PART 32 - PERIHAL CINTA

179 11 2
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}


Gus Hafidz berjalan menuju ndalem setelah dirasa barang-barang milik nya dan Zahra sudah dipindahkan ke sebuah rumah yang telah lama kosong, dekat dengan sungai buatan anak anak pesantren, atas perintah kedua orang tua nya agar mereka tidak malu lagi kalau semisal ingin menabur kemesraan.

Seraya mengucapkan salam, laki-laki itu melangkahkan kaki nya ke arah ruang makan yang terdapat Maryam serta sang istri, "Gimana le? Aman kan rumahnya?" Ujar Maryam bertanya sambil mencicipi sayur lodeh bikinan nya.

Setelah menarik satu kursi di samping Zahra, Gus Hafidz lalu mendudukinya, "Aman Amma, bisa ditempati kapan saja"

Zahra menoleh kepada sang suami, "Mau teh?" Tawar nya sembari berdiri.

Tersenyum mendengar nya, Gus Hafidz akhirnya mengangguk, "Jangan terlalu panas"

Bukan hanya Gus Hafidz ternyata yang tersenyum mendengar penawaran Zahra, tetapi Maryam pun juga, jauh di dalam hati nya ia sangat bersyukur mempunyai menantu seperti Zahra.

Perempuan itu memang sangat lah tepat dijadikan istri untuk sang anak, lihatlah sekarang betapa lincahnya ia dalam meracik teh, padahal ada tugas memotong bawang merah dari Maryam yang harus diselesaikan oleh nya, namun Zahra masih menyempatkan waktu untuk melayani Gus Hafidz.

"Diminum Mas" Titahnya sambil meletakkan secangkir teh lengkap dengan piring nya di depan Gus Hafidz.

"Terimakasih" Laki-laki itu tersenyum ketika mendapat perlakuan manis dari Zahra.

Mengangguk dan membalas senyuman tersebut, Zahra kemudian duduk di kursi nya tadi dengan tangan yang sudah kembali melanjutkan aktivitas nya, memotong bawang merah.

Melihat bawang merah di kantong plastik hitam kecil yang belum di potong, Gus Hafidz berdiri lalu mengambil satu buah pisau dan ikut memotong bawang merah nya membuat Zahra menoleh dengan cepat.

"Mas gak usah, biar Zahra, Zahra bisa kok"

"Yang bilang kamu tidak bisa siapa? Hm? Mas hanya pingin membantu kamu, apa salah?" Kata nya sembari melanjutkan kegiatannya.

"Ya tapi nanti tangan mas bau bawang"

"Wibu dong" Celetuk Gus Hafidz kemudian terkekeh pelan.

Mendengar itu, Zahra ikut terkekeh, "Ih bisa-bisa nya bercanda, ya udah serah mas deh"

"Ini di potong semua kan?" Tanya nya kepada sang istri yang hanya dibalas anggukan kepala dua kali.

Baru dua hari mengenal Gus Hafidz, tetapi ia sudah tau sifat yang dimiliki nya, dan ternyata Gus Hafidz adalah orang yang suka bercanda walaupun sedikit garing, ia pikir dulunya sifat yang ia lihat di pesantren sama dengan sifat Gus Hafidz di ndalem, dingin, cuek. Tapi ia salah, salah besar

Maryam tentu saja masih berada di sana, dan ia hanya geleng-geleng kepala mendengar percakapan pengantin baru tersebut.

Sesaat mereka sibuk dengan kegiatan nya masing-masing, hingga pekikan dari arah pintu utama membuat ketiga nya seketika menoleh, mereka mendapati seorang gadis kecil tengah berlari mendekat, dibelakangnya ada Kyai Hasan yang berjalan pelan.

"Kak Arla" Sapa Annisa, seraya berjinjit menggapai kursi kosong disebelah Zahra.

Melihat hal itu, Zahra terkekeh, ia kemudian membantu gadis kecil tersebut dan mendudukkan nya, "Bau bawang" Ucap Annisa.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang