TIGA SATU

2K 84 5
                                    

"Ini ga mirip sama yang di belikan Mama."

Aku memandang dress kehitaman dari cermin hadapan ku sangat berbeda dari yang sudah di rusak Daren. Aku menoleh ke belakang, menatap Daren yang duduk di pinggir kasur sambil memakai sepatu nya.

Dia melirik ku, "Bilang aja yang tadi tersangkut atau apapun."

Aku masih merasakan sedikit kemarahan di tubuh nya. Melihat sebesar itu kebencian nya membuat ku ragu bisa menolong Mark.

Aku mendekat ke arah nya, "Mas."

Sepatu nya sudah terpasang jadi dia bisa menaruhkan semua atensi nya pada ku. Dia menatapku dari tempat nya, menanggapi panggilan ku.

Aku mengulum bibir ku, terlihat ragu untuk membicarakan nya. Aku mengumpulkan secercah keberanian-keberanian ku, menyatukan nya hingga akhirnya aku bisa menatap Daren dengan tegas.

"After everything, you have me," Aku kembali mengulum bibir ku, aku kembali ciut. "Apa kamu gamau temenan lagi sama Mark?"

Tatapan Daren langsung berubah mendingin. Aku bisa mati membeku karna tatapan nya. Dia bahkan menggertakkan gigi nya setelah aku mengatakan nya.

"Ma-maksudku, Mas—"

"Will you marry me, Ra?"

d E G H!

Aku menelan ludah ku dengan kasar. Tiba-tiba jantung ku berdetak dengan sangat pelan. Aku yakin wajah ku terlihat sangat pucat saat ini.

"Kalau suatu saat saya mengatakan itu, apa kamu akan menerima saya?"

Aku tak bisa bersuara, lidah ku kelu. Seketika aku tak punya kosakata dalam hidupku.

Dia berdiri, membuat nyali ku hilang.

"No?" Daren mendekat sambil menaikkan kedua alisnya. Hingga akhirnya dia berdiri tepat di hadapan ku, menunduk agar bisa menatap mata ku. "Jadi konteks i have you itu apa, Ra?"

"Mas," aku meraih dada nya. "Mark cuman mau kalian bisa temenan lagi. Kalian udah bareng dari kecil. Cuman karna perempuan kalian putus hubungan?"

Sepertinya ada yang salah dengan ucapan ku. Tatapan nya semakin dingin namun kali ini di tambah tajam. Tajam dan dingin. Membuatku rasa nya seperti makanan beku yang siap di cincang.

Dia menarik napas panjang, "I'll answear your question after you answear mine."

Setelah mengatakan itu, Daren berjalan keluar dari kamar dan meninggalkan ku sendiri di kamar. Aku meraih kening ku yang terasa pusing dan terduduk di pinggir kasur.

Aku menatap pantulan ku di cermin. Mengingatkan ku beberapa saat yang lalu aku juga menatap cermin itu di tengah-tengah permainan panas kami.

Seberapa cinta Daren pada Dehya sampai segitu nya.

*.*.*.*

Aku keluar setelah menghabiskan hampir satu jam di kamar yang di pesan oleh Daren. Kembali bergabung untuk itu memeriahkan acara.

Meja untuk keluarga ku kosong. Tentu saja, masing-masing orang punya kepentingan lain. Dan pernikahan hanyalah wadah agar mereka bisa bertemu.

Aku mencari atensi Daren namun mata ku malah bertemu dengan Mark. Entah kemana istri nya, mungkin pulang karna kelelahan. Aku tersenyum tipis lalu kembali mencari atensi pria itu.

Dan aku menemukan nya, sedang berbicara dengan Matt dan beberapa pria lain. Tapi dia sedang tersenyum lebar bersamaan tangan nya sedang merangkul sesuatu.

Aku memiringkan kepala ku sedikit, ingin mengetahui alasan dia tersenyum lebar setelah membuatku hampir mati membeku dengan tatapan nya. Saat itu tubuh ku menegang.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang