39

51 2 0
                                    

" na , gimana ? tante julis semalam nge – chat bunda , beliau nanya jawaban kamu , terima atau tolak ? udah mau masuk tiga minggu loh kamu mikirin masalah ini na "

Sabrina sama sekali tidak menyangka kalau tante julistitia dan juga bundanya masih mengingat masalah perjodohan yang dimulai oleh mamanya kaindra , dia juga tidak menyangka kalau sekarang sudah memasuki pertengahan bulan , artinya masalah perjodohan ini sudah memenuhi seluruh bagian otaknya selama dua minggu lamanya . sabrina terdiam untuk beberapa saat lamanya .

Nyatanya sampai hari ini pun sabrina masih kebingungan ketika bundanya menanyakan masalah ini , dia pun sebenarnya merasa masih belum bisa memberikan jawaban yang tepat untuk masalah ini , tapi ekspresi yang menghiasi wajah bundanya sekarang ini seakan menuntut jawaban pasti dari sabrina sesegera mungkin , sabrina juga tahu kalau bundanya tidak enak hati untuk menolak atau menerima tanpa mempertimbangkan jawaban anaknya .

Sementara itu , si bunda tampak sabar menanti jawaban anaknya yang sudah beberapa menit yang lalu terdiam , walaupun dalam hatinya , beliau berharap agar sabrina menerima saja tawaran itu , tapi beliau tidak berani langsung mengatakannya , perasaan bersalah masih menggelayuti hati beliau tentang perjodohan antara sabrina dengan gian yang beliau setujui tanpa memikirkan anaknya , biarpun sabrina dengan sudah tegas menolak perjodohan itu .

Deretan chat dari temannya itu masih melayang – layang dipikiran bunda , biarpun chat yang dikirim temannya itu tidak mengindikasikan adanya pemaksaan , tapi tetap saja bunda merasa tidak enak , karena sudah dua minggu masalah ini menggantung tanpa ada kejelasan .si bunda masih saja kuat dan sabar menanti anaknya memberikan jawaban , biarpun sekarang sudah menunjukkan angka lima sore .

" kita tunggu jawaban ayah ya bun " bukannya menjawab iya atau tidak , sabrina malah mengatakan kalau mereka harus menunggu jawaban ayahnya , kendatipun dia tahu ayahnya pasti akan menanyakan apa keputusannya . orangtuanya memang sudah sepakat menyerahkan masalah ini sepenuhnya pada sabrina , karena mereka yakin sabrina sudah bisa memutuskan apa dan siapa yang terbaik bagi dirinya sendiri .

Alih – alih protes , si bunda justru kagum dan memaklumi , anaknya ini merasa membutuhkan masukan dan jawaban dari ayahnya ,

" iya nak , nanti kalo ayah udah pulang , udah sempet makan dan istirahat , baru kita tanya ayah " sahut si bunda sembari menepuk pundak sempit anaknya ini .

Firasat sabrina ternyata tidak meleset jauh , ayahnya malah menatapnya dengan tatapan heran ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan putri satu – satunya ini , tapi bukannya menanyakan " lho , kok malah nanya ayah na , apapun jawaban na , ayah sama bunda setuju saja dan siap merestui " tapi

" sekarang ayah mau tanya , kalau na dikasih pilihan , anggap saja gian itu sepatu high – heels dan kaindra sepatu sneaker , kira – kira na mau pilih yang mana ? na lebih nyaman pakai apa ? " tanya si ayah dengan memberikan pilihan

" sneaker yah , heels kan bikin pegel tiap hari dipakai , lagian na gak suka pakai heels " dengan segera sabrina menjawab . dalam hatinya dia heran dengan pertanyaan ayahnya ini .

" nah begitu , pilih yang nyamannya lama , bukan yang nyamannya sebentar setelahnya malah sakit . milih sepatu aja kita mau yang nyaman , begitu juga memilih pasangan , pilihlah pasangan yang membuat nyaman , nyaman dalam mengkomunikasikan masalah , nyaman dalam mencari solusi dan nyaman untuk menyelesaikan masalah , bukan yang ada masalah dikit marah , main pukul " penjelasan ayah yang panjang lebar itu nyatanya mampu membuat sabrina akhirnya bisa menentukan pilihannya .

Setelah mempertimbangkan jawaban ayahnya tadi ini selama beberapa menit lamanya , sabrina akhirnya memantapkan hatinya untuk menerima perjodohan antara dirinya dan kaindra yang diprakarsai oleh tante julistitia alias mamanya kaindra . si bunda yang sudah tidak enak karena merasa terlalu lama mengulur waktu , segera saja mengabarkan jawaban sabrina pada teman zaman kuliah beliau itu .

Tidak butuh waktu lama untuk bunda menerima balasannya , mamanya kaindra bahkan langsung bertanya kapan mereka bisa datang langsung kerumah , baik ayah ataupun sabrina sama – sama memilih untuk diam saja , karena mereka merasa ini sepenuhnya sudah menjadi urusan bunda . setelah sibuk berbalas pesan dari temannya ini , bunda mengatakan kalau tiga hari lagi , kaindra sama orangtuanya akan datang kerumah untuk bisa membahas masalah ini dengan lebih detil lagi .

Akhirnya masalah perjodohan ini selesai setelah dua minggu lamanya dibiarkan menggantung tanpa kejelasan . baik orangtuanya maupun sabrina sama – sama saling berpamitan untuk bisa segera istirahat . tanpa menunggu lagi , sabrina segera saja merebahkan badannnya diatas ranjang dan terlelap setelah mengganti setelan rumahnya dengan piyama tipisnya .

Sementara itu , dikamar yang lain , atau yang lebih tepatnya dikamar utama , baik ayah maupun bundanya masih sibuk mendiskusikan masalah perjodohan antara kaindra dan juga sabrina , meskipun acara lamaran baru akan dibahas ketika kaindra dan orangtuanya berkunjung kerumah mereka . sembari menyandarkan punggungnya pada headboard , si bunda tampak melamun karena sedang memikirkan apapun yang mungkin akan dibahas pada pertemuan antar keluarga ini .

Sesi diskusi mengenai pertemuan keluarga yang rencananya akan terlaksana dalam tiga hari lagi ini akhirnya selesai di jam sebelas malam . disaat bunda masih kepikiran dengan keputusan yang diambil anaknya , si ayah justru menyikapi keputusan anak tunggalnya itu dengan santai

" waktu sabrina masih mikirin masalah ini , bunda sibuk tanya – tanya , begitu anaknya udah ngambil keputusan , malah kepikiran , gimana sih ? " tukas si ayah saat mendengar istrinya ini tampak memikirkan jawaban anaknya tadi

" kan ayah tahu sendiri na itu gimana ? dia bisa aja nerima perjodohan ini cuma buat kita seneng , bunda gak mau dia akhirnya menyesal karena merasa udah salah ambil keputusan " penuturan si bunda cuma ditanggapi ayah dengan senyuman dan gelengan kepala .

" bunda gak boleh mikir yang tidak – tidak , nanti ngaruh ke sabrina gimana ? ntar bunda sendiri yang repot , mending sekarang tidur " ajak si ayah yang langsung merebahkan badannya dan memejamkan matanya lebih dulu , bunda yang melihat hal itu cuma bisa mendengus pelan dan ikut merebahkan badannya persis disebelah suaminya ini .


Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang