21

51 1 0
                                    

Seperti biasa alarm yang memang dipasang kaindra , berbunyi tepat di jam lima pagi , cowok dengan tinggi badan 190 cm ini pun segera bangun dari tidurnya untuk mematikan alarm ponselnya . sembari meregangkan otot – ototnya , kaindra melangkah keluar dari kamar dan meninggalkan keempat temannya yang masih terlelap tidur diatas tempat tidur masing – masing dengan penerangan yang temaram .

Dengan hati – hati , kaindra melangkah menuju dapur yang berada persis disebelah kanan kamarnya , lagi – lagi , dirinya melihat sabrina sudah bangun . dengan cahaya temaram yang berasal dari lampu minyak yang tergantung di plafon ruang tamu penginapan mereka , laki – laki ini bisa ngeliat sabrina sedang menyapu seluruh lantai ruang tamu sekaligus ruang tengah ini .

" sabrina ? ngapain nyapu jam segini ? emang keliatan ya sampahnya ? " sambil meletakkan serokan sampah tidak jauh dari tempat sabrina , deretan kalimat yang keluar dari celah bibir kaindra membuat cewek yang saat ini sedang mengeluarkan sampah dari bawah meja pun menengadahkan kepalanya

" eh udah bangun ya ? ya biar bersih aja , keliatan kok , makasih ya udah mau bantuin " sahut sabrina sambil terus menggiring sampah yang terdiri dari pasir dan debu ini kedalam serokan sampah . meski dia tau kaindra cuma membantu mengambilkan serokan , tapi dirinya tetap berterima kasih .

Kaindra tertegun mendengar ucapan terima kasih itu , biarpun sabrina tidak menyebutkan secara spesifik , tapi kaindra tetap merasa bantuannya dihargai oleh perempuan incaran hatinya ini . disaat sabrina sedang mengumpulkan sampah pasir dan debu ini kedalam serokan , kaindra dengan sigap mengambil kantong plastik besar dan membukanya selebar mungkin

" makasih lagi ya " tutur sabrina tulus selagi dia mindahin semua sampah ini kedalam kantong plastik , kaindra mengangguk dan ngegantungin plastik itu pada besi pengait yang ada disamping kiri lemari penyimpanan perkakas makan .

Selesai mengepel lantai ruang tamu dan ruang tengah ini , sabrina pun langsung mematikan api yang masih menyala didalam lampu minyak . sedetik setelah lampu minyak ini padam , lampu dan juga listrik di penginapan ini menyala .

Kurang dari satu jam , bagian atas meja makan yang menjadi partisi pemisah kamar mereka sudah tersaji makanan , yaitu satu mangkok besar berisi nasi goreng , sepiring telur mata sapi dan satu teko teh panas . kaindra sendiri menata sepuluh piring , sendok dan gelas . bantuannya ini jelas membuat sabrina kembali berterima kasih .

Alih – alih langsung makan pagi , sabrina memilih untuk mandi dan bersiap – siap , dengan handuk di bahu dan pouch bening yang berisi peralatan mandi ditangan kanan dan satu set baju ganti di tangan kiri , sabrina memakai sandal dan memutari penginapan ini untuk bisa sampai di kamar mandi .

Cukup sepuluh langkah aja , sabrina sudah sampai dikamar mandi ini . dikarenakan kamar mandi ini masih pakai sumur , sabrina dan yang lain harus menampung air ke ember terlebih dulu sebelom mandi . tidak sampai setengah jam , sabrina sudah selesai mandi dan sudah berbalut long – sleeve shirt coklat gelap sama cargo pants beige .

Sabrina memilih untuk memakai body serum dan body lotion dikamar mandi saja , daripada di kamar . angin pantai pagi langsung menerpa sabrina yang segera melangkah kembali menuju penginapan . setibanya dia disana , sabrina segera masuk kedalam kamar dan untuk menjemur handuknya di balkon dan juga meletakkan barang – barangnya didalam laci nakas .

" lo bangun jam berapa sih na ? " tanya anggi begitu melihat sabrina yang sudah mandi , wangi sabun mandi yang bercampur dengan wangi lotion dan parfumnya menyebar ke seluruh penjuru ruangan utama ini

" jam lima gitu deh , emang kenapa ? " dengan nada santai , sabrina menjawab pertanyaan temannya ini

" ngapain bangun pagi – pagi banget , kayak ada kerjaan aja " sindir anggi yang kelihatannya hari ini sedang berusaha buat mengobarkan api peperangan

" ya emang ada kan ? kalo gua gak bangun jam segitu , emang lo mau gantiin gua masak sama beres – beres rumah ? gak kan ? " pertanyaan sabrina mampu membuat semua orang yang ada disana terbengong – bengong dan saling menatap satu sama lain .

Omongan sabrina memang ada benarnya , mereka semua tipikal orang yang bangunnya jam tujuh , bukan jam lima pagi kayak sabrina . beres makan pagi , masing – masing dari mereka langsung disibukkan dengan kerjaan masing – masing . sesuai dengan instruksi dari atasannya yang berada di jakarta , hari ini dirinya dan kaindra bakal turun ke rig untuk mengetahui sudah sejauh mana proses pertambangan minyak mentah dan gas alam .

Dengan wajah yang tertutup masker , sabrina dan kaindra berjalan beriringan menuju kearah jembatan yang dibangun melintas diatas permukaan air laut . mungkin dibutuhkan sekitar seratus langkah untuk sampai ke deretan tabung – tabung raksasa yang dibangun secara berderet disamping kiri bangunan berbentuk kubus yang ada di ujung jembatan .

Suara berisik yang berasal dari mesin pengebor minyak dan gas sudah dinyalakan sejak satu jam yang lalu menerpa pendengaran keduanya . bau minyak dan gas pun tercium pekat disini . mereka lebih dulu masuk kedalam bangunan utama untuk meminta blue – print yang berisi data minyak dan gas yang saat ini sedang dipompa . salah satu staf lapangan yang melihat keduanya ini segera menyerahkan gulungan panjang yang diminta sabrina .

" ini mbak , data blue – print nya mbak , pak " katanya si staf lapangan pada sabrina dan kaindra

" udah di evaluasi pak ? " tanpa melepas maskernya , sabrina bertanya dan dijawab anggukan si bapak ini . ketiganya segera keluar dan berjalan menuju bagian rig . angin laut yang bertiup membuat rambut ponytail sabrina berterbangan kesana kemari .

Berbekal penjelasan dari si bapak ini , sabrina bisa mengetahui kalau minyak yang saat ini sedang di pompa sudah mencapai 10 barrel , setelah selama dua jam mengelilingi beberapa rig yang saat ini sedang bekerja , sabrina dan kaindra menyempatkan diri untuk mampir ke bawah , mereka berniat untuk melihat proses pemompaan minyak .

Melalui kaca kecil , mereka berdua bisa melihat minyak yang bergerak naik keatas . dia juga melihat beberapa ikan dan hewan laut lainnya sedang berenang lincah diantara rig – rig ini . setelah ngehabisin waktu cukup lama dibawah sini , mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan dan mengerjakan laporan sebelum dikirim ke atasan mereka lewat email .


Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang