41

30 0 0
                                    

" na , dari tadi bunda ngeliat na ngelamun terus , kenapa ? na menyesal dengan keputusan yang sudah na ambil ini ? kalau na mau mundur , gak apa – apa , biar bunda sama ayah yang ngomong ke calon mama mertua na , bunda yakin mereka pasti paham "

Pertanyaan yang sejak subuh tadi terus bersarang di benak bunda akhirnya keluar juga dari bibir bundanya , sabrina menoleh kearah bundanya dan menggelengkan kepalanya . tanda dia tidak menyesalkan keputusan yang sudah dia ambil ini , bukan cuma karena dia sudah menjadi tunangan kaindra , tapi juga karena dia merasa tidak enak hati pada mama dan juga papa kaindra , apalagi keduanya sudah menerima kehadirannya dengan tangan terbuka

" gak usah bunda , na gak menyesal dengan keputusan yang sudah na ambil , na cuma kepikiran sama bunda sama ayah aja , karena nanti kan na udah gak tinggal lagi serumah sama bunda ayah " tutur sabrina menolak membatalkan pernikahan , apalagi dalam beberapa jam kedepan , dia dan kaindra akan melangsungkan pemberkatan dan tiga kali resepsi , sesuai dengan kesepakatan mereka .

Si bunda refleks menggenggam kedua tangan sabrina dengan hangat , seolah sedang berusaha memberi kehangatan untuk hati anaknya , perempuan paruh baya ini seperti tahu kalau sabrina sedang bimbang . sebisa mungkin bunda berusaha menahan air–matanya yang hampir menetes dan membasahi pipinya . beliau tidak yakin kalau dirinya akan siap berpisah rumah dengan anaknya , dia yakin rumahnya akan terasa sangat sepi .

" bunda cuma gak mau na merasa menyesal karena sudah mengambil keputusan yang salah , kalau na yakin dengan keputusan yang sudah na ambil , bunda bisa tenang , karena bunda mau hidupnya anak bunda ini bahagia terus " tukas bunda sambil menangkup wajah anak kesayangannya ini dengan kedua tangannya .

Beliau menatap lurus – lurus kedua netra cokelat gelap milik sabrina yang menyorotkan kesedihan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya sabrina . beliau yakin kalau beliau pasti akan sangat merindukan kehadiran sabrina dirumahnya . beliau akan merindukan pasta buatan anaknya , beliau akan rindu teh buatan anaknya , bahkan beliau akan rindu dengan keberadaan anaknya dirumah .

Dengan perlahan , sabrina mengulurkan tangannya untuk memeluk bundanya , seakan – akan dia ingin meyakinkan hatinya kalau dirinya tidak mengambil keputusan yang salah . dia tidak mau membuat bunda dan ayahnya sedih dan malu cuma karena dia yang plin – plan dalam mengambil keputusan . padahal ortunya sudah sepenuhnya menyerahkan masalah sepenting ini pada dirinya .

Mendapati anak tunggalnya memeluk dirinya terlebih dulu , si bunda pun membalas pelukan hangat sabrina , seolah – olah beliau paham dengan apa yang sedang dirasakan anak tunggalnya ini . tidak cuma memeluk , bahkan bunda juga mengelus punggung sabrina dengan lembut dan penuh perasaan . sesekali bunda mengecupi kening putri tunggalnya yang di jam sembilan nanti akan melangsungkan pemberkatan .

Sabrina tidak menyangka kalau seberat ini orangtua yang akan melepaskan anaknya untuk menikah , sabrina menganggukkan kepalanya dan menyeka airmatanya dengan tisu yang baru saja diulurkan bundanya . menjelang jam tujuh pagi , momen manis yang melingkupi kamar hotel yang dihuni sabrina ini mendadak buyar bersamaan dengan jarum pendek jam dinding yang memang sudah menunjukkan angka tujuh pagi .

Bunda yang mendengar suara ketukan di pintu kamar hotel yang disewa anaknya ini , segera saja beranjak dari tepian ranjang untuk membukakan pintu . begitu mengetahui kalau yang datang adalah tim MUA dan hair – stylist yang sudah disewa dan bayar mahal oleh calon besannya itu untuk mendandani sabrina sudah datang , wanita paruh baya ini segere mempersilakan mereka masuk dan beliau sendiri kembali ke kamar untuk bersiap – siap juga .

Untuk pertama kali dalam hidupnya , sabrina membiarkan wajahnya dirias dan rambut panjangnya ditata oleh orang lain selain bundanya , sabrina yang dalam satu jam lagi akan melangsungkan pemberkatan ini memperhatikan dua hair – stylist ini menata rambutnya menjadi intertwining updo seperti ini . seraya memperhatikan wajahnya yang sedang dirias melalui pantulan cermin , sabrina menyadari kalau kehidupannya bisa dibilang sangat sederhana , meski dia dan keluarganya berasal dari kalangan yang sama dengan kaindra .

Menjelang sembilan pagi , sabrina sudah tampak cantik berbalut pengantin yang didesign langsung oleh claudee , sebagai designer gaun dan tuxedo pernikahan sekaligus pemilik butik manor . gaun pengantin yang dipakai sabrina untuk pemberkatan ini bertipe strapless sheath dengan bahan satin duchesse yang dilapisi kain brokat cornelli yang sengaja dibuat panjang hingga menyentuh lantai , detil manik – manik mutiara yang disusun vertikal menyerupai kancing menambah kesan mewah pada gaun yang sudah membalut tubuh sabrina .

Sudah menjadi keahlian tersendiri bagi seorang claudee untuk membuat gaun yang sederhana sekalipun bisa terlihat mewah disaat yang bersamaan . tidak heran kalau gaun yang sudah membalut sempurna tubuh sabrina bisa terlihat mewah , meskipun sabrina sudah mengatakan kalau dirinya menginginkan gaun pemberkatan dan gaun resepsi pernikahan yang sederhana , tapi tetap terkesan mewah . setelah dibuat takjub dengan bentuk rambutnya dan juga riasan wajahnya untuk pemberkatan , sabrina juga dibuat kagum dengan gaun yang sudah membalut badannya ini .

Sembari dibantu oleh dua stylist . sabrina segera berdiri dari duduknya dan langsung memakai sepasang heels putih bertipe mary – jane yang dihiasi kain brokat cornelli dan juga pearl beads di semua bagiannya .

" cantik banget mbak , udah kayak model " puji salah satu stylist yang sejak tadi membantu sabrina memakai gaun pemberkatan ini . sabrina tidak bisa menahan senyumnya dan mengucapkan terima kasih pada salah satu stylist ini .

Sedetik setelah salah satu stylist yang baru selesai memasang crown veil pada bagian atas sanggulan rambut sabrina , terdengar suara ketukan di bagian luar pintu kamar hotel yang ditempati sabrina . bunda yang sudah berbalut gaun putih bertipe long – sleeve maxi dress ini tanpa sadar menahan nafasnya . beliau terpana dengan kecantikan putri tunggalnya ini . bahkan bunda sampai menutup mulutnya tanda beliau takjub dengan penampilan sabrina pagi ini ,

Dengan kedua tangannya dipegang oleh ayah dan bundanya , sabrina melangkah menuju lift dan bersiap untuk pergi ke ruangan Grand – Ballroom yang berada di lantai delapan hotel Intercontinental ini . seiring dengan kedua kaki jenjangnya yang berbalut mary – jane heels melangkah menuju ruang Grand Ballroom yang sudah dipenuhi oleh tamu , sabrina berusaha untuk menormalkan degup jantungnya ini .

Tanpa sabrina sendiri sadari , begitu dirinya memasuki ruangan ballroom ini , tiba – tiba saja dia menahan nafasnya dan pegangan tangannya pada tangan ayah dan bundanya . untung saja bunda segera sadar dan dengan lembut mengelus punggung tangan anaknya ini untuk menenangkan anaknya yang sedang gugup ini .

" yang tenang na " bisik bundanya sambil perlahan melepaskan genggaman tangannya dan berjalan menuju kursi yang sudah disiapkan khusus untuk beliau dan juga suaminya . sementara itu , sambil memegang tangan ayahnya , sabrina melangkah secara pelan diatas susunan lantai kaca yang mengarah menuju altar pernikahan .

Sabrina kembali menahan nafas ketika melihat kaindra sudah berdiri diatas altar dalam balutan setelan tuxedo yang berwarna putih – putih .


Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang