25

58 1 0
                                    

Sebetulnya bukan hal yang sulit untuk sabrina bersikap biasa saja setelah dirinya mendengar kaindra mengatakan kalau laki – laki itu jatuh hati padanya , karena dia sudah terbiasa bersikap biasa saja , seolah – olah diantara mereka tidak terjadi apa – apa . bahkan sabrina masih bisa berhadapan dengan kaindra .

" katanya pak mahdhar , hari ini kita harus turun ke pantai lagi , karena ada tabung rig baru yang mau dipasang " perkataan kaindra membuat sabrina yang sedang sibuk dengan kegiatan memasak sarapan pagi menoleh dan mengangguk

" oke , skema evaluasi rig juga udah masuk kok " sahut sabrina sembari menaruh satu termos plastik berisi air teh panas diatas meja makan yang memisahkan kamar para cewek dengan kamar para cowok ini . setelahnya si cewek yang memegang posisi sebagai ketua tim 1 sibuk memasak omelet sayur yang dia masak dalam jumlah banyak dengan memakai pan yang sudah dia tuang minyak sebelumnya .

Beres sarapan , baik sabrina ataupun kaindra segera bersiap – siap untuk melakukan survey terhadap rig baru yang akan dipasang pagi ini . dengan kaos lengan panjang dan celana cargo yang membalut tubuh keduanya , mereka berdua segera melangkah diatas jembatan aspal yang dibangun oleh Mahdhar Shehab sepanjang dua ratus meter dari pesisir pantai .

Suara berisik yang berasal dari mesin bor minyak langsung menyapa pendengaran kaindra dan sabrina . sabrina terburu – buru memasang masker untuk menutupi hidung dan mulutnya , begitu bau minyak tercium oleh hidungnya . kaindra pun juga melakukan hal yang sama . karena bau minyak mentah ini benar – benar menyiksa hidung dan tenggorokannya .

" pak , tabung yang baru udah datang belom ? " tanya sabrina setelah bertemu dengan salah satu pekerja tambang yang sedang memantau proses pengukuran untuk bisa memasang tabung seberat dua belas ton yang sudah datang sejak subuh tadi

" sudah mbak , tapi sekarang kedalamannya lagi diukur mbak " dengan sedikit mengeraskan suara , si pekerja tambang ini menjawab pertanyaan sabrina

" oke pak , blue – print untuk tabung baru sudah ada pak ? " lagi – lagi sabrina bertanya , namun kali ini si pekerja menggeleng , menandakan kalau blue – print atau cetak – biru untuk tabung yang baru ini belum dibuat sama sekali sama pihak lapangan .

Gelengan kepala si pekerja tambang dimaklumi sama sabrina , karena pihak pembuat tabung ini harus membuat blue – print yang menunjukkan bagian – bagian tabung buatan mereka . setelahnya , mereka berdua segera berpindah lokasi dari area tabung menuju area gedung . untuk kesekian kalinya , mereka melangkah melewati lorong sempit dan lurus .

Dengan hati – hati kaindra membuka pintu besi ini , mereka berdua langsung disambut tangga besi yang membentuk spiral . sembari menuruni tangga spiral ini , netra keduanya disambut pemandangan bawah laut melalui kaca yang dipasang seakan mengikuti tangga ini . sesampainya dibagian bawah . sabrina dan kaindra bisa melihat dengan jelas proses pengukuran tabung untuk rig yang baru .

Baik sabrina maupun kaindra sama – sama memutuskan tidak berlama – lama disana , cukup menaiki lima puluh anak tangga , akhirnya mereka sampai di lorong sempit dan segera kembali ke penginapan , karena mereka sudah mendapatkan beberapa kerjaan baru yang harus diselesaikan dan dikirim kembali ke kantor yang di jakarta di hari ini juga .

Sembari ditemani sepiring kecil bolu talas keju dan satu gelas ukuran sedang berisi flat – white coffee buatannya , sabrina mulai fokus mengerjakan satu – persatu kerjaannya yang sudah dia download barusan .


Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang