"Dia ninggalin cewek nya."
Dhira menatap Diva yang ada di hadapan nya. Padahal, tujuan ia menggunakan jatah libur kerja nya adalah untuk meminjam tugas teman nya untuk ia salin tapi gadis itu malah menceritakan kejadian semalam.
Dhira baru tahu, semalam adalah pesta pernikahan mantan tunangan nya dengan sahabat nya.
Daren pergi dengan perempuan yang ada di rumah nya semalam. Diva yang menemani paman nya juga ada di sana dan dia bilang, pria itu tampak gelisah bahkan pernikahan itu seolah-olah tak berarti untuk nya dengan meninggalkan gadis yang ia bawa di tengah-tengah pesta.
Apa Daren pergi untuk menemui nya?
"Saya menginginkan kamu."
Dhira mengerjapkan mata nya berkali-kali seraya menggeleng samar, "Bukan urusan ku, Div."
Diva mengerutkan kening nya melihat reaksi teman nya itu, "Udah waras lagi lo?"
Dhira menarik napas, "Dia majikan gue, gue cuman pelayan. Gue ga punya kesempatan apapun. Itu kan yang selalu kalian bilang?" Dhira menatap teman nya, "Gue udah rencana berhenti bulan depan."
"Lo yakin?"
Pertanyaan Diva membuat pergerakan Dhira di keyboard laptop berhenti sesaat lalu membalas tatapan teman nya. Dhira menelan ludahnya kasar, "Kenapa setiap kali orang mulai noleh ke arah lo. Lo berhenti?"
DEGH!
"Setakut itu lo bayang-bayang Liam hilang—"
"Gue ga pernah mikirin dia lagi."
Dhira memotong ucapan Diva dengan cepat begitu mendengar nama itu di sebutkan. Terjadi persaingan sengit dari sorot pandang mereka berdua.
"Oh ya?" Diva menaikkan satu alis nya. "Terus kenapa lo menjauh dari majikan lo?"
"Lo sendiri yang bilang, gue sama dia ga punya kesempatan sama sekali—"
"Gue ga bilang ga punya kesempatan," Diva memotong dengan cepat, "Gue bilang, kecil kemungkinan."
Dhira menatap teman nya itu lalu menelan ludahnya kasar melihat tatapan menelisik dari gadis itu. Dhira membuang tatapan nya ke arah layar laptop, menghentikan percobaan Diva menembus benteng nya.
"Oh, Hai Ra."
Kedua nya menoleh ke sumber suara dan menemukan pria berbadan besar memakai kaos abu-abu yang di lapisi jaket terlihat berkeringat sambil menenteng segelas kopi yang dia pesan dari kaffe tempat mereka duduk. Seperti nya dia baru selesai lari pagi.
Itu teman Daren yang mengajaknya mengobrol kemarin.
Dhira tersenyum kecil, "Hai—?"
"Matt aja." Timpal Matt. "Aku boleh duduk di sini?" Matt menunjuk kursi kosong di samping Dhira yang di balas anggukan. Matt menoleh ke arah gadis di depan nya yang juga mengangguk mengiyakan. Baru lah Matt duduk.
Matt merasakan ada perang dingin antara dua gadis ini lalu menghela napas, dia memperhatikan wajah Diva, serasa tak asing, "Kamu yang datang ke pesta pernikahan semalam ya?"
Diva terkejut lalu mangut-mangut, "Aku keponakan nya Ramzi."
Matt menganga sedikit. Pasalnya, itu kolega mereka di perusahaan Ayah Daren. Dia kembali menatap Dhira. Bagaimana mungkin seorang pelayan bisa berteman dengan anak konglomerat?
"Ra, aku mau tanya sama kamu," Matt beralih pada gadis yang sibuk dengan laptopnya. "Semalam, Daren ada jumpain kamu?"
Dhira diam sebentar, "Kami emang selalu jumpa. Kami satu rumah sekarang kalo om lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid
RomanceDhira laksa seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu demi menutupi kebutuhan hidup nya sebagai gadis perantauan dengan menjadi pelayan di rumah tuan takur yang pemarah dan kesepian