TIGA DUA

2K 86 8
                                    

DHIRA's

"Daren cuman trauma."

Aku menatap Matt yang duduk di ujung ruangan dengan kaki terlipat di atas kaki yang lain. Aku mendelik lalu menatap Diva yang duduk di sebrang ku, "What is he doing here?"

Diva menaikkan kedua bahu nya lalu meraih tangan ku, "Matt's right, dia cuman trauma."

"Tapi trauma dia bikin aku trauma." balas ku kesal.

Aku meraih soda di gelas ku dan meneguk nya, "Kenapa dia mesti berantem sama Mark perkara Dehya? Untuk nunjukin kalo dia masih punya perasaan gitu?"

Matt berdiri di tempatnya lalu mendekat dan duduk di samping Diva. "Kita belum tahu kronologi seutuhnya. Kita ga bisa ambil kesimpulan sepihak."

Aku kembali mendelik ke arah Matt, "Man supports man, huh?"

"Aku tahu, Daren." Matt tampak tak menggubris delikan ku dan malah menatapku serius, "Dari awal aku ga pernah suka dia sama Dehya, when i look in his eyes while he looks at her, i don't see the sparks."

Aku menelan ludahku kasar mendengarnya.

"But when he looks at you, i do."

Matt menaikkan kedua tangan nya, "Maybe you're the one."

Aku membuang napas ku kasar, tak mau terlena dengan ucapan pria di hadapan ku. Aku kembali menatap Diva saat dia kembali menyentuh tangan ku.

"He propose you,"

Aku mengigit bibir ku lalu menunduk. "I can't."

"Why?" tanya mereka bersamaan.

Aku melihat mereka berdua bergantian lalu membuang napas lagi. Aku menegakkan tubuh ku, "I 've ever seen this film before, oke? Mama ku di jodohkan dengan laki-laki lain tapi akhirnya? Dia kembali sama orang yang dia cintai di saat pria itu juga udah punya istri."

"Dehya dan Daren itu pernah saling mencintai. Dehya di jodohkan dengan Mark. Dan Daren? He wants to marry me. Terlalu beresiko."

Mereka berdua menatap ku lekat-lekat. Setelah ini selesai aku akan menjodohkan mereka. Karna betapa serasi nya mereka saat berdampingan di hadapan ku.

"Apa jaminan kalo Dehya kembali, Daren ga akan tergoda? This case is really similiar to me. My parents did it first."

Aku meraih kening ku dengan kedua telapak tangan ku dan menggeram kesal.

"You're the one who told him that you're not Dehya."

Aku kembali menatap Matt yang masih menatapku serius.

"Then Daren is not your Dad."

Aku menatap Matt lekat-lekat ke netra biru nya untuk mencari keseriusan tapi yang ku temukan malah lebih dari keseriusan.

"Tapi mungkin masalah anak," Matt melanjutkan, "Kalian memang perlu waktu. Karna setahuku, sejak dulu, Daren memang selalu mau punya anak. Atau kau bisa kembali ke Apartemen nya dan buat anak di sana—awh!"

Diva memukul lengan besar Matt dan merecoki nya atas kalimat nya tapi aku malah tertegun. Matt benar, aku melihat keinginan yang sangat besar di mata nya untuk memiliki anak saat dia menggendong bayi di pesta itu.

Berarti, ucapan ku kemarin menganggu nya?

Aku kembali menatap Matt untuk bersuara tapi melihat mereka berdua saling tertawa bercanda, aku mengurungkan niat ku, aku tidak mau membebani mereka dengan masalah ku. Apalagi saat aku melihat kilat hasrat dari mereka berdua.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang