PART 8 - BOGOR

232 14 0
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}

Hari ini Gus Hafidz diajak oleh kedua orang tua nya untuk pergi ke tempat saudara sang kakek, dan mau tak mau Gus Hafidz mengiyakan ajakan tersebut tanpa berani menolak, toh juga hari ini diri nya tidak ada jadwal mengajar.

Lamanya perjalanan tidak membuatnya bosan sama sekali, bahkan ia malah mengagumi keindahan sawah serta beberapa pohon rindang yang tumbuh di sekitar jalanan. Sangat menyejukkan mata siapa pun yang melihat nya.

Dengan tanpa melihat maps, Gus Hafidz membelokkan mobil nya ke arah jalanan aspal kecil, ya Gus Hafidz lah yang menyetir atas keinginan nya sendiri.

Jalanannya sangat mulus namun setiap kali berpapasan dengan mobil yang lewat dari arah berlawanan, salah satunya harus ada yang mengalah untuk menepi supaya satu mobil bisa lewat dengan mudah.

Kedua kali nya Gus Hafidz membelokkan mobil tersebut, namun kali ini ke arah halaman rumah yang cukup luas dengan dua buah mobil hitam sudah terparkir di halaman itu.

Setelah selesai parkir, Maryam keluar dari pintu penumpang dengan menggendong Annisa yang sedang tertidur pulas akibat perjalanan mereka yang lumayan jauh.

Gus Hafidz serta Kyai Hasan pun juga ikut keluar seiring keluarnya Maryam dari dalam mobil itu, Dan tanpa babibu Gus Hafidz segera memindahkan Annisa dengan perlahan kepadanya, Maryam pun tidak bisa menolak, karena kalau ia menolak nanti nya di khawatirkan akan membangunkan si gadis kecil kesayangan sang anak.

Langkah kaki mereka berjalan mendekati pintu depan yang nampak terbuka, sandal sandal di halaman tersebut pun di biarkan berserakan.

Keempatnya masuk sembari mengucapkan salam yang langsung di balas oleh beberapa orang yang ada di rumah itu, hingga terdengar suara pekikan nyaring dari arah dapur. "Aduh lee, Ummi kangen toh sam-ma kamu" Ujar seorang wanita lanjut usia, beliau sedikit memelankan suaranya saat mengetahui ada satu gadis kecil tertidur pulas di dalam dekapan Gus Hafidz.

Tersenyum seraya mengelus pelan pundak kiri Gus Hafidz, "Ummi kangen, tapi tidurin dahulu Annisa ke dalam kamar kamu" Titah nya.

Gus Hafidz mengangguk, "Nggih Ummi, Hafidz kesana nggih" Setelah pamit, dengan cepat ia membawa Annisa ke dalam kamar yang telah di sebutkan tadi.

Kamar yang keseluruhan nya berbahan dari kayu jati, mulai dari meja, dinding, ranjang, lemari, jendela, serta pintu nya pun juga terbuat dari kayu jati, terkesan sederhana namun mahal.

Dengan perlahan Gus Hafidz merebahkan Annisa ke atas ranjang tersebut, dan menyelimuti nya dengan selimut yang ada di atas ranjang itu lalu meletakkan slingbag hitam milik nya ke atas meja.

Kemudian ia keluar dari dalam kamar seraya menutup pintu nya sedikit hingga menyisakan celah untuk Annisa nanti nya keluar, kalau kalau terbangun.

Ternyata bukan hanya kamar nya saja yang terbuat dari kayu jati, seluruh rumah beserta isi nya pun juga terbuat dari kayu jati.

"Permisi" Ujar seorang gadis yang baru saja lewat di depan Gus Hafidz dengan membawa nampan yang berisikan beberapa cangkir teh hangat.

Menunduk cepat sembari mengangguk pelan, Gus Hafidz mengelus elus dada nya karena kaget mendengar suara yang tiba-tiba dari gadis itu.

Pergerakan Gus Hafidz mungkin tidak di lihat oleh gadis itu pasalnya ia langsung pergi setelah mengucapkan kata-kata permisi tadi.

Tidak ingin berlama-lama di depan kamar itu, Gus Hafidz berjalan menuju ruang tamu, tempat dimana kedua orang tua nya duduk bersama saudara saudara nya yang lain.

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang