SATU SATU

3.4K 123 2
                                    

"Jangan lupa lagi."

Daren mengangguk tanpa bersuara untuk mengiyakan ucapan Matt. Pertemuan mereka akan berlangsung setengah jam lagi dan mereka hampir saja gagal karna Daren lupa membawa Map penting yang berisi kertas bernilai jutaan dollar.

Matt dan Daren akan segera kembali ke kantor dan mereka sedang dalam perjalanan dari kamar Daren menuju pintu Mansion yang akan mengarahkan mereka pada halaman dan tempat mobil Matt terparkir.

Dari arah yang berlawanan. Muncul seorang gadis dengan kemeja hitam dan celana Kulot nya berjalan sambil menenteng banyak barang. Salah satu nya Macbook dan satu buku tebal.

Mata mereka berdua terkontak dengan manik Dhira yang di lapisi kacamata. Dhira tersenyum kecil serasa menunduk dan tetap melanjutkan langkah nya.

Sementara Matt berhenti membuat Daren juga ikut berhenti.

"Seriously, Daren." Matt menghentikan langkah lalu menatap teman nya tak percaya, "Dia benar-benar mirip Dehya!"

Daren menarik napas panjang, "Sudah pernah ku bilang 'kan?"

"Ya, tapi aku ngga sangka semirip itu pas pakai kacamata!" pekik Matt dengan suara tertahan. Ia diam sejenak memandangi Daren yang tak mau menatap nya dan seketika ia menyadari sesuatu. "Ini alasan mu mindahin dia kesini?"

Daren menatap Matt sebentar kemudian mengalihkan pandangan nya namun Matt sudah mendapatkan jawaban nya dari manik kebiruan teman nya itu.

"Oke, Darendra. Apa yang udah kau perbuat?" Matt menegakkan tubuhnya.

"I didn't do anything—"

"Of course you did." Paksa Matt. Satu tangan nya berada di pinggang di saat yang lain masih memegangi Map berwarna hijau itu.

Daren masih tak mau menatapnya, "I kissed her—"

"You kissed her?!"

"Hei, aku melakukan nya dengan konsen, oke?" Daren hanpir menutup mulut Matt karna bersuara terlalu kencang, "Ngga ada paksaan atau ancaman."

"Kau mencium anak kuliahan, Daren!"

"Seolah kau ga pernah cium anak SMA, Matt?"

"Setidaknya aku ga pernah cari orang lain di tubuh orang lain."

DEGH!

Daren membuang tatapan nya dan mengeraskan rahang nya mendengar ucapan teman nya itu. Sebuah fakta yang tak mau ia dengar, atau lebih tepat nya, tak mau ia sadari.

"Kau ngga akan bawa dia ke pesta pernikahan nya 'kan?"

Daren menaikkan kedua bahu nya, "Aku belum tahu."

"Kalau kau masih peduli dengan harga diri mu, maka saran ku adalah jangan membawa nya."

Daren menatapnya protes, "Terserah ku untuk bawa siapapun."

"Ya," Matt mengangguk, "Sampai semua orang menyadari kemiripan gadis itu dengan nya lalu berpikir kau belum bisa melupakan nya dan menjadi olok-olokan yang ada di sana."

Daren menatap Matt, masih tatapan protes tapi tak bisa di pungkiri bahwa ia mengakui ucapan Matt adalah benar.

"Listen," Matt mendekatkan tubuhnya, "Never try to find Dehya in someone. You will never find it."

"Right," Daren membalas tatapan teman nya, "Dia satu-satu nya."

Matt menghela napas jengah menatap teman nya yang memancing amarah nya. Tiba-tiba Matt mencampakkan Map hijau yang sejak tadi di tangan nya ke dada bidang Daren yang di tangkap dengan cepat lalu berjalan ke arah yang sama dengan Dhira.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang