PART 5 - GUS HAFIDZ DUDA?

318 19 0
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.

{AHLAN WA SAHLAN}

Bintang shubuh ini masih bersinar cerah di langit pesantren Al-Qamar, seorang pemuda tengah berjalan seorang diri tanpa di temani siapa pun di dekat nya.

Gus Hafidz, pemuda itu berjalan dengan tangan yang memegang sebuah Al-Qur'an, sembari terus melafalkan nya. Di kelopak mata laki-laki itu nampak sekali lingkaran hitam yang menandakan bahwa ia kurang tidur.

Jam saat ini masih menunjukkan pukul 03.45 dini hari, namun para santri sudah ada beberapa yang duduk di depan kamar mereka masing-masing sambil melanjutkan hafalan Al-Qur'an mereka yang sempat tertunda akibat libur kenaikan kelas.

Beberapa dari mereka yang menyadari kehadiran Gus Hafidz pun segera mendekat lalu setelah nya mereka mencium punggung tangan laki-laki itu yang langsung di tarik oleh nya.

Tanpa pikir panjang ia mengajak mereka untuk bertadarus bersama di masjid, mereka pun dengan senang hati mengiyakan karena memang itu kemauan mereka.

Berdekatan dengan Gus Hafidz adalah sesuatu yang sangat membuat mereka bersyukur pasti nya, mereka tentu saja mengagumi perilaku laki-laki itu yang patut untuk di jadi kan contoh.

Tiga tahun yang lalu Gus Hafidz memang pulang ke pondok pesantren Al-Qamar, tapi ia pulang bukan semata-mata pulang, namun ia pulang untuk melihat saudara laki-laki nya di makam kan.

Hanya satu tahun Gus Hafidz di Jakarta, kemudian ia kembali lagi ke Tarim Hadramaut untuk melanjutkan pendidikan nya.

Tik tok tik tok
Suara jam besar yang berdiri di pojok kanan serta kiri menyapa indra pendengaran mereka ketika mulai memasuki masjid itu. Mereka duduk di depan mihrab dengan Gus Hafidz yang berada di tengah-tengah mereka.

Dengan semangat mereka membuka Al-Qur'an mereka masing-masing, kemudian membaca nya secara bersama.

Hal itu tidak luput dari penglihatan seseorang yang tengah duduk di shaf perempuan, ia mengintip diantara hordeng pembatas.

"MasyaAllah" Batin nya seraya berlalu pergi meninggalkan masjid dengan tangan yang menenteng mukena milik nya.

★★★★

Empat orang gadis cantik tengah berjalan di sebuah ladang khusus sayur-sayuran yang berada tepat di belakang kelas pondok pesantren Al-Qamar.

Zahra, Afifah, Diana serta Yuyun nampak senang memetik beberapa sayuran yang sudah matang sembari sesekali bercanda.

Awalnya niat mereka hanya ingin membantu pekerjaan memasak di dapur, namun karena pekerjaan memasak sudah di bantu oleh beberapa santriwati, alhasil Ustadzah Aminah selaku ketua dibagian dapur, ia menugaskan mereka berempat agar memetik sayuran yang sudah matang di ladang dengan ancaman murajaah surah An-Nas tiga kali di depan kelas santriwan kalau menolak.

Mereka tentu saja mau tak mau menuruti permintaan dari ustadzah Aminah ketika mendengar ancaman tersebut, "Itu ancaman Ustadzah emang begitu?" Tanya Zahra.

Terdengar helaan nafas kasar dari mulut Yuyun, "Ya gitu lah, kita di pondok ini sudah biasa Ra dengar nya" Ujar gadis itu sembari menelisik tomat yang baru saja di petik nya.

Diana berjongkok di samping keranjang sayuran milik nya, "Dulu pernah ada yang nantangin ancaman Ustadzah Aminah, perkara gak mau Shalat Dzuhur, terus diancam sama Ustadzah Aminah buat keliling di lorong depan kelas santriwan pas jam istirahat belajar mereka" Diana menjeda ucapan nya, seraya menggeser keranjang sayur yang sudah bersih dari sayur yang busuk.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang