❗❗PLAGIAT???!!! JAUH JAUH❗❗
❗❗JANGAN LUPA VOTE & KOMEN❗❗
.
.
.
.
.
{AHLAN WA SAHLAN}Tak terasa sudah satu bulan Zahra berada di pondok pesantren Al-Qamar, sejak satu bulan pula lah kedekatan nya dengan Annisa, ponakan dari Gus Hafidz, menjadi intens, kemana-mana jarang tidak bersama.
Seperti hal nya hari ini, mereka tengah duduk di sebuah gazebo yang tersedia di dekat persawahan. Angin sore kian menerpa wajah keduanya sembari menikmati es krim yang tadi sempat mereka beli di depan gerbang pondok.
"Yummy" Seru Annisa seraya menjilati es krim milik nya yang meleleh di pinggiran cone, terlebih sekarang wajah gadis kecil itu terlihat belepotan karena es krim.
Zahra hanya geleng-geleng kepala melihat nya, ia tidak ingin melarang, sebab Maryam juga memperbolehkan Annisa untuk memakan es krim, asal jangan setiap hari.
"Annisa" Suara bariton milik seseorang, yang diyakini adalah laki-laki terdengar nyaring didekat gazebo itu.
Zahra amat sangat mengenali siapa pemiliknya, yang tak lain dan tak bukan ialah Gus Hafidz, "Abi!" Pekik Annisa seraya menyembunyikan es krim tersebut di belakang tubuh nya ketika Gus Hafidz berada tepat di depan nya.
Gus Hafidz, Laki-laki itu beristighfar sembari geleng-geleng kepala melihat penampilan wajah dari ponakan nya, "Nica ndak mam ekim tok Abi" Ujar gadis kecil itu dengan senyum yang mengembang.
Laki-laki itu terkekeh lalu berkacak pinggang, "Nica ndak mam ekim ndak mam ekim, ini apa sayang? Cantik nya Abi, kenapa belepotan semua wajah mu cantik kalau bukan makan es krim, kenapa ada coklat di wajah mu hm?" Cerca nya sambil duduk di samping Annisa, tangan nya tak tinggal diam, ia mencoba mengambil es krim yang di sembunyikan Annisa.
"Apa ini?" Satu alis laki-laki itu terangkat setelah menemukan es krim tersebut.
Gus Hafidz mencubit gemas hidung Annisa hingga membuat nya terkikik geli, "Hari ini boleh makan es krim, Besok-besok tidak ada bantahan, kalau makan lagi Abi tunggu hafalan surah Shad nya" Peringat Gus Hafidz kemudian menyerahkan es krim tersebut kepada Annisa.
Zahra? Hanya diam memperhatikan interaksi keduanya sampai suara bariton membuat nya tersadar, "Es krim punya antum meleleh"
Mendengar perkataan Gus Hafidz, cepat-cepat Zahra mengalihkan pandangan nya ke arah es krim yang berada di tangan kanan nya, benar apa kata Gus Hafidz es krim nya meleleh, sama seperti pemilik nya, aww.
Tanpa mereka sadari, seorang gadis berkerudung hitam nampak sedang memperhatikan ketiga nya dari balik tembok, "Oh gitu, okey" Gadis itu mengangguk-ngangguk seraya berjalan menjauh.
Tiga puluh menit telah berlalu, tanpa di pungkiri Gus Hafidz nyaman berada di tempat itu bersama dua orang gadis yang berbeda usia tersebut.
Tidak ada percakapan diantara ketiga nya, mereka asik dengan dunia nya sendiri, termasuk Annisa, wajah gadis kecil itu sekarang sudah sangat belepotan karena es krim.
Dari kejauhan terlihat beberapa orang remaja perempuan serta laki-laki berjalan ke arah mereka, di temani oleh Maryam juga Kyai Hasan.
Gus Hafidz mengernyitkan kening nya bingung terhadap apa yang di lihat nya, pasalnya wajah sang ibu saat ini terlihat marah, begitu pun juga dengan sang ayah.
"Ada apa ini" Batin nya.
Beberapa orang tadi berhenti tepat di depan gazebo, membuat jantung Zahra berdegup cepat tak karuan, "Ada apa ini Abba?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Gus Hafidz.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR LANGIT
RomansaIni tentang kisah cinta dalam diam di pondok pesantren Al-Qamar, pondok pesantren ternama di kota Jakarta, dengan di pimpin oleh Kyai Hasan selaku anak tunggal dari pemilik pesantren yang sudah lama meninggal. Zayyad Hafidz Al-Ghifari, laki-laki ta...