4. Gadis Pemeran Novel

3K 219 4
                                    

"Letta, bangun sayang" ucap ibu Aletta sambil mengetuk pintu kamar putrinya.

"Lima menit lagi bu"

Mendengar jawaban Aletta ibunya menggelengkan kepala dan mulai mengomelinya.
Karena sudah tak tahan mendengar omelan ibunya akhirnya Aletta dengan paksa membuka matanya.

"Iya iya Letta bangun"

Dengan gontai Aletta beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju ke kamar mandi.

Aletta benar-benar lega, setelah diomeli ibunya hampir seharian kemarin ia menjadi sedikit lebih akrab dengan ibunya.

Meskipun demikian Aletta samasekali tidak ingin mengulangi kejadian kemarin lagi.
Ibunya sangat mengerikan saat sedang serius.
Mirip seperti polisi yang tengah mengintrogasi tahanan.

"Jalan yang bener Letta, nanti kamu bisa terbentur lho" teriak mamanya.

Aletta yang masih setengah sadar mengabaikan ucapan ibunya.
Tiba-tiba saat ia membuka pintu tak sengaja keningnya terbentur.

Ibunya yang mendengar suara Aletta mengaduh dengan tergesa-gesa membuka pintu kamar Aletta yang tidak terkunci.

"Tuh kan apa ibu bilang, apa-apa itu harus hati-hati"

Ibunya terus mengomel sambil mengusap kening Aletta yang baru saja terbentur.
Sesekali ibunya juga meniup keningnya.
Aletta hanya bisa terdiam mendengarkan ibunya mengomel.

'Apa ibu ini memiliki indra keenam?!' batin Aletta.

* * *
Tiga hari berlalu tanpa terasa dan besok ibunya harus kembali.

"Bu, tidak bisakah ibu tinggal lebih lama disini?" tanya Aletta.

Aletta menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca sambil bergelayut manja di lengan ibunya.

Melihat tingkah manja putrinya ini, ibu Aletta benar-benar merasa tak percaya.
Entah kemana hilangnya putrinya yang canggung dan patuh kemarin.

Setelah hening sesaat, ibu Aletta membalas ucapan Aletta.

"Jika ibu lama-lama disini bagaimana dengan ayahmu?"

"Jadi ibu lebih memilih ayah daripada aku?!" ucap Aletta dengan cemberut.

"Tentu saja, ayah kamu kan suami ibu" jawab ibunya dengan nada bangga.

"Tapi aku kan anak ibu"

Ibu Aletta menghela nafas dan mulai membelai rambut putrinya.

"Kamu ini, sampai kapan kamu akan manja begini?!"

"Tidak tahu, aku sangat kesepian disini bu"

"Siapa suruh kamu pergi ke luar negeri, ibu sudah melarang tapi kamu keras kepala"

Aletta hanya bisa cemberut tanpa bisa membalas ucapan ibunya.

"Jangan cemberut terus, ayo kita pergi keluar mumpung ibu masih disini"

Karena ajakan ibunya tanpa sadar Aletta tersenyum.
Ia segera mengambil ransel kecil favoritnya dan buru-buru mengajak ibunya untuk pergi.

Setelah hampir menjelang senja Aletta dan ibunya baru kembali ke apartemen.
Aletta sangat senang sekaligus sedih karena besok ibunya harus kembali.

Mengingat momen menyenangkan dengan ibunya, Aletta kembali meminta ibunya untuk menunda kepulangannya.
Sayangnya jawaban ibunya masih sama.
Aletta hanya bisa menghela nafas dan menyerah.

Keesokan harinya dengan enggan Aletta mengantar ibunya pergi ke bandara.

"Letta ibu pergi dulu"

"Kamu jaga diri baik-baik, jaga kesehatan dan jangan sampai telat makan"

"Sering-sering telepon ibu, jangan ilang-ilangan seperti kemarin, ayah dan ibu selalu mengkhawatirkan kamu"

Aletta hanya mengangguk dengan lesu.
Karena tidak tega melihat Aletta bersedih ibunya segera berjanji akan secepatnya mengunjunginya lagi.

Sekali lagi Aletta hanya bisa mengangguk pelan karena didalam hatinya ia tidak yakin ibunya akan bisa mengunjungi.

Sepulang dari bandara Aletta segera berbaring di tempat tidurnya.
Aletta merasa sedikit tak bertenaga setelah ibunya pergi.
Rumah yang tadinya ramai dengan omelan ibunya kini terasa sangat sunyi.

Aletta yang hendak memejamkan matanya tiba-tiba mendengar suara mekanis Nini, seketika membuat matanya terbuka lebar.

[ Host apa Nini kurang baik?! ]

Aletta bingung mendengar pertanyaan Nini yang aneh.

[ Kenapa Nini bertanya seperti itu?! ]

[ Nini melihat host bersikap sangat manja pada ibu host, tapi host tidak pernah bertingkah seperti itu saat bersama Nini?! ]

[ Karena ibuku lebih tua, apa kamu lebih tua dariku?! ]

[ Tidak host, Nini kira karena Nini tidak dapat diandalkan ]

[ Jika kamu tidak dapat diandalkan aku tidak akan berani untuk keluar ]
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊😊

Si Batu Loncatan Dan SistemnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang