PART 25 - CEMBURU

135 12 0
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}

Gus Hafidz, laki-laki itu tengah menyenderkan tubuhnya di tiang gazebo, sesekali melirik temannya yang sedang asik bermain game, "Sana Amar, ah iya disana" Kata Abu menyenggol bahu Amar menggunakan sikut nya.

"Nah nah nah" Cecar Qais.

Farid yang melihat nya pun hanya bisa geleng-geleng kepala, "Pantas saja belum dapat istri, wong kerjaannya main game terus"

"Lebih baik main game, daripada mainin hati cewek" Timpal Abu, laki-laki itu tidak juga mengalihkan pandangannya dari game.

"Nah betul itu" Lanjut Qais.

Gus Hafidz terkekeh ketika mendengarnya, ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya, waktu istirahat sebentar lagi akan habis, "Saya izin mau lanjut ngajar lagi" Ujar Gus Hafidz.

Amar beserta Qais menoleh, lalu mengangguk. "Kita tunggu disini aja Gus" Sahut Amar.

Gus Hafidz mengangguk, kemudian menoleh ke arah Farid. "Farid, kata Abba, antum disuruh gantikan beliau, ngajar di kelas tiga Awwaliyah, beliau mau ke rumah teman katanya"

Farid tersenyum mengiyakan ucapan Gus Hafidz barusan, "Ayo Fidz" Ajaknya.

Kedua laki-laki itu berdiri, turun dari gazebo lalu memakai sandal mereka masing-masing, "Assalamu'alaikum" Ucap mereka.

"Wa'alaikumussalam" Setelah mendapat sahutan dari ketiga sahabat nya, mereka berjalan menuju ke arah kelas.

Bel pertanda masuk sudah berbunyi saat mereka sedang dijalan tadi, Gus Hafidz masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam, yang tentunya langsung di jawab oleh para santri.

Niat Gus Hafidz untuk duduk terhenti, ia menatap sebuah bekal yang berada tepat di atas meja nya, mengangkat bekal itu perlahan, "Ini punya siapa?" Tanya nya kepada seluruh santri putra yang ada dikelas itu.

Mereka diam, tidak ada yang menjawab, hingga satu santri putra berdiri, "I-itu tadi titipan dari kakak cantik, katanya untuk Gus" Tutur nya, seraya menundukkan kepalanya, takut menatap Gus Hafidz.

Gus Hafidz menghela nafas pelan, "Kakak cantik? Siapa?" Gumam nya, sampai pada akhirnya senyuman terbit di bibirnya.

Laki-laki itu menatap lama bekal tersebut, kemudian meletakkannya ke atas meja kembali, "Baik, terimakasih, pelajaran dimulai" Kata nya.

Beberapa menit setelah menyelesaikan kelasnya, Gus Hafidz memakan makanan yang ada di dalam bekal itu dengan perasaan senang, "Enak juga" Gumam nya di sela-sela mengunyah.

Tadi, sebelum Gus Hafidz memakan bekal itu, ia sempat menerima chat dari sang ibu, yang menanyakan bahwa bekal yang di bikinkan Zahra apa sudah di Terima? Atau belum?.

Senyuman Gus Hafidz semakin mengembang, karena tebakannya benar, bahwa Zahra yang menyiapkan bekal itu, "Serasa sudah punya istri"

Gus Hafidz keluar dari kelas, sembari menenteng sekotak bekal yang sudah kosong, membawa nya menuju Ndalem, "Gus" Sapa seorang santri yang berpapasan dengan nya seraya menunduk.

"Mari" Balas Gus Hafidz, lalu berjalan kembali.

Banyak pasang mata yang menatap ke arah nya dengan tatapan gemas, seorang Gus Hafidz membawa bekal? Woaw, sangat langka menurut mereka, karena setiap kali Gus Hafidz mengajar, ia tidak pernah sama sekali membawa bekal seperti itu, baru kali ini.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang