E N A M

4.6K 145 12
                                    

"Ra!"

Diva mencoba membangunkan teman nya yang tertidur di atas meja kecil saat Dosen mereka berjalan ke arah nya. Dhira yang masih sangat mengantuk hanya mengheming. Tubuh nya masih sangat lelah karna ia harus kerja kelompok dan tugas-tugas lain nya di hari libur nya sebagai pelayan.

Sebagai imbas nya, tubuh nya lelah dan mata nya minta di pejam. Diva masih terus berteriak kecil memanggil nama gadis itu sambil memperhatikan langkah kaki Dosen nya.

Dhira berdecak lalu menatap Diva dengan tatapan sinis walau mata nya sangat sayu. "Lo bisa biarin gue tenang sebentar ga?! Emang Dosen nya liatin gue—"

"Iya, Dhira Laksa. Dosen nya lagi liatin kamu."

Deg.

Dhira membulatkan mata nya dan seketika menegakkan tubuh nya saat mendengar suara yang ia kenal sebagai Dosen muda nya itu.

Dhira tersenyum panik, "Pak Haikal."

Dosen muda yang bernama Haikal itu tersenyum kecil, "Muka kamu pucat, kamu sakit?"

"Eh, enggak pak." elak Dhira sambil memegangi wajah nya.

"Iya pak." sahut Diva yang duduk di samping nya. "Stress dia."

Dhira menatap Diva dengan tatapan sinis dan mengibarkan bendera perang dengan nya sedangkan Dosen yang berdiri di antara mereka tersenyum geli. "Kali ini saya maafkan, tapi lain kali, kalo sakit, istirahat aja ya, Ra."

Dhira yang tadi nya sibuk bertengkar dengan Diva dari tatapan mata nya tersentak lalu beralih pada pria itu dan kembali tersenyum canggung. "Hehehe, makasih ya pak."

Pak Haikal berbalik dan melangkah kembali ke tempat nya di awal membiarkan kedua sahabat itu kembali berperang dalam hening.

"Kok lo ga bilang pak Haikal liatin gue!" pekik Dhira tertahan.

Diva menganga kecil, tak habis pikir dengan teman nya ini. "Gue udah panggilin lo daritadi. Emang lo nya aja yang budeg. Makanya jangan mikirin pak Daren mulu!"

Dhira memutar bola mata nya malas.

"Ngomongin pak Daren," Diva mendekatkan kepala nya seraya menunduk. Bersembunyi di balik punggung Mahasiswa yang duduk di depan nya, "Kemarin, om gue ke kantor nya dalam acara kerja sama."

Dhira mendengar hal itu langsung tertarik dan ikut menundukkan kepala nya agar bisa mendengar suara gadis berambut ikal itu dengan jelas.

"Di sana dia denger, kalo tunangan nya Pak Daren mau nikah sama sahabat nya."

Dhira berdecak, "Kalo itu mah gue tahu."

"Kalo nama tunangan nya itu Dehya, lo tahu ga?" ejek Diva.

Dhira terdiam sejenak, "Dehya?"

Diva mengangguk, "Kalo nama sahabat yang nikung nama nya Mark. Dia juga salah satu kolega om gue. Pernikahan nya minggu depan. Menurut lo, tuan lo bakalan dateng ga?"

"Ya jelas enggak lah!" jawab Dhira tegas.

"Tapi si Dehya itu anak yang punya pabrik kayu, otomatis pernikahan nya juga pernikahan bisnis. Bos tuan lo yang alias Ayah tuan lo itu, kolega nya Mark dan Ayah nya Dehya. Mau ga mau dia harus dateng sebagai perwakilan perusahaan." Jelas Diva panjang lebar dengan suara kecil, hampir berbisik.

Dhira terdiam, kelihatan dari wajah nya ia sedang berpikir. Ia sedang mengkalkulasikan segala kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Diva kembali menegakkan duduk nya sambil tersenyum, "Selamat berjuang. Semoga bisa masuk ke kehidupan laki-laki yang lo idam-idamkan itu."

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang