BLaW 23

114 18 1
                                    

Mohon pengertian untuk semua pembaca agar meninggalkan jejak disetiap part.
Maaf kalo banyak typo melanda:v
Salam dari Author.

_______________________________________________









Rio memasuki salah satu bilik, dan Amanda juga memasuki bilik tepat di sebelah bilik Rio.
Cewek itu langsung memasang telinga dengan jantung yang berpacu cepat.

"Halo?" Ucap Rio.

"Iya bentaran ya, paling aku nganter kamu bisanya sore, ini aku lagi kumpul sama temen"

Deg!

Amanda kaget, kamu?
Sesopan itukah jika Rio berbicara kepada temannya?

"Iya tunggu aku ya, kamu jangan pergi sendiri biar aku yang anter" ucap Rio di dalam bilik tanpa sadar Bahwa Amanda mengupingnya.

Setelah itu Rio pun keluar dari bilik dan mencuci tangan.

Amanda terduduk di atas WC, dan memegangi dadanya.
Dia belum tau dengan siapa sebenarnya Rio berbicara, namun entah mengapa hatinya sakit, itu pasti seorang cewek.

Apakah Rio berselingkuh?
Tapi kenapa?
Apa dia terlalu tidak pantas?
Karna jelek?
Gemuk?
Dia sudah memberikan segalanya untuk Rio.

Setetes Air mata pun keluar dari kelopak matanya.
Takut isakan tangisnya terdengar dia pun menekan tombol yang ada di WC duduk agar air keluar menutupi isakan tangisnya.

Tak lama setelah dirasa Rio sudah keluar, Amanda pun ikut keluar.
Dia menatap pantulan dirinya di cermin, kemudian tersenyum miris.

"Bener ya? Ternyata belom ada cowok yang bisa bersyukur punya aku" celotehnya.

"Walaupun aku belum tau, siapa yang ngomong sama kamu, tapi aku ngerasa yakin banget kalo dia itu cewek, tapi kenapa? Kenapa harus kayak gini Rio? Kalo emang kamu malu punya aku, harusnya dari Awal jangan kasih harapan kaya gini" isaknnya.

POV

Setelah mencuci tangan Rio keluar dari kamar mandi lalu kembali menyusul teman temanya dan Amanda.
Namun Rio kebingungan karena Amanda tidak di tempat.

"Dia kemana?" Tanya Rio.

Aldo gelagapan dan Gery hanya fokus kepada ponselnya.

"Anu kemana tadi ya ngomongnya?" Aldo menyenggol bahu Gery, dan cowok itu hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali menatap ponsel.

"Keluar bentar, ada yang ilang katanya" bohong Aldo.

"Yakan Ger?" Tanya Aldo kepada Gery penuh harap, Aldo mematuhi ucapan Amanda agar tidak bilang bahwa dia mengikuti Rio.

"Iya" balas Gery.
Setelah merasa yakin, Rio pun duduk dan meraih cemilan.

"Siapa yang nelfon tadi?" Tanya Aldo setelah merasa lega.

"Hani" balas Rio sambil menatap ponsel.

"Kenapa tuh?"

"Minta anterin beli make up sore nanti" ucapnya seraya tersenyum lebar.
Dan Aldo hanya berdecak.

Tak lama setelah itu Amanda pun kembali ke mejanya dengan raut wajah seakan tidak terjadi apa-apa.

"Udah?" Tanya Amanda kepada Rio saat cewek itu mendudukan bokongnya di kursi.

Rio menatap Amanda kemudian tersenyum lebar
"Udah kok" balasnya sambil mengelus kepala cewek itu.

Hatinya terasa nyeri, sentuhan Rio tiba-tiba saja
Terasa biasa, yang terkadang jantung Amanda serasa maraton, namun kali ini hanya diam.
Cewek itu tersenyum miris.

Aldo menatap Amanda diam, cowok itu mengamati diam-diam, dapat di lihat bulu mata bawah cewek itu basah, bahwasanya Amanda habis menangis.
Aldo menelan ludah menatap kasihan kepada cewek itu.

"Aku mau pulang sekarang aja Rio" ucap cewek itu tiba tiba.

"Ini belum habis makanannya, habisin dulu, sayang loh" ucap Rio sambil menyantap kentang goreng disana.

"Aku ada kepentingan, aku duluan aja deh, nggak usah di anter" ucap cewek itu cepat, lalu dengan segera bangkit dari duduknya.

