan tangan Amanda yang sebentar lagi berhasil mengeluarkan uang saku miliknya.

"Waahh! Beneran? Makasih ya!"

Sandra mengangguk anggukan kepala membalas ucapan Amanda tadi.

"Da, ayo makan" celetuk Amanda kepada Zelda dan hanya dibalas anggukan oleh cewek itu.

●●●●●

"Aneh, mau dibantu biar deket malah nolak" batin Zelda sambil terus berjalan dan menatap lurus kedepan bersama Sandra.

"Perasaan kalo emang beneran suka bakal nerima saran, lah ini?" Cewek  itu menggeleng gelengkan kepalanya, membuat Sandra yang disebelahnya menatap bingung.

"Kenapa lo njir?" Suara Sandra berhasil memecah keheningan dan membuyarkan lamunan Zelda.

Cewek itu menoleh kearah Sandra, sempat diam sesaat, namun detik selanjutnya di membuka suara.

"Eh si Amanda kan lagi suka sama cowok, terus gue itu menawarkan diri buat mbantu dia, lah malah ditolak! Jarang jarang loh ada yang nolak bantuan gue, bahkan lo aja sampe ngemis ngemis buat deket sama tu cowok!" Ucap Zelda tanpa memberi jeda disana.

"Bentar bentar, si Amanda bisa ngebucin juga ternyata?" Tanya Sandra keheranan.

"Eh bego, dia juga manusia ya bisa bisa aja lah, aneh aneh aja kalo ngomong!" Serka Zelda.
Kemudian tawa keduanya pecah saat itu juga, entah apa yang mereka tawakan, namun fakta itu membuatnya ingin tertawa, bukan maksud mengejek hanya lucu saja.

Lain sisi, kini berganti dengan tiga cowok tampan yang tengah makan disebuah Caffe  tidak terlalu besar itu.
Terlihat bahwa ada sedikit perdebatan diantara mereka.

"Gue heran aja gitu, kenapa si Sandra sama Zelda mau maunya aja temenan sama si jelek itu!" Geram Adit.

"Iya sihh, tapi Amanda orangnya baik juga. Jadi nyesel pernah ngebentak dia waktu pertama ketemu" balas Matteo dan terkekeh di akhir kalimat.

"Gila aja, sekarang temen gue sendiri jadi pafa baik sama dia. Cihh! Nggak guna banget" sinis Adit masih dengan nada tidak santai.

"Lo kenapa benci banget sama tu cewek?" Kini giliran Langit yang angkat suara.

"Gimana nggak benci, tu cewek itu pembawa sial, ada aja kejadian yang bikin gue marah. Enek liat mukanya!"

"Cantik enggak, putih enggak, buluk IYA. Udah buluk keras kepala, tukang nyolot pula!" Sambungnya dan terus memikirkan saat dirinya berdebat di kantin, ketika dirinya tidak sengaja menabrak. Eh malah dia yang disalahin.

Matteo tersenyum melihat clotehan temannya.
"Btw, jangan naro kata benci berlebihan sama diri lo. Denger denger benci bisa jadi Cinta!" Tawa Langit dan Matteo pecah saat itu juga.

"Ehh, kutil! Mana ada gue suka sama si jelek itu! Mending jomblo seterusnya kalo gitu mahh. Kalo gue kawin sama dia anaknya jadi kayak apa coba? Gilaaa aja kalo dibayangin iiihhhh!" Adit bergidik ngeri disana.
Sedangkan Langit nampak tersenyum miring ditempat, seperti tau apa yang akan terjadi dengan diri Adit kedepannya.

●●●●●

"Gimana cucu Omah, udah dapet pacar belum?" Seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar enam puluhan tengah duduk manis disofa ruang keluarga sambil terus meledek sang Cucu kesayangan, Langit.

Cowok yang ditanya lantas mendongak dan tersenyum disana.
"Omah maunya cewek yang kayak gimana? Langit pengin denger, siapa tau pilihan kita sama?" Tanya Langit sambil mendekati Sang Omah, membuat kedua orang tua Langit tersenyum hangat.

Nampak raut wajah yang tengah berfikir tercetak diwajah keriput milik Omah Langit  yang bisa dipanggil Niken.
"Omah mau Cucu omah punya pacar yang baik, sopan, lucu, bisa jadi seorang ibu yang baik juga dan cantik pastinya!" Balas Niken semangat.

Langit kembali terkekeh sambil menganggukan kepalanya, dia mengangkat tanganya sambil membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari telunjuk.
"Oke, Omah!"

"Wah jangan jangan kamu udah punya pacar ya?" Tanya Nasya_Ibu Langit meledek.

Langit menoleh kearah sang Ibu.
"Belum bu, masih dalam perjalanan mungkin!" Tawa keduanya pecah disusul Niken dan Bastian, Ayah Langit.

Sim Salabim{ between love and weight 70kg} COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang