"Yang ini?"
Matt menaikkan kedua alisnya saat melihat pilihan poto yang di pilih Daren. Dia pandangi wajah gadis di dalam poto nya. "Well, she's pretty."
"Setidaknya, tidak mirip dengan pengantin nya." Ucap Daren sambil bersandar di punggung kursi nya yang sangat nyaman.
Matt tersenyum menatap Daren seraya meletakkan poto itu ke atas meja. "Rilex, Man. Biasa aja." ucap Daren sambil terkekeh melihat wajah ketat di hadapan nya.
"Apa kau sudah pergi sama Dhira?" Daren menatap teman nya langsung.
"Belum," Matt menggeleng pelan. "Kenapa?"
Daren diam, ia pandangi pria itu lalu mengalihkan bola mata nya ke langit-langit ruangan nya. Itu memgundang tanda tanya di kepala Matt. Walaupun dia akhirnya hanya tersenyum geli.
Matt bangkit dari duduk nya, "Kau harus siap. Besok pernikahan nya. Jangan sampai kau pingsan di sana."
Daren melirik ke arah nya, "Harusnya itu pernikahan kami."
"Harusnya." tekan Matt sebelum mendorong pintu dan keluar dari ruangan sahabat nya itu.
Daren yang di tinggalkan sendiri di sana hanyut dalam hening yang ia ciptakan. Pikiran nya luntang-lantung kesana kemari. Sebagian diri nya mengkhawatirkan apa yang akan terjadi besok dan sebagian lagi memikirkan alasan kenapa gadis itu menjauhi nya.
Daren merasakan kepala nya mulai pusing namun dia tidak mau menghentikan nya. Seperti sengaja untuk meledakkan isi otak nya.
Maksudnya, seharusnya yang sedang sibuk tentang pernikahan adalah diri nya. Dia yang lebih dulu melamar gadis itu.
Namun, dugaan-dugaan kenapa pelayan nya itu mencoba menghindari nya juga menghantui pikiran nya.
Dua wanita sedang berusaha mengaduk-aduk pikiran Daren. Wanita dari masa lalu dan dari masa sekarang. Dan Daren sama sekali tidak tahu, siapa yang akan menang.
Ya, wanita memang selalu rumit.
***
"Maaf." Dhira menunduk lalu mengutip sendok garpu yang terjatuh ke bawah saat ia tak sengaja menabrak dada bidang si pemilik rumah.
Dhira kembali berdiri saat berhasil melakukan nya dan menatap pria di hadapan nya.
Daren tahu, gadis itu mematung di tempat saat melihatnya memakai Tuxedo hitam di lapisi Jas yang senada dan di lilit oleh dasi kupu-kupu di leher nya. Namun dia lebih memilih diam dan kembali menunduk.
Daren menarik napas panjang, "Kamu ga perlu masak. Saya makan di luar malam ini."
Dhira menelan ludahnya kasar lalu mengangguk. Ada keheningan yang menyerang kedua nya hingga mereka bisa merasakan kecanggungan satu sama lain.
Dhira hanya menunduk sedangkan Daren, ia tak melepaskan pandangan nya dari gadis itu berharap ia mau untuk mengangkat kepala nya dan menatap nya berani seperti biasa nya.
Well, Daren lebih menyukai sikap penantang nya.
"Ra—"
"Daren, ini kelihatan bagus di aku, ngga?"
Kedua nya tersentak dan kedua nya spontan menoleh ke sumber suara lalu menemukan seorang gadis yang memakai dress hijau sederhana namun tampak elegan karna dia yang memakai nya.
Dhira menelan ludahnya kasar. Siapa gadis itu? Gadis bertubuh langsing namun padat. Rambut nya yang kelihatan sangat halus, selembut sutra menjuntai ke bawah. Gaun hijau sederhana nya tampak sangat mewah ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid
RomansaDhira laksa seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu demi menutupi kebutuhan hidup nya sebagai gadis perantauan dengan menjadi pelayan di rumah tuan takur yang pemarah dan kesepian