"Eh kok gitu? Kamu kenapa?" Tanya Rio seakan akan peka dengan perubahan cewek itu sambil menarik lengannya.

"Nggak papa kok, aku ada urusan mendadak" balasnya.

Aldo dan Gery pun hanya diam menatap di depan mereka.
Kedua pasang mata itu benar benar kasihan melihat Amanda di perlakukan seperti itu oleh temannya sendiri.

"Gery, makasih ya, nama kamu Gery kan?" Ucap Amanda kepada cowok yang bernama Gery itu.
Cowok itu yang memang sedari tadi memperhatikan sepasang sejoli di depannya pun mengangguk sebagai jawaban.

Detik itu juga terlihat bahwa Amanda sedikit tersenyum sakit kearah Gery, seakan akan ingin menjelaskan bahwa dia benar benar tidak kuat berada disana, hatinya sesak, air matanya ingin sekali mengalir deras saat itu juga.

"Gue duluan" ucap Amanda membuat Rio kaget dan reflek melepas cengkaraman tangannya.

"Gue?" Gumam Rio, kemudian langsung menatap kedua temannya.

"Bro, kalian denger nggak? Dia ngomong 'gue'? Tanya Rio dengan wajah cengo kepada kedua temannya.

Aldo hanya menggedikan bahu tidak tahu, sedangkan Gery hanya diam dan kembali menatap ponselnya.

"Tumben banget tu cewek bahasnya agak kasar" dumel Rio.

•••••

Kakinya melangkah lemas, bahunya bergetar hebat, ingusnya keluar masuk hidung, bahkan rambutnya pun sedikit berantakan karena tersapu angin.

Cewek itu terus berjalan tak tahu arah, entahlah dia hanya akan menurut kepada kakinya kemanapun dia akan membawa, tatapanya memburam menatap jalanan, bahkan orang orang yang berlalu lalang di sebelahnya pun agak kebingungan menatap Amanda.

Isakam tangisannya semakin terdengar ketika  otaknya memutar kejadian ulang di kamar mandi tadi.
Cewek itu memegang dadanya nyeri.

Tak jauh dari sana pun, Amanda menemukan sebuah taman kecil yang terdapat satu bangku panjang kosong disana, cewek itu pun berjalan kearah taman lalu mendudukan tubuhnya di bangku tersebut.

Menarik nafas panjang mencoba menenangkan pikirannya, berharap apa yang ada di pikiran Amanda itu salah, berharap Rio tidak dekat dengan cewek lain, berharap bahwa Rio hanya memiliki satu cewek yaitu dirinya.

Dia menghapus air matanya, kemudian langsung terdiam, dia termenung.
Memikirkan segala hal tentang hubungannya.

Lama cewek itu duduk, tidak sadar bahwa hampir setengah jam dia disana hanya terdiam dan melamun.

Dia mengecek ponsel berharap Rio menghubunginya, namun nyatanya tidak, apakah Rio benar benar memiliki cewek lain, selain dirinya?

Tanpa ingin memikirkan banyak pun, cewek itu pun ingin memesan ojek online untuk pulang.
Namun saat matanya menatap ke arah jalanan.

Deg!

Tangannya mengepal kuat, nafasnya sedikit demi sedikit mulai memburu, matanya kembali memanas.

"Rio?"

Bola matanya terus mengikut dimana seorang cowok tengah memboncengkan cewek dengan posisi cewek itu memeluk erat tubuh cowoknya.

"Itu Rio?" Amanda langsung berteriak keras didalam hati, bawah dugaanya sekarang benar.
Tangannya memukul mukul kursi besi disana.
Hatinya berantakan, pikirannya buntu.

Ini, sungguh menyakitkan, sungguh.
"Rio...."
Mulutnya tidak bisa berkata, namun hatinya terus bertanya, kenapa ini terjadi?
Kenapa Rio melakukan ini semua?
Benarkah Rio malu memiliki cewek seperinya untuk menjadi sosok yang dekat dengannya?
Makanya Rio tidak pernah memperjelas hubungannya?

Tapi kenapa tidak dijelaskan sejak awal?
Kenapa harus sejauh ini mereka menjalani hubungan jika Rio malu?

Apa Rio seperti ini sudah lama?

Semua pertanya pertanyaan yang ada di otaknya terus terngiang.
Tangannya gemetar, dia langsung memesan ojek untuk pulang.

Sim Salabim{ between love and weight 70kg} COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang