❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗
❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}
Gus Hafidz mengetuk pintu kamar nya dua kali, hingga akhirnya pintu dibuka dari dalam. Melihat sang istri, kening laki-laki itu mengernyit bingung, pasalnya sudah hampir setengah jam ia menunggu Zahra berganti pakaian, tetapi apa yang ia lihat, gaun itu bahkan masih melekat ditubuh nya."Kenapa belum berganti?" Pertanyaan dilayangkan oleh Gus Hafidz seraya memasuki kamar dan meletakkan peci hitam miliknya di atas meja belajar.
"Maaf Gus, Zahra kesusahan buka gaun nya" Cicit Zahra, lalu menundukkan kepala nya, takut Gus Hafidz akan marah nanti.
"Hm? Bilang dong, biar saya bantu" Gus Hafidz mendekat, namun gadis itu menghindar.
"Kita sudah sah, boleh-boleh saja berdekatan, lagi pun saya ingin membantu kamu melepas gaunnya, saya lihat kamu juga kepanasan"
"Da-darimana Gus tau?"
Laki-laki itu menunjuk ke arah AC yang sedang menyala, "Itu tadi Gus, a-anu ka-"
Brugh!!
Kepala Zahra menabrak dada bidang Gus hafidz ketika tubuhnya di tarik tiba-tiba dengan tangan laki-laki itu yang bertengger manis di pinggang rampingnya.Nafas Zahra tercekat seketika, ia tidak pernah membayangkan hal tersebut sebelumnya. Wangi parfum makkah menempel begitu saja di hidungnya, membuat gadis itu sontak memejamkan mata nya.
Perlahan tapi pasti, tangan Gus Hafidz merambat naik menuju retsleting gaun milik Zahra dibelakang. "Sesusah apa sih buka gaun ini"
Dapat Zahra rasakan jantung Gus Hafidz berdetak kencang, sama dengan jantung nya yang sudah tidak karuan, ada rasa aneh di perutnya, seperti kupu-kupu yang sedang menggelitik.
Zrrtt
Retsleting sudah di turunkan oleh Gus Hafidz sampai sebatas pinggang, berbeda dengan laki-laki itu yang tersenyum tipis, Zahra justru malah melongo karena ingat kalau ia hanya memakai kaos putih sebagai dalaman, dan badannya sangat tercetak.Dengan cepat Zahra ingin keluar dari pelukan Gus Hafidz, namun tidak diizinkan, yang malah membuat ia dilemparkan pertanyaan, "Mau kemana memangnya?"
Mencoba menengadah, "Ke kamar mandi, mau ganti gaunnya"
"Oke saya lepaskan kamu, kalau kesusahan panggil saya saja, saya ingin melanjutkan hafalan hadits di balkon, ingat, pakaian kamu sudah di pindahkan kesini, dan ada di dalam lemari pojok, satu lemari dengan pakaian saya, lagi, kamar mandi nya pintu biru"
Menganggukkan kepalanya dua kali, lalu memandangi gerak-gerik Gus Hafidz, hingga ia duduk di kursi balkon, "Alhamdulillah, selamat, hihi" Zahra berjalan ke arah lemari pojok yang telah disebutkan laki-laki itu, ia membukanya dan terkejut dengan semua isinya, begitu rapi serta tertata, bahkan ia saja belum tentu bisa seperti itu.
Setelah mengambil pakaian yang akan ia pakai, Zahra kemudian menuju ke kamar mandi, sampai akhirnya gadis itu keluar dengan baju daster coklat dipadukan kerudung instan berwarna hitam.
Ia mengambil sajadah serta mukena milik nya, dan memulai shalat dzuhur yang sempat terabaikan.
Selesai, Zahra mengintip ke arah Gus Hafidz yang asik dengan kegiatan nya, tetapi tanpa adanya minuman di sana, ia lalu berjalan meraih gagang pintu seraya membuka nya dan keluar dari kamar tersebut.
Langkah nya membawanya menuju lantai satu, berniat membikin kan secangkir teh hangat untuk sang suami.
Akan tetapi saat ia asik mengaduk teh, sebuah usapan pelan di pundak sontak membuat Zahra menoleh, "Amma" Gumam Zahra sembari tersenyum padanya yang tentu saja dibalas Maryam.

KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR LANGIT
RomanceIni tentang kisah cinta dalam diam di pondok pesantren Al-Qamar, pondok pesantren ternama di kota Jakarta, dengan di pimpin oleh Kyai Hasan selaku anak tunggal dari pemilik pesantren yang sudah lama meninggal. Zayyad Hafidz Al-Ghifari, laki-laki ta...