DUA EMPAT

2.5K 97 13
                                    

"Dhira?"

Dhira yang tadi nya sedang sibuk memilih sayur-sayuran karena di suruh oleh pemilik Resto untuk belanja menoleh ke sumber suara dan menemukan wanita paruh baya yang tampak sedikit pucat.

Dhira tersenyum, "Bu Sri?" Dhira menoleh ke keranjang wanita itu, "Bahan di rumah habis ya, bu?"

Bu Sri tersenyum saat ternyata orang yang ia tebak adalah benar, "Iya, tapi ibu belanja nya dikit aja. Soalnya pak Daren udah jarang makan malam di rumah."

Dhira mangut-mangut mendengar nya.

"Semenjak kamu berhenti, Rumah hampir gak terkendali loh, Ra." Bu Sri lanjut memilih sayur, begitupun Dhira namun kali ini ia jadi tak sefokus sebelum nya.

"Tuan Daren jadi lebih keras ngehancurin kamar nya kalo malem. Emosi nya juga makin ga stabil, apalagi kalo soal makan malam—Ampun deh." Bu Sri menaikkan kedua bahu ny ngeri.

Tangan Dhira sudah terangkat mengambil satu ikat sayur namun terhenti di udara setelah mendengar kalimat nya. Dhira menoleh ke arah bu Sri yang masih mencari-cari sayur, "Mas—Tuan Daren masih sering ngehancurin kamar nya?"

Pertanyaan Dhira hanya di balas anggukan oleh Bu Sri. Dhira tertegun, sesuatu menyerang ulu hati nya.

"Menurut kamu," Bu Sri akhirnya menatapnya, "Tuan Daren berhenti ngehancurin kamar nya? Ngga, Dhira. Tuan Daren itu cinta sekali dengan Nona Dehya. Bahkan Tuan ngga mau makan di meja makan karna mereka sering ngobrol di sana."

Itu dia, Dhira menemukan nya. Alasan mengapa dada nya sekarang terasa sesak hampir tak bisa bernapas.

Dhira teringat perkataan Najla beberapa hari lalu.

Daren hanya menjadikan nya sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesedihan nya.

Untuk itu, dewi batin Dhira berteriak pilu.

***

"Kamu jangan lupa atur MoM ya, Pak Matt selalu tegas kalo soal itu. Sama, jangan lupa catat hasil setiap rapat terus kasih sama aku aja biar aku yang ngetik."

Diva mengangguk paham saat perempuan yang lebih tua lima atau tujuh tahun di atas nya menjelaskan tentang tugas nya.

Perempuan itu bernama Mbak Putri, selama ini dia yang menjadi Sekretaris untuk Chief Financial Officer yang di duduki oleh Matthew Walker. Mbak Putri yang akan menjadi pengarahnya untuk menjadi Sekretaris.

"Nanti makan siang, gabung sama anak Finance yuk." Diva menoleh ke arah Putri, "Biar makin akrab. Kamu harus bisa berbaur karna kalo Pak Matt ada tugas keluar kota, kamu harus ikut."

"Aku, mbak?" tanya Diva sambil menunjuk diri nya sendiri. "Aku banget?"

Putri terkekeh geli melihat reaksi gadis di hadapan nya. "Ya iyalah, Diva. Sekarang sebagian besar tugas sekretaris pak Matt itu ya ke kamu, aku cuman arahin doang. Karna kamu masih kuliah juga, jadi kalo kamu lagi ga bisa ya aku terpaksa gantiin. Istilah nya aku cuman buat nge-back up doang."

Diva menarik napas seraya mengerucutkan bibirnya dengan fakta yang baru saja di terima. Itu semakin buat kekehan Putri semakin terdengar.

"Emang kenapa, sih? Pak Matt ganteng tahu, berkharisma, apalagi ya," Putri mendekat seraya mengecilkan suara nya, "Kalo dia lagi marah di rapat itu beuuhh ganteng nya minta ampun!"

"Belum lagi itu nya yang besar banget, ampun deh!"

Diva langsung membulatkan mata nya menatap Mbak Putri yang masih senyum-senyum sendiri. Kalimat terakhir membuat Diva mematung. Diva sendiri tahu betapa besar dan gagah nya itu nya Matt tapi dia tidak tahu ada banyak perempuan yang mengetahui nya.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang