D E L A P A N

3.7K 166 6
                                    

"Dia beneran gitu?"

Dhira yang terbaring lemah tak berdaya di atas tilam di kamar kos-kosan nya mengangguk dengan semangat. Walau sebagian besar badan nya kaku akibat hukuman Bu Ria yang tak main-main dan di tambah Dhira harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah di Mansion itu. Tubuh Dhira sudah tak bisa menahan nya lebih lama lagi dan akhirnya jatuh sakit.

Diva yang tengah memijit lengan tangan Dhira menganga sebentar, "Buset, lo kasih dia pelet ya?"

Dhira berdecak, "Kalo pelet mah, mending gue melet Shah Rukh Khan."

"Bener juga." sahut Diva.

Najla yang sejak tadi fokus di meja belajar Dhira untuk menyalin tugas Diva untuk Dhira. Karna Dhira sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh nya bahkan hanya untuk sekedar menulis. Dia bahkan absen dari kelas dan juga izin libur pada Bu Ria.

Najla beranjak dari kursi nya lalu ikut duduk di pinggir tilam bersama Diva, "Kata gue sih hati-hati aja. Lo tahu kan, dia laki-laki normal yang gagal nikah. Dan dia laki-laki kaya, bisa aja dia pria hidung belang yang lagi nyoba deketin lo dalam maksud tertentu."

Dhira mengangguk, "Iya sih."

"Tapi jahat juga atasan lo, nahan lima buku?" sambung Najla lagi.

Dhira menghela napas berat, "Dia itu orang suruhan Ayah nya Pak Daren. Buat ngawasin dia gitu lah." Dhira mengetahui nya dari Bu Sri.

"Terus? Apa hak nya dia ngehukum lo?" sahut Diva. "Ayah nya ga terima anak nya sama pelayan? Atau dia nya yang juga suka sama majikan lo?"

Dhira terdiam sejenak. Benar juga. Apa kepala pelayan nya itu juga menyukai sang Majikan? Maksudnya, perempuan itu yang mengatur semua nya tentang pria itu tanpa terkecuali. Tidak mungkin dia tidak sedetik pun merasa tertarik.

"Gatahu juga." cuman itu yang bisa di balas Dhira.

"Emang umur atasan lo berapa?" tanya Najla.

"Tiga puluhan. Kayaknya ga jauh banget dari Majikan gue."

"Kan!" pekik Diva. "Dia kesel sama lo karna bisa megang-megang Pak Daren. Sedangkan dia orang suruhan. Harus professional."

Najla menghela napas berat, "Semangat ya, Ra. Semoga lo bisa bersaing sehat untuk dapetin Pak Daren."

Dhira yang tadi nya merenung tentang Bu Ria tiba-tiba menatap Najla kaget. "Sejak kapan lo dukung gue gini?"

"Lo di bilang seribu kali juga bakalan batu. Percuma. Jadi mending gue suapin sekalian." balas Najla, di lihat dari wajahnya dia memang sangat muak dengan tingkah Dhira.

Mendengar hal itu, Dhira hanya bisa cekikikan.

Setelah itu, mereka terus bercerita tentang banyak hal. Dua sahabat itu mencoba menghibur teman nya yang sedang sakit. Memang terkadang, sahabat adalah tempat ternyaman dan teraman untuk rehat.

Diva bercerita kalau dia akan ikut ke pernikahan mantan tunangan Daren bersama Om nya untuk mewakilkan perusahaan yang berarti dia akan bertemu dengan Majikan nya Dhira.

Hingga akhirnya waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Dan mereka semua harus kembali pulang.

"Cepet sembuh deh lo, kasian Pak Daren ntar kangen sama lu." Ucap Diva yang membuat Dhira melemparkan bantal pada nya sambil terkekeh kecil.

"Stop bikin gue salting dengan delulu buatan lo!" kesal Dhira yang di tanggapi kekehan oleh kedua nya.

Najla melambaikan tangan nya yang di balas oleh Dhira seraya mencoba bangkit dari tidur nya. Badan nya sudah lumayan membaik akibat pijatan Diva dan dia meraih ponsel nya yang ia charge sejak tadi.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang