S E M B I L A N

3.6K 140 10
                                    

"He must be crazy!"

Dhira meraih kening nya yang terasa pusing, "He is."

"Ra, ini bukan pilihan yang bagus!" Najla menatap teman nya dengan tatapan protes dan tak terima. Setelah mendengarkan cerita tentang apa yang pria itu lakukan di kos nya semalam.

"I know." Dhira masih memejamkan mata nya menahan rasa pusing di kepala nya.

"Lo harus nolak!" ucap Diva sama protes nya.

"Harusnya." Dhira meraih botol kemasan di atas meja dan membuka nya, "Tadi pagi orang suruhan nya dateng dan benar-benar angkut semua barang gue tanpa ngomong satu kata pun."

Najla menganga tak percaya, "He's controling you!"

Dhira meneguk minum nya, "Well, he's a boss."

"Kenapa lo ngga nolak?" pertanyaan Diva di angguki oleh Najla. Tanda dia juga mempertanyakan hal yang sama.

Dhira menarik napas panjang, "Udah gue coba. Tapi satu orang pun ngga ada yang dengerin gue dan gue udah terlambat kelas Pak Haikal dimana ada kuis harian hari ini. Pilihan nya cuman dua. Gue ngebawel sampai suara gue habis atau berangkat ke kampus." Dhira mengusap wajah nya frustasi. "Gue gamau ngulang tahun depan cuman karna masalah sepele."

"Masalah sepele?" ucap kedua gadis itu bersamaan kemudian menganga tak percaya.

"Ra," Najla hampir kehilangan kewarasan nya, "Lo tinggal sama orang asing!"

"Bener." Diva menyetujui, "In fact, kita masih gatahu maksud dia mindahin lo itu apa. Dia laki-laki kaya, ganteng, pinter, pewaris tunggal— the perfect man alive. Tapi lo udah pernah hadepin ini 'kan?"

Dhira menatap Diva.

"How a perfect man left you a perfect broken heart?"

Dhira menghela napas gusar saat Diva berusaha mengingatkan nya tentang mantan kekasih nya dua tahun yang lalu. Seketika bayang-bayang ia menangis di pangkuan kedua teman nya sekilas terlihat.

Dhira mengusap wajah nya sebentar, "Yah, setidaknya gue ga perlu pusing mikir uang kos-kosan? See the good point."

"DHIRA!"

Najla menyenggol lengan Diva, "Telpon tante lo!"

***

Dhira melangkahkan kaki nya masuk ke Mansion super duper mewah milik anak tunggal dari Dian Moenrow dengan kepala yang sangat pusing. Dia sudah pulang ke kos nya dan melihat kamar nya benar-benar bersih tak tersisa. Seolah-olah debu juga ikut di pindahkan ke sini.

Seketika dia menyesali semua keberanian nya yang datang dari entah berantah yang membuat nya harus berakhir di sini.

"Selamat datang, penghuni baru."

Suara Bu Ria menarik Dhira ke kenyataan. Dhira terdiam saat melihat senyum namun ada tatapan bendera merah di sorot mata nya. Dhira tersenyum paksa.

"Ayo, lihat kamar mu." Bu Ria berbalik berjalan menuju taman belakang dan kolam renang.

Dhira mengikuti dari belakang. Ia melewati taman dan kolam renang. Dia akan tinggal di gedung yang terpisah dengan tuan nya. Dhira menoleh ke belakang, ke lantai dua. Sebuah jendela yang ia yakini kamar Tuan nya.

Bu ria membuka pintu kecoklatan tersebut dan di sana Dhira menemukan semua barang-barang miliknya ada di sana. Tertata rapi.

Dhira terdiam untuk beberapa sekon lalu terkekeh hambar menatap kedua tangan nya, "Dia benar-benar ngga membiarkan siapapun punya kesempatan untuk nolak."

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang