T I G A

5.2K 184 7
                                    

"Buset, beneran kayak Henry Cavill."

Dhira memutar bola mata nya malas melihat Diva sedangkan Najla, dia sibuk membenarkan kacamata nya agar bisa melihat Bintang Tamu Seminar itu dengan jelas. Ia lantas menggeplak kepala gadis yang lebih pendek dari nya menggunakan buku di tangan nya, "Gue bilang juga apa!"

Tidak hanya mereka, tapi seluruh gadis yang ada di Aula memandang nya kagum. Mendengar bisikan-bisikan tersebut, ingin rasa nya Dhira memberi tahu semua orang bahwa pria yang sedang berdiri di atas panggung itu hanya menyukai makanan buatan nya.

Dhira serasa menjadi punya Privillage sendiri mengingat pria itu hanya menyukai makanan nya. Walau galak, cuek, dan menyebalkan. Untung ganteng.

Seminar di langsungkan, walau Dhira yakin banyak dari mereka tidak mengikuti alur acara tapi lebih menikmati nikmat dunia yang duduk di sofa nya. Berbicara seadanya, menjawab yang perlu, bahkan tidak tersenyum ketika ada yang melemparkan nya gombalan atau apapun.

Definisi pria sempurna.

Ketika sedang menikmati acara—maksudnya, menikmati wajah pria itu. Seseorang menepuk pundak Dhira dan menemukan Ketua BEM nya tersenyum pada nya.

"Kak Bas?" heran Dhira. Di ikuti oleh dua curut di samping nya.

"Kaprodi manggil kamu. Pak Deren mau ketemu yang nerima beasiswa." ujar laki-laki yang memakai Almet biru khas kampus nya, Baskara.

Dhira tersenyum lebar lalu mengangguk semangat. Ketika ia berdiri, Najla menahan tangan nya. "Ra, gue ikut dong! Gue mau lihat muka majikan lo dari deket."

Dhira menatapnya sebentar dengan heran lalu menarik tangan nya dengan paksa. "Sorry, ini buat yang beasiswa aja."

"Dih najis." bales Najla.

Dhira mengejek teman nya itu lalu berjalan mengikuti Baskara dari belakang untuk melangkah menuju ruangan Pak Randy, alias Kaprodi jurusan Manajemen Bisnis. Di sana, dia bertemu dengan 14 mahasiswa lain nya yang juga menerima beasiswa dari perusahaan Tambang Batu Bara itu.

Dhira mengulum bibir nya lalu bergabung bersama mereka dan diam untuk waktu yang lumayan lama. Selagi menunggu, Dhira dapat mendengar khusus nya perempuan yang sangat gugup bertemu dengan pria tampan itu.

Hingga akhirnya, pintu terbuka menampilkan pria dengan kepala botak tengah lalu di ikuti pria sempurna di belakang nya. Dhira tersenyum kecil saat mata mereka tak sengaja bertemu. Jangankan membalas, ia bahkan langsung membuang tatapan nya.

Untung apa? Untung ganteng.

Pak Randy memberikan sambutan dan ucapan selamat juga terimakasih untuk kami dan si pria kaya itu namun Dhira yakin banyak perempuan yang tidak mendengarkan Kaprodi mereka, karena ia pun begitu.

Sesi poto bersama. Semua sangat antusias untuk berdiri di dekat Deren namun ketika Dhira hendak sedikit ke ujung karna seperti nya pria itu tampak tak nyaman. Gadis lain mendorong nya untuk kembali karna ingin dekat dengan Deren yang membuat Dhira akhirnya menabrak lengan kekar pria itu.

Dhira membenarkan kacamata nya dan menatap pria itu takut-takut, "Maaf—"

"Duh, masa aku manggil Tuan. Di kira gundik nya ntar."

Dhira tersenyum canggung, "Maaf, om."

Duh.

Dhira mengulum bibirnya malu apalagi semua orang tertawa mendengarnya dan Dhira dapat merasakan tatapan intimidasi dari pria itu. Ia lantas langsung menduduk, "Pak." Koreksi nya.

Deren memandang gadis yang mengikat rambut mya dan menyisakan poni nya yang panjang sampai ke dagu di belah tengah dan kacamata hitam nya lalu menarik napas panjang. "Tatap ke kamera, bukan ke lantai." ujar nya sambil bersiap untuk poto.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang