DUA TIGA

2.7K 103 15
                                    

Dhira melenguh pelan saat Daren menggunakan punggung nya untuk membuka pintu di sebuah Apartemen yang tak jauh dari Apartemen milik Diva yang membuat nya mengerutkan kening nya heran.

"Sejak kapan om punya Apartemen di sini?" tanya Dhira di sela-sela lumatan nya.

Daren mendudukkan Dhira di atas Kitchen Island yang ada di sana lalu ciuman nya turun. Deru napas nya beradu cepat, "Setengah jam yang lalu." jawab nya dengan suara ngos-ngosan, membuktikan nafsu sedang memegang kendali tubuh nya.

"Oh fuck."

Dhira mendengar makian dari mulut Daren bersamaan dengan penis pria itu yang semakin mengeras dan menusuk-nusuk daerah kewanitaan nya. Mereka masing-masing masih terbaluti pakaian yang menjadi penghalang. Daren dengan celana kerja nya dan Dhira dengan jeans nya.

Daren kembali melumat bibir Dhira seraya membuka kancing kemeja nya. Daren sudah buta akan nafsu membuatnya jadi tidak bisa membuka kancing kemeja nya dengan benar.

Dhira meraih rahang tegas nya seraya tersenyum dan melepaskan lumatan nya secara sepihak lalu menatap netra biru tersebut, "Rilex, om." Dhira nengusap bibir pria itu, "Kamu jadi kaya orang gila."

"Emang." Daren kembali melahap bibir Dhira dengan dalam, "Lebih tepat nya tergila-gila."

Daren menyerukkan wajah nya ke dada Dhira dan mengigit tiap inchi tubuh nya, "Saya lebih suka kamu ada di atas meja kerja saya daripada dokumen-dokumen sialan itu."

Dhira terkekeh geli di tengah erangan-erangan nya. "Look at who's greedy now." Dhira kembali menatap netra biru tersebut, "Lihat siapa yang lupa pernah ngusir aku-"

Dhira memekik tertahan saat Daren menarik pinggang Dhira untuk pergi dari Kitchen Island dan membawa nya masuk ke dalam sebuah kamar dan membanting nya ke atas kasur. Sedetik kemudian Daren menyusul dengan menindih tubuh perempuan itu.

"Saya lupa, kamu juga lupa," Daren menatap netra kecoklatan nya, "Yang perlu kamu ingat cuman nama saya untuk kamu teriakkan sekencang yang kamu bisa."

***

Dhira mengerjapkan mata nya sedetik kemudian sakit menghantam inti tubuh nya. Dhira meringis kuat menahan rasa sakit yang selalu membuatnya candu itu. Ia menoleh ke samping dan menemukan Daren yang sudah tertidur lelap.

Dhira memakai kaos putih kebesaran yang ada di lemari Daren. Pria itu bilang dia ingin tidur dengan keadaan bersih dan mengajaknya mandi bersama namun yang ada Daren malah kembali menghajarnya habis-habisan.

Dhira jadi tak yakin pria ini baru membeli Apartemen seperti kata nya. Karna jika iya, tidak mungkin Daren punya perlengkapan pakaian di lemari nya sekarang.

Daren benar-benar membuat Dhira tak bisa berjalan sekarang. Bersyukur ini adalah hari minggu dan tugas nya sudah selesai. Namun, Dhira harus bekerja nanti siang.

Dhira menoleh ke arah jam yang menunjukkan jam lima pagi. Yang benar saja, dia baru tidur setengah jam yang lalu?

Mungkin Dhira akan bangun saat jam sembilan atau sepuluh pagi jika saja kerongkongan nya tidak berteriak karna dahaga. Tentu saja, berjam-jam ia terus meneriakkan nama pria itu.

Dhira menghadapkan tubuh nya ke arah Daren dan menumpukan beban nya ke satu tangan agar bisa memandangi wajah pria itu dengan leluasa.

Dhira tersenyum. Dia suka saat-saat seperti ini, dia merasa bahwa Daren adalah miliknya sepenuhnya. Karna bagaimanapun, selalu ada dinding yang memisahkan.

Namun tiba-tiba Dhira teringat tentang perkataan Daren tadi. Saat pria itu mengatakan bahwa dia tidak peduli apapun dan hanya menginginkan diri nya.

Apa Daren sudah tidak menganggap Dhira perempuan yang menginginkan uang dari pria kaya? Atau pria ini memang punya perasaan pada nya.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang