Tok.
Matt menghela napas gusar dengan satu tangan ada di pinggang nya. Dada nya naik turun tak teratur tak sabar menunggu sang pemilik Apartemen membuka pintu nya.
Namun, tak ada tanda-tanda pintu terbuka.
Matt kembali mengetuk pintu nya tapi kali ini dengan sedikit lebih keras.
TOK TOK TOK—
Ketukan ke empat akhirnya membuat sang pemilik Apartemen menyerah dan membuka pintu nya. Saat terbuka, gadis berambut hitam kecoklat-coklatan itu sudah memakai kemeja katun berwarna biru dan celana panjang sambil menenteng laptop di tangan nya.
Diva menatap pria itu dingin, "Are you blind? I tell you, we're done!" Ujar nya dengan kesal sambil menutup pintu Apartemen nya.
Matt memandangi gadis itu, mencoba menahan emosi nya, "At least, tell me your reason! You ignore me for a week—"
Kalimat Matt terpotong begitu Diva tertawa hambar mendengar nya. "Kamu masih nanya?" Diva menunduk untuk memakai sepatu nya, "Aku yakin, kalo bukan karna kamu, Liam ga mungkin masuk rumah sakit karna di pukul sama temen kamu yang moodyan itu."
"Oh, jadi ini tentang Dhira?" Matt ikut tertawa hambar, "Dia emang pantes dapetin itu. Dia cuman mau uang—"
PLAK!
Suara nyaring terdengar saat telapak tangan Diva terangkat untuk menampar wajah tampan Matt dengan kuat. Matt terdiam, tak menyangka dengan tindakan gadis itu sedangkan Diva menatapnya nanar.
"You know nothing bout her."
Setelah mengatakan hal itu, Diva langsung melangkah pergi dari sana meninggalkan Matt yang masih berdiri di tempat nya sambil memegangi wajah tampan nya yang memanas sambil memandangi punggung itu berjalan menjauh tanpa ragu.
***
Daren tengah mendengarkan seorang wanita paruh baya yang duduk beberapa meter di hadapan nya saat Matt baru saja berjalan masuk ke dalam ruangan VVIP yang di pesan khusus untuk meeting mereka kali ini.
Daren spontan menatap teman nya yang duduk di samping nya sambil merapikan jas kerja nya seraya menghela napas gusar.
Daren mengerutkan kening nya lalu berbisik pelan, "Keponakan Pak Ramzi hamil?"
Matt membuka map yang tertutup di atas meja, "We're done."
Daren menaikkan kedua alisnya sebagai respon terkejut nya atas jawaban teman nya itu. Untuk seukuran Matt, menjalin hubungan walau itu tanpa status selama lebih dari dua hari adalah hal yang sangat mengejutkan. Daren sempat berpikir dia akan menikahi gadis itu.
Matt menoleh ke arah nya, "Woman supports woman, huh?"
Daren memandangi Matt yang kembali fokus pada pekerjaan nya. Dari omongan nya, Daren tahu, ini ada kaitan nya dengan hubungan nya dengan Dhira.
Daren menggertakkan gigi nya. Pikiran nya yang tadi nya sudah ia berhasil kendalikan untuk tidak memikirkan gadis itu kini malah kembali memikirkan nya tanpa henti bahkan omongan kolega nya di depan sudah tak lagi ia dengarkan.
Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepala Daren seakan itu bisa meledakkan nya. Dimana gadis itu sekarang. Apa dia kembali dengan mantan nya. Apa dia mencari pekerjaan lain atau apakah dia mencari pria kaya lain yang bisa ia raup uang nya.
Namun kuis-kuis tak berhadiah di kepala Daren tiba-tiba terpotong saat para pelayan restoran mulai masuk ke dalam ruangan sambil mendorong troli berisi makanan-makanan khas restoran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid
RomanceDhira laksa seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu demi menutupi kebutuhan hidup nya sebagai gadis perantauan dengan menjadi pelayan di rumah tuan takur yang pemarah dan kesepian