23

47 2 0
                                    

Kedua sudut bibir sabrina terangkat saat dia menjejakkan kedua kakinya diatas pasir pantai yang halus dan lembut , dengan berbalut kaos lengan pendek dan celana panjang juga rambut panjangnya yang dibiarkan terurai di belakang punggungnya , sabrina berjalan mendekati tepian pantai . air laut yang terasa dingin langsung menyapa sepasang kaki putih milik sabrina .

Biarpun sudah tiga minggu berada disini , sabrina belum merasa bosan , karena dia selalu aja bisa menemukan pemandangan yang belum pernah dia temui di jakarta . seperti pagi ini , dia menikmati pemandangan paginya yaitu semburat cahaya kuning keemasan yang muncul dari matahari yang baru akan terbit di seberang sana .

Mungkin karena dirinya terlalu menikmati pemandangan pagi , sampai – sampai sabrina tidak sadar kalau ada orang yang menghampirinya .

" bagus ya matahari terbitnya " tuturan orang yang ada di belakangnya membuat sabrina refleks menoleh dan tersenyum . si gadis ini sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiran ibu – ibu ini disebelahnya

" iya bu , cantik banget , saya gak pernah ngeliat matahari terbit di jakarta " sahut sabrina sambil membiarkan ibu – ibu ini duduk persis disebelahnya

" kalo kamu subuh – subuh ke pantai kali bisa ngeliat , tapi kan jauh ya " apa yang dibilang sama si ibu ini memang benar adanya , sabrina hampir tidak bisa menemukan pantai di area kota jakarta yang menampilkan pemandangan matahari terbit sebagus ini .

Sedetik kemudian , kedua perempuan beda generasi dan beda cara hidup ini tampak larut dalam obrolan yang hangat , tanpa interupsi deringan ponsel atau suara berisik apapun . sabrina menganggukkan kepalanya saat mendengar cerita si ibu ini , dia hampir tidak pernah mendengar cerita yang seperti ini selama di jakarta .

" jadi , anak gadis ibu masih kuliah di jakarta ? " dengan hati – hati sabrina bertanya dan diangguki oleh si ibu ini ,

" iya nduk , masih tahun ketiga , katanya udah mulai nyusun skripsi , harus punya laptop , tapi ibu kan ndak punya uang sebanyak itu untuk ngebeliin laptop buat mira kuliah , jadinya ya dia mau gak mau cari kerja buat bisa dapat uang " tutur ibu ini lagi dengan nada yang ringan , seakan masalah seperti ini tidak ada apa – apanya untuk beliau , padahal kalau bagi sama orang lain , mungkin masalah ini sudah menjadi masalah yang berat .

Sementara itu , melalui salah satu jendela rumah penginapan yang terbuka lebar , kaindra masih betah duduk disofa dan melihat sabrina dan ibu – ibu itu berbincang hangat , meski dia tidak bisa mendengar obrolan mereka , tapi dia bisa melihat mereka tampak tertawa saat membicarakan hal yang lucu .

Menjelang jam tujuh pagi , kedua wanita dewasa beda generasi ini pun beranjak untuk pergi ke pelelangan ikan atau olahan laut , dengan membawa uang seratus ribu di saku , sabrina melangkahkan kakinya disamping si ibu ini dan menyusuri pantai untuk menuju dermaga lain yang jadi tempat para nelayan beristirahat setelah pergi melaut semalam .

Entah apa yang membuat kaindra mendadak beranjak dari duduknya dan menyusul kedua perempuan itu ,

" sabrina , mau kemana ? " tanya kaindra setelah jarak mereka cukup dekat , sebelum si ibu – ibu ini menjawab , sabrina segera membuka mulutnya

" mau nyari ikan kesana , mau ikutan ? " sabrina bertanya sambil terus melangkah menuju dermaga yang letaknya cukup jauh dari posisi mereka saat ini . kaindra mengangguk dan berjalan disisi kanan si ibu ini .

Sepanjang perjalanan menuju tempat pelelangan ikan ,

" kalian berdua pacaran ya ? " pertanyaan yang terlontar dari mulut si ibu ini sontak membuat keduanya menoleh dan saling menatap satu sama lain dengan tatapan keheranan

" gak kok bu , kami temen satu kerjaan " sabrina menjawab halus pertanyaan si ibu ini , jawaban sabrina membuat kening ibu ini berkerut , tapi sedetik kemudian , beliau mengangguk saja

" padahal kalian berdua cocok loh . satunya ganteng , satunya cantik " si ibu ini berkata dan tanpa sadar membuat kaindra tersenyum tipis , meski dalam hatinya dia merasa berbunga – bunga saat ibu ini mengatakan kalau dia dan sabrina terlihat cocok berdua .

Kedua mata sabrina berbinar saat melihat puluhan sampan berukuran sedang yang mengangkut beberapa keranjang anyaman yang berisi berkilo – kilo ikan , udang , sotong , cumi – cumi dan kepiting . dengan berjongkok ditepi dermaga , sabrina memperhatikan berbagai jenis ikan laut yang tampak segar itu

" permisi ibu , ini ikan kakap merahnya sekilo berapa bu ? " dengan sopan sabrina bertanya pada salah satu ibu nelayan ini

" sekilo dua puluh ribu aja nduk , masih segar , baru ibu tangkap tadi malam " jawab si ibu ramah sambil duduk diantara keranjang – keranjang berisi ikan dan hasil tangkapan laut .

" kalo gitu saya beli ikan kakap merahnya satu kilo , ikan kakap putihnya satu kilo ya bu " tanpa berpikir panjang , sabrina segera membeli dua ikan dengan jenis yang sama ini seberat dua kilo . entah kenapa sabrina mendadak berencana untuk memasak ikan kuah kuning .


Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang