PART 17 - MANDA DIHUKUM

173 16 0
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}

Senja memudar waktu malam pun tiba, rembulan muncul menemani bintang menghiasi langit biru yang gulita. Kini para santri pondok pesantren Al-Qamar sedang bersiap-siap untuk sholawat nariyah keliling.

Nampak para santri di beri aba-aba oleh Ustadz dan Ustadzah. "Jalan" Ucap Gus Hafidz. Yaps sholawat keliling itu Gus Hafidz langsung yang memimpin nya, karena perintah dari Kyai Hasan yang masih berada di luar kota.

Mereka berjalan membawa obor, santriwan berada di bagian depan, dan santriwati berada di bagian belakang. Dengan terus membaca sholawat nariyah tersebut.

اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تآما على سيدنا محمد ن الذى تنحل به العقد وتنفرج به الکرب و تقضى به الحو ئج وتنال به الرغآ ئب وحسن الخواتم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى اله وصحبه فى كل لمحة ونفس بعدد كل معلوم لك

Sholawat Nariyah terus dilantunkan berulang kali. Hingga kembali lah mereka di pondok pesantren Al-Qamar. "Baik, dengan ditutup nya sholawat itu menggunakan do'a tadi, berakhir juga acara kita pada malam hari ini, simpan obor kalian masing-masing, masih ada dua malam lagi untuk kita berkeliling, silahkan kembali ke asrama kalian masing-masing, Summassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Ujar Gus Hafidz melalui pengeras suara.

Para santri pun mulai membubarkan kerumunan, bertepatan dengan mobil Kyai yang nampak memasuki pekarangan ndalem. Hal itu pun tidak luput dari pandangan Gus Hafidz serta beberapa santri yang masih berada di tempat tersebut.

"Engghh" Lenguh Annisa. Ia sedikit terusik kala Zahra berdiri dari tempat duduknya, dan ingin menyambut Kyai Hasan beserta sang istri.

Mendengar lenguhan yang tidak asing, Gus Hafidz menoleh ke arah dimana Zahra serta teman-teman nya berdiri, ia mendapati Annisa tengah di gendong oleh Zahra. Yang kemudian ia berjalan mendekati nya, berniat ingin mengambil Annisa dari gendongan gadis itu.

"Biar Annisa sama saya" Kata Gus Hafidz.

Zahra sontak ingin memberikan Annisa, namun gadis kecil itu merengek seakan-akan sebentar lagi ia akan menangis. "Sudah Gus, gak apa-apa, biar Annisa sama saya aja, daripada dia nangis kencang nanti" Balas Zahra.

Mengangguk menyetujui, Gus Hafidz mengelus perlahan pucuk kepala Annisa lalu menoleh ke arah kedua orang tua nya dan dengan sigap ia mencium punggung tangan mereka, "Abba, Amma" Sapa Gus Hafidz.

Mengelus bahu anak laki-laki nya seraya tersenyum hangat, "Loh Annisa ikut kamu toh nduk?" Tanya Maryam yang baru menyadari kehadiran Zahra.

Gadis itu mencium punggung tangan Maryam serta Kyai Hasan sembari mengangguk, "Iya tadi dia yang antusias banget Amma"

Ketiga teman Zahra pun juga ikut melakukan hal yang sama, hingga membuat Maryam terkekeh, dan menoleh kepada Zahra kembali, "Ya sudah, kamu kaya nya mau tidur ya nduk? Biar Annisa di kasih ke Hafidz saja"

"Sudah Hafidz coba Amma, cuman Annisa ngerengek pingin nangis" Sahut Gus Hafidz.

Lagi-lagi Maryam tersenyum. "Ya sudah, bawa langsung saja ke kamar nya nduk" Titah Maryam pada Zahra yang dibalas anggukan oleh nya.

★★★★

Hari berganti cepat, matahari kini mulai memunculkan wujud nya, namun dengan di barengi rintikan air hujan. Terlihat seorang pemuda laki-laki tengah berjalan menyusuri area pesantren tanpa menggunakan payung. Kemudian ia sedikit menaikkan lipatan surban yang berada di bahu kanan nya. Sedikit melorot.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang