PART 7 - FITNAH 2

282 18 0
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}

Pintu Ndalem terbuka, menampilkan seorang laki-laki berbadan tinggi muncul setelah nya.

Laki-laki itu adalah Gus Hafidz, seperti biasa shubuh shubuh sekali Gus Hafidz pergi ke Masjid, untuk mengimami shalat berjama'ah santri.

Langkah nya berjalan pelan menuju ruang makan yang terdapat empat orang, salah satu nya berbeda jenis, mereka sedang berbicara santai, tanpa menyadari kehadiran Gus Hafidz di dekat mereka.

Baru hendak mendekati sang ayah yang duduk di salah satu bangku, Gus Hafidz di kaget kan dengan kaki nya yang tidak sengaja menendang kaki bangku hingga membuat nya meringis sakit.

Mendengar suara ringisan di dekat mereka, sontak saja keempat nya menoleh, dan mereka mendapati Gus Hafidz sedang terkekeh di sela-sela ringisan nya.

Ada Zahra di antara mereka, yang langsung membuat laki-laki itu menundukkan pandangan nya seraya duduk di samping sang ayah yang menahan tawa nya.

"Malu nggih le?" Bisik Kyai Hasan pada sang anak.

Gus Hafidz mendengus pelan sembari mengusap-usap jempol kaki nya yang berada di bawah meja, "Parah gak le? Kalau parah, obatin dulu, takut infeksi" Seru Maryam dengan centong nasi di tangan kanan nya.

"Infeksi opo toh bu, palingan juga memar sedikit, yang namanya anak laki harus kuat, ya toh le?" Cerca Sang Ayah.

Gus Hafidz hanya mengangguk menanggapi, "Walah, harusnya hati-hati le, takut nya kaki meja nya patah, kamu tendang seperti itu tadi" Sahut Maryam dengan di akhiri kekehan kecil.

Tawa menggelegar milik Kyai Hasan serta Aminah pun mulai menggema di ruang makan tersebut, membuat ruangan itu terasa lebih hangat dari sebelum nya. Suara tangis anak kecil pun juga ikut menyahuti tawa kedua nya.

Gus Hafidz yang tahu pemilik tangisan itu pun dengan segera beranjak dari tempat duduk nya menuju tangga yang mengarah ke lantai dua.

Di genggam nya gagang pintu, lalu dengan perlahan pintu itu terbuka karena nya. Di dalam kamar itu terpampang jelas Annisa duduk di bawah dekat dengan kasur milik nya.

Menangis sembari menodongkan kedua tangan nya ke arah Gus Hafidz, yang sontak membuat laki-laki itu mendekati nya, kemudian menggendong tubuh mungil Annisa.

Perlahan ia mengelus punggung gadis kecil itu tanpa henti seraya berjalan kesana kemari agar Annisa bisa lebih tenangan.

Benar saja Annisa jauh lebih tenang dari yang tadi, "Kenapa lagi hm?" Pertanyaan ia layangkan begitu saja setelah mendudukkan Annisa di pinggiran kasur nya.

"Nica atuh di obang Abi, huwaa"

Kening laki-laki itu mengerut, mencoba memahami perkataan dari gadis kecil kesayangan nya tersebut, "Nisa jatuh di lobang iya?"

Dengan antusias Annisa mengangguk, "Ya sudah kalau begitu, tenangkan diri mu dulu, baca doa bangun tidur, baru setelah itu kamu mandi, bau acem soalnya"

"Ihh Abi!!" Cepat-cepat Annisa memukul lengan Gus Hafidz yang terlipat di depan dada, hal itu pun tentu saja tidak membuat Gus Hafidz kesakitan, ia malah tertawa keras karena telah berhasil membuat ponakan nya kesal.

Sambil membaca do'a bangun tidur, Annisa beranjak dari tempat nya duduk, kemudian berjalan menuju lemari baju, setelah mendapatkan baju milik nya, ia lalu berjalan ke arah kamar mandi dengan menghentak hentakkan kaki nya.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang