28

46 1 0
                                    

Julukan gadis pantai memang cocok untuk disematkan ke sabrina , karena bukannya bosan , sabrina malah semakin betah berada di desa terpencil di jawa ini . tahun ini sudah memasuki tahun kedua penempatan mereka , artinya mereka masih harus ada disini selama empat tahun lagi sebelum mereka dipulangkan kembali ke jakarta .

Sabrina melangkahkan kakinya menuju salah satu pondokan yang ada didekat pantai sambil membawa laptop dan juga berkas – berkas kerjaannya , dia berniat untuk mengerjakan pekerjaannya disana dengan melihat pemandangan pantai . sembari sesekali melihat kearah pantai yang saat ini sedang sangat tenang , sabrina terus berusaha fokus pada kerjaannya .

Tiba – tiba

" na ! sabrina ! mama lo nelpon nih " seruan saras membuat fokus sabrina yang sejak tadi terpusat pada laptopnya langsung buyar dan membuat cewek ini menolehkan kepalanya pada saras yang menghampirinya lalu mengulurkan ponselnya yang sedang dia isi ulang baterainya dikamar

" thanks ya ras " katanya sabrina sambil menerima panggilan yang berasal dari bundanya .

Senyum sabrina mendadak hilang saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut mamanya di seberang sana . sabrina terdiam untuk beberapa saat dan berusaha mencerna apa yang saat ini dibicarakan sama bundanya . 

" na , bunda sama ayah tadi reunian sama temen bunda ayah waktu SMA , terus , bunda sama ayah sepakat buat ngejodohin kamu sama anak mereka , namanya gian , dia juga kerja di perusahaan , posisinya sama kayak kamu loh , mau ya ? atau na udah ada pacar disana ? " tanya si bunda yang sekarang ini sedang menonton televisi .

" bun , sebelomnya na minta maaf , kita bahas ini kalau na udah balik ke jakarta ya ? " sabrina dengan hati – hati mengatakan kalau dirinya akan membahas masalah ini dengan bunda dan ayahnya setelah dia kembali berada di jakarta .

Tapi kalimat yang baru saja dikatakan sama bundanya ini membuat sabrina terdiam , bundanya terasa seperti mendesaknya untuk menyetujui perjodohan antara dia dan gian , padahal mereka tidak saling kenal , jangankan saling kenal , saling tahu saja tidak .

" na , bunda sama ayah udah sepakat sama mereka buat ngejodohin kamu sama gian , ayah malah udah ngasih foto kamu ke gian , kecuali kalo disana kamu udah punya pacar , bunda sama ayah kan gak enak mau bohong sama mereka " perkataan bundanya ini membuat sabrina terdiam untuk kedua kalinya .

Sabrina berusaha untuk memilih kalimat yang sekiranya bisa dipahami sama bundanya , mengingat bundanya ini merupakan tipe orang yang selalu berterus – terang ,

" bun , na kan gak kenal gian , dia juga gak kenal na , gimana bunda bisa minta na setuju ? " biarpun saat ini kata – katanya mengandung kemarahan , tapi dia tetap berusaha untuk tidak berteriak pada bundanya ini

" bunda tau kamu belom kenal sama dia , makanya bunda minta dia langsung ketemu sama kamu disana , dia juga udah langsung pesen tiket kemaren , bunda gak enak mau ngelarang gian , padahal udah bunda izinin dia ketemu sama kamu disana " rentetan kalimat si bunda membuat sabrina tidak percaya kalau bundanya bisa setega ini sama dirinya .

Entah apa yang ada dipikiran bundanya itu , sampai – sampai mengizinkan anak temannya untuk menyambangi anaknya ke lokasi penempatannya seperti ini .

" jadi gimana na ? boleh ya ? kalo na gak mau dijodohin sama kan na bisa bilang langsung " dengan takut – takut si bunda kembali membuka suara , sabrina tetaplah sabrina , dia tidak bisa marah dengan orangtuanya , terutama bundanya .

" liat nanti ya bun , na ada kerjaan bun , jadi na matiin dulu ya hapenya , kalo udah kelar , na telfon lagi " dengan menyimpan perasaan kesal dan kecewa pada mamanya , sabrina menyudahi panggilan telepon itu dan menaruh benda tipis itu disamping kanan laptopnya .

Sabrina langsung kehilangan minat untuk mengerjakan kerjaan kantornya . cewek ini benar – benar tidak menyangka kalau dia bakal dijodohin dengan laki – laki yang tidak dia kenal . dia pun menyayangkan sifat bundanya yang terlalu mudah mengiyakan ajakan orang lain , padahal bundanya tahu persis bagaimana karakter anaknya sendiri .

Dengan alasan tidak enak hati pada temannya , si mama sampai bisa setega ini pada anaknya . menjodohkan anaknya dengan anak temannya tanpa bertanya terlebih dulu pada anaknya . getaran ponsel membuat si anak tunggal ini langsung menoleh dan mendapati pesan baru dari mamanya

Bunda Hp : na , bunda minta maaf kalau kesannya bunda mendesak na , bunda cuma pengen yang terbaik untuk na , bunda merasa dengan bunda mencarikan jodoh untuk na , bunda peduli sama na , bunda minta maaf kalau bunda tidak bertanya dulu sama na

Sabrina : bun , gak usah di bahas lagi ya bun , na banyak kerjaan ma , na harus bikin powerpoint untuk rapat besok pagi lewat zoom , terus sore nanti na juga harus ngerekap dokumen tambang minyak sama gas

Bunda Hp : nanti kalau udah gak terlalu sibuk lagi , jangan lupa telpon bunda ya

Sabrina memutuskan untuk tidak membalas pesan terbaru yang dikirim bundanya , dia merasa harus menyelesaikan masalah ini sendiri , tanpa melibatkan bunda sama ayahnya . menjelang jam dua belas siang , cewek ini langsung pulang kerumah penginapan untuk memasak makan siang , perutnya sudah kelaparan , meski tadi pagi dia sempat memasak dan sarapan nasi goreng dengan tumis sayur buncis .

Jam dua belas tepat , diatas meja makan mereka sudah terdapat satu periuk nasi , semangkuk besar sayur lodeh , sepiring tempe goreng dan sambal terasi . saat matanya bertatapan dengan mata kaindra , sabrina hampir meminta tolong pada laki – laki itu untuk bisa membantunya , dengan berpura – pura menjadi pacarnya , tapi sabrina langsung menepis keinginan itu , karena dia lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri .

Deeply In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang