DUA LAPAN

2.1K 96 6
                                    

DAREN 's

"Mas, kamu sakit ya?"

Aku terbangun mendengar suara yang masuk dengan lembut ke dalam telinga ku. Sedetik kemudian, rasa tidak nyaman menyerang dengan beberapa titik di tubuh ku terasa kesemutan.

Aku menggeram beberapa saat sebelum akhirnya membuka pejaman mata ku. Di hadapan ku, seorang perempuan yang sedang tidur menghadap ku menatapku khawatir dengan tangan nya meraih wajah ku dan menghelusnya lembut.

Beberapa saat aku diam, ya, lebih tepat nya aku mematung. Aku tak bisa berkata apa-apa saat sadar ada bidadari cantik tidur di kasur yang sama dengan ku.

Perempuan yang berhasil menembus dinding pertahanan ku bahkan tanpa mencoba nya. Aku luluh hanya dengan tatapan nya.

Aku pernah menentang nya, menentang nya begitu keras. Menolak mentah-mentah kehadiran nya dalam hidup ku.

Namun ada yang kosong begitu dia benar-benar meninggalkan ku. Ada suara yang selalu bertentangan dengan ego dan logika ku, suara yang meminta ku untuk memanggil nya kembali.

Ketika aku sengaja menarik beasiswa nya, agar menjadikan nya sebagai alasan klise untuk dia menemui ku. Di situ aku tersadar, aku menginginkan nya.

Ketika aku melihatnya bersama pria lain di Mall itu dan merasakan api cemburu membakar jiwa ku hingga habis, di situ aku tersadar, dia sudah masuk terlalu jauh ke dalam batin ku.

Ketika aku punya banyak kesempatan untuk mengambil alih apa yang seharusnya menjadi milik ku tapi tidak, aku menolak semua kesempatan itu hanya karna satu suara nya yang terus terngiang di kepala ku. Di situ aku tersadar, aku sudah bertekuk lutut di hadapan nya.

Aku kembali ke kenyataan kemudian meraih tangan nya yang mendarat di wajah ku. "Kayaknya."

Aku mendengarnya mendesis kesal, "Kan udah aku bilang, jangan cium-cium aku dulu, ketularan kan!"

Aku tersenyum, tak bisa menahan rasa geli yang menggelitik ku. "Salah mu kenapa terlalu menggoda."

Aku melihat nya menunduk, terlambat, aku sudah menangkap wajahnya yang bersemu. Aku tersenyum lalu menarik tubuhnya hingga masuk ke dalam dekapan ku di bawah satu selimut yang sama.

Dia tak menolak, bahkan mencari posisi yang nyaman.

"Kamu tahu," aku bersuara rendah, tidak mau membuatnya tidak nyaman dengan suara besar ku, "Kamu membuat saya ga berantakin kamar saya."

Dia mendongakkan kepala nya untuk menatap ku, "Kamu mau hancurin kamar mu di saat ada orang lain yang menginap di sini?"

Aku menggeleng lalu memajukan wajah ku untuk mencium bibirnya sekilas, "Makanya, kamu harus sering-sering nginep di sini."

"Modus." Aku tergelak saat dia memukul dada ku.

"Mas,"

Jantung ku selalu berdebar saat ia memanggil ku dengan sebutan itu. Dia diam, membuatku berpikir apakah dia mendengar detakan jantung ku.

Dia kembali menatap ku, "Kayaknya aku harus mulai minum pil deh."

Kening ku berkerut, "Kenapa?"

Dia menatapku penuh penghakiman seolah-olah mengatakan, "Masih bertanya?"

"Kamu tuh kayak kesurupan kalo udah nafsu. Takutnya stok pengaman kamu habis atau yang lebih parah," dia menaikkan kedua bahu nya, "Lepas kontrol."

Aku diam. Ada sedikit bagian hati ku yang mencelos mendengar nya. Seolah-olah dia tak menerima diri ku sepenuhnya.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang