TIGA EMPAT

1.4K 64 9
                                    

"Hei."

Matt keluar dari kafe menyusul Daren yang sudah berjalan menuju mobil nya. Sebelum Daren berhasil membuka pintu mobil, Matt berhasil menahan lengan nya.

"You know i'll never betray you." Matt menatap Daren tegas. "Aku bukan Mark."

Daren membalas tatapan Matt, sisa-sisa amarah masih ada di netra nya. "Aku tahu kau tinggal dengan keponakan Pak Ramzi di mana Dhira juga tinggal di sana."

Matt berdecak, "Hubungan ku adalah dengan keponakan Pak Ramzi bukan dengan Dhira."

Daren berdecih pelan, "Stop lying, Matt. Kakek mu sudah memaksa mu untuk menikahi Dhira."

Matt berkacak pinggang, "Pertama, Aku tidak tahu kakek ku bicara dengan mu. Kedua, i don't want to fuck your girlfriend, oke?"

Daren mendekat kemudian merendahkan suara nya. "Kau tahu keadaan hubungan ku dengan Dhira dan kau tinggal dengan nya. Jika kau memang bukan Mark, harusnya kau mendatangi ku dan memberitahu pada ku soal apapun tentang Dhira."

"I WOULD!" Matt meninggikan suara nya. "Tapi Dhira tidak menginginkan siapapun memberitahu mu soal keadaan nya."

"Great." Daren mundur kemudian membuka pintu mobil nya. "Dengan begitu kalian bisa menikah dalam waktu cepat."

Matt berdecak sekali lagi, "Kenapa kau yakin aku akan menikahi Dhira?"

Daren mengeraskan rahang nya, "Kau perlu bantuan Kakek mu untuk balas dendam pada Ayah mu yang menikahi istri mu 'kan? Dan Dhira adalah bantuan nya."

"Walaupun Dhira adalah bantuan nya aku tetap tidak akan menikahi nya!" Matt mulai frustasi.

"Dendam mu begitu besar, Matt. Aku tidak yakin kau bisa meredam itu hanya untuk ku."

Setelah mengatakan hal itu, Daren masuk ke dalam mobil dan tak butuh lama dia sudah melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Matt mengacak rambutnya frustasi.

Matt menoleh dan tak sengaja menemukan Dhira berdiri di dekat pintu. Menatapnya memelas. Matt diam lalu mengeraskan rahang nya. Tatapan Dhira mengingatkan nya tentang masa lalu nya membuatnya tanpa berpikir panjang langsung berjalan menuju mobil milik nya.

Namun belum sempat menyentuh pintu mobil nya, Matt mendengar suara bel sepeda dan makian beberapa orang dan terakhir suara teriakan kecil yang Matt kenal suara nya.

Spontan dia langsung menoleh dan menemukan Dhira sudah terduduk di trotoar. Mata nya membola saat melihat darah ikut keluar dari bawah dres yang ia gunakan.

"DHIRA!"

*.*.*.*.*

Daren mencampakkan Jas kebiruan dan kunci mobil nya sembarang arah dan melangkah masuk ke dalam Mansion nya dengan langkah yang lunglai.

Wajahnya terlihat sangat lelah, seakan dia baru saja membawa beban jutaan kilogram selama seharian penuh. Punggung nya bisa menjelaskan betapa rapuh nya dia saat ini.

Daren menarik napas panjang. Alkohol sama sekali tidak membantu nya untuk lari dari kenyataan yang ada. Sebaliknya, semakin kesadaran nya di ambil, semakin banyak pula bayang-bayang Dhira memenuhi pandangan nya.

Daren hendak naik ke lantai atas namun netra biru nya menangkap ke arah ruangan dapur yang menjadi satu-satu nya ruangan yang terang karna bantuan cahaya lampu.

Daren memandangi nya, bagai reka adegan di film-film. Daren dapat melihat semua kenangan yang pernah terjadi di sana.

Semua nya. Tanpa terlewatkan.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang