PART 31 - PANGGILAN BARU

141 15 2
                                    

❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗

❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗

.

.

.

.

.

{AHLAN WA SAHLAN}

Tepat jam setengah lima shubuh Zahra terbangun, dan Gus Hafidz tidak ada di sisi nya, tetapi suara gemercik air dari dalam kamar mandi membuat nya lega.

Zahra meraba area rambut nya yang terurai, masih basah rupanya, ia lalu berjalan menuju meja rias yang telah disediakan seraya mengambil sisir untuk menyisir rambutnya.

Terlihat dari kaca, Gus Hafidz mendekati nya sembari tersenyum hangat, "Maaf soal tahajud, kamu tidak saya bangunkan sebab saya lihat kamu masih nyenyak tidur"

"Ih Gus, kenapa gak dibangunin aja sih"

"Saya tidak tega"

"Bukannya katanya tadi malam kalau buat kebaikan sekali pun kamu susah bangun tetap di ajak ya"

Terkekeh, "Itu kan berbeda zaujati, tadi malam kan kamu masih sak-"

"UDAH, shut shut shut, gak usah di lanjutin" Sela Zahra sambil menutup kedua telinga nya.

"Kenapa memangnya?" Gus Hafidz mendekat setelah melemparkan pertanyaan tersebut, tak lupa dengan menyunggingkan senyum, serta alis yang dinaikkan satu.

"Zahra malu" Cicit perempuan itu sembari mengulum senyum.

Tangan Gus Hafidz terulur mengelus kepala nya dengan senyum yang masih tercetak, "Terimakasih" Hanya itu yang ia ucapkan kemudian berlalu pergi menuju lemari pakaian.

Berbeda dengan Zahra, gadis itu malah mematung di tempat ketika bayangan tadi malam kembali menghantui pikiran nya yang tentu saja membuat wajah nya memerah.

Ia mengusap kasar wajahnya dengan terus mengucapkan istighfar dan hal itu tidak luput dari pendengaran Gus Hafidz, "Ada apa?"

"Gak ada apa-apa" Balasnya sebagai alibi.

Gus Hafidz tentu saja tau balasan itu hanyalah alibi, tapi ia memaklumi nya, "Ya sudah, tidak apa-apa ya saya ke masjid? Untuk mengimami shalat para santri, karena Abba shubuh seperti ini kaki nya pasti sakit, jadi saya disuruh menggantikan"

Mengangguk mengiyakan, "Gak apa-apa Gus"

"Kalau mau di imamin, ke masjid saja" Titah nya.

"Gak dulu deh Gus, soalnya" Zahra menunduk membuat Gus Hafidz paham.

"Ya sudah, saya ke masjid nggih" Ujar nya, dengan pelan sang istri menjulurkan tangan nya, melihat itu Gus Hafidz dengan senang hati menaruh telapak tangan nya di atas telapak tangan Zahra sebab ia belum berwudhu juga, dan perempuan itu segera menciumnya.

Setelahnya, Gus Hafidz berjalan menuju pintu kamar meninggalkan Zahra yang menatap kepergian nya, namun baru saja ingin menutup pintu, laki-laki tersebut berbalik badan, "Satu lagi, saya lupa memberitahukan nya, murajaah seluruh santri lama di adakan hari ini jam delapan"

"Gak bisa di tu-"

"Tidak bisa di tunda tunda zaujati, kalau masih tidak ingin ikut, jangan menyesal semisal kamu tinggal di kelas dan teman-teman kamu sudah lulus semuanya, ingat, saya juga tidak mau tanggung jawab, Assalamu'alaikum"

JALUR LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang