S A T U T U J U H

2.7K 119 11
                                    

Daren memakai pakaian formal nya bersiap untuk bekerja. Setelah malam panas yang ia lewati dengan gadis kuliahan yang berstatus pelayan nya ia masih sanggup untuk pergi ke kantor. Saat ini, dia sedang merapikan dasi di leher nya.

Netra kebiruan nya melirik ke arah gulungan kasur lalu menarik napas panjang, "Ada cek berisi 5 Miliyar di dalam nya. Silahkan ambil, itu gaji kamu selama satu bulan ini dan," Daren mengambil tas kerja nya, "Bayaran untuk yang tadi malam, saya gamau pakai kamu cuma-cuma. Silahkan pergi, kemasi barang-barang kamu yang ada di sini. Kamu bukan lagi pelayan di Rumah saya."

Setelah mengatakan nya, Daren berbalik dan melangkah menuju pintu hendak keluar. Tangan nya sudah memegang kenop pintu namun hati nya enggan untuk membuka nya. Tanpa di perintah, ia menoleh kembali ke belakang, ke arah gulungan selimut di atas kasur nya berharap gadis itu akan menahan nya.

Namun tidak, tidak ada respon selain deru napas nya yang membuat gulungan selimut itu naik turun.

Daren berdecak, memaki diri nya sendiri karna masih ada satu titik tersisa yang menginginkan gadis itu.

Lantas, Daren membuka pintu nya lalu keluar dari kamar nya dan melangkahkan kaki nya cepat untuk pergi ke kantor. Daren bersumpah, dia akan menutup rapat-rapat celah gadis itu kembali ke dalam hidup nya. Gadis yang berani-berani nya mempermainkan nya. Mengambil kesempatan di masa kesedihan nya.

Tepat setelah kepergian nya, Dhira menurunkan selimut dari kepala nya dan memandang ke arah pintu.

Dhira menoleh ke arah nakas dan menemukan selembar kertas di sana. Seketika sekelibat bayangan mereka tentang tadi malam terputar di kepala nya. Desahan demi desahan juga mengulang di telinga bagai radio rusak. Bagaimana mereka saling meneriakkan nama satu sama lain.

Dhira membanting kepala nya pelan ke arah bantal dan memandangi langit-langit kamar pria itu. Malam itu adalah malam dimana ia menyadari, bahwa dia menginginkan Daren. Pria yang awalnya hanya ingin ia ajak bermain sejenak. Yang dia kira, dia bisa melupakan mantan nya yang diam-diam ia rindukan setiap saat. Tanpa tahu, dia terjerumus ke permainan yang ia ciptakan sendiri. Mantan nya kembali di saat dia sudah jatuh untuk Majikan nya. Dan Dhira mengacaukan kedua nya.

"Dhira?"

Pemilik nama menoleh ke arah pintu dan menemukan mantan atasan nya ada di sana. Menatapnya penuh tanda tanya besar.

***

"Ra,"

Pemilik nama tersentak lalu menoleh ke arah kanan, ke arah Diva yang sedang duduk di kursi supir mobil nya dan merasakan tangan teman nya itu menggengam tangan nya dengan hangat.

"Maaf." sambung nya.

Dhira diam sebentar lalu tersenyum kecil, "Lo ga salah sama sekali, kok."

"Harusnya gue ga pernah ngasih tahu Matt soal Liam." lanjut Diva lagi, dari sorot mata nya terlihat jelas rasa bersalah di mata nya.

"Kalo lo ngga gitu, gue ga pernah tahu kebenaran nya." Dhira masih tersenyum, "Gue ga pernah tahu mereka manfaatin Liam supaya bisa ngirim uang ke gue."

"Lagian, gue seneng kok, akhirnya gue bisa lepas dari Majikan gue."

Ucapan Dhira membuat Diva tertegun dan menatap nya lekat-lekat. Mencoba mencarin setitik kebohongan namun yang ia temukan adalah lingkaran besar kebohongan itu.

Diva menarik napas, "Lo ga bisa selama nya nutupin perasaan lo, Ra."

"Maksud lo, perasaan satu bulan ini?" Dhira tersenyum menatap nya, "Bentar lagi juga hilang."

Diva menatap teman nya prihatin. Dhira bukan pembohong yang handal. Baik dari mata ataupun senyuman nya terlihat jelas bahwa dia berbohong dan menyimpan kesedihan.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang