BLaW 49

75 10 0
                                    

Sebuah kepulan asap rokok berkali-kali menerpa wajah manis milik Rio.
Tatapan cowok itu kosong, menatap pohon besar yang terus bergerak akibat angin yang sedikit kencang.

Empat orang kini tengah berkumpul di halaman belakang rumah Gery seperti dahulu kala.
Mengingat karena semenjak lulus sekolah mereka jarang berkumpul, dan kali ini mereka menyempatkan bertemu.

Namun keadaan terlalu hening untuk Bendi dan Aldo, kedua bola mata mereka bahkan berkali-kali melirik ke arah Rio yang sering menghembuskan nafas berat.

"Kenapa si lu nyet, kayak banyak pikiran aja" sarkas Bendi sambil menyembur asap rokoknya ke arah Rio, membuat cowok itu berbalik menatapnya.

"Kemaren gua njenguk Amanda" balas Rio, dan ucapan tersebut berhasil membuat Gery beralih tiba-tiba, seakan akan dia penasaran dengan keadaan cewek itu, toh dia juga belum menjenguknya semenjak keluar dari rumah sakit.

"Terus kenapa? Lo merasa bersalah, karena udah bikin dia kayak sekarang?!" Serbu Aldo.

Rio menatap Aldo dan lagi, dia membuang nafasnya kasar.

Dengan pelan Rio menganggukan kepala, lalu tatapnya kembali menatap pohon besar yang ada di hadapannya.

"Dia bener-bener beda banget, kaya asli orang sakit" jawabnya.

"Kan emang dia sakit bego!" Balas Aldo sambil membuang putung rokoknya yang sudah pendek itu.

Rio menunduk lesu.
"Tapi, ini bener-bener ngerubah Amanda banget coy, gua sampe kaget waktu pertama ngeliat dia, gua jadi kayak ngerasa salah pake banget" balasnya sambil menatap bergantian ketiga temannya.

"Bener si, orang yang udah terlanjur sayang banget sama orang, bakal bego, bakal lengah, dan bahkan banyak yang bunuh diri karena cinta" jelas Bendi.

"Padahal cinta tidak selamanya indah deck" celetuk Aldo.

"Karena dia salah orang" ucapan Gery yang sangat tiba-tiba membuat Rio, Aldo dan Bendi seketika menatapnya.

Otaknya kembali berputar dimana dia melihat keadaan Amanda yang kacau di ruang Karaoke.
Yap, benar!
Saat itu Gerylah yang di dalam sana, dimana Gery tengah belajar untuk memulai pekerjaannya oleh sang Ayah, dan baru beberapa hari memulai, dia sudah mendapati kejadian yang sangat amat teramat membuatnya tidak bisa lupa akan hal itu.

"Lo tumben amat peduli?" Celetuk Bendi.

Gery pun menatap cowok itu.
"Gua mau njenguk dia" balas Gery, dan lagi-lagi membuat ketiga temannya terkejut.
Masalahnya Gery saja tidak kenal dekat dengan Amanda, bahkan berteman pun tidak.
Gery mengetahui Amanda saja karena Rio.
Dan hal ini sudah pasti membuat ketiga temannya kebingungan.

"Loh? Sejak kapan lo temenan sama Amanda?" Tanya Rio menyela.

Gery kemudian berganti menatap Rio datar.

"Gue ngeliat dia minta tolong waktu kecelakaan"
Balas Gery.

Seketika Rio dan kedua temannya semakin dibuat kebingungan oleh Gery, mereka benar-benar butuh penjelasan secara Rinci.

Gery menghela nafas berat.
"Gua saksi dari kecelakaan itu"

Hening, semuanya hening tanpa ada yang bersuara disana.

"Orang pertama yang di mintain tolong itu gua.
Tapi, waktu itu posisi gua bener-bener dalam keadaan rumit, disatu posisi gua bawa paspor Bunda yang ketinggalan dan harus cepet-cepet sampe bandara tepat waktu karena mepet banget, dan disisi lain ada orang butuh bantuan yang taruhannya itu sama nyawa"

Gery bangkit dari duduknya.

"Begonya gua, gua lebih mentingin urusan orang tua gua di banding sama nyawa orang lain" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Gery berbalik menatap bergantian ke arah ketiga temannya.

"Maka dari itu, gua peduli sama dia, karena gua ngerasa salah, semenjak kejadian itu, nggak tau kenapa, tiba-tiba dia sering muncul di mimpi gua, bikin tidur gua nggak tenang"

Setelah mendengar penjelasan itu, akhirnya ketiga temannya pun paham alasan mengapa Gery tiba-tiba peduli dengan Amanda.

Ya bagaimana tidak, secara dialah orang yang mungkin sedikit Amanda kenal saat kejadian silam.
Mengingat sebelum koma, Gery-lah yang terakhir Amanda lihat, namun cowok itu hanya terdiam di atas motornya tanpa ada niat sedikit pun untuk menolongnya.

"Gua rasa, lu sering di mimpiin dia karena mungkin lu khawatir, lu adalah orang terakhir yang bakal dia liat, kan waktu itu lu nggak tau dia bakal selamat atau nggaknya, menurut gua sih" jelas Aldo.

Dan Gery menyetujui alasan tersebut, karena memang sangat masuk akal.

Hingga kemudian cowok itu kembali duduk lalu menatap Rio.
"Dan gua juga cowok yang ngeliat dia frustasi waktu tau lo selingkuh" sarkas Gery.

"Maksud lo?" Bingung Gery.

"Waktu lo ketahuan selingkuh, besoknya dia minum di tempat Ayah gue, sendirian"

"Eh serius njir? Dia berani begitu juga anjing?!" Tanya Bendi dengan wajah terkejutnya, karena mengingat Amanda saja wajah-wajah orang baik, polos dan tidak tau hal seperti itu, namun ternyata dibalik itu semua Amanda adalah sosok yang berani mencoba hal buruk seperti itu.

Gery mengangguk.
"Dia nangis-nangis di ruangan, posisinya waktu itu anggep aja gua lagi magang, belajar semuanya dari nol buat nerusin Ayah gua"

"Terus-terus?" Balas Rio.

"Gua ngeliat dia di ruangan, nangis-nangis, dan kayaknya masalah dia bukan cuma Rio aja, tapi di tambah masalah keluarga" jelas Gery.

"Gua bodoamat, tapi gua kasihan, abis itu kan selang berapa hari dia kecelakaan"

Setelah mendengar penjelasan Gery yang panjang lebar, Rio semakin yakin bahwa salah satu penyebab Amanda kecelakaan adalah dirinya.

Apalagi mengingat ucapan Amanda saat mereka bertemu, Rio benar-benar menyesal telah berbuat sejauh itu kepadanya.

"Lu kasih tau gua alamat Amanda, gua mau jenguk dia" ucap Gery kepada Rio, dan cowok itu hanya mengangguk mengiyakannya.

Setelah itu Gery meninggalkan ketiga temannya untuk mencari buah tangan saat nanti dia menjenguk Amanda.

Sim Salabim{ between love and weight 70kg} COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang