T U J U H

4.1K 154 20
                                    

Daren melangkahkan kaki nya menuruni tangga. Tiba-tiba Ayah nya memanggil dan menyuruh nya untuk datang ke kantor sekarang juga. Pikiran nya menjadi kacau, antara pekerjaan, perasaan, dan gadis itu.

"Dengan atau tanpa uang,"

Daren memejamkan mata nya sejenak berusaha menghilangkan kalimat yang sejak tadi menganggu nya.

Saat ia sampai di lantai bawah, ia terus melangkah menuju pintu walau mata nya menangkap sesuatu di taman belakang. Ia melihat dari pintu kaca, gadis itu sedang di hukum.

Kepala pelayan memergoki nya melakukan hal di luar wewenang nya. Menyentuh sang majikan.

Daren lihat gadis itu duduk berlutut dengan kedua tangan di atas sambil memegang tumpukan buku yang sangat berat. Mata mereka saling bertemu untuk sesaat karna Daren tetap melanjutkan langkah nya menuju pintu keluar.

Daren sampai di halaman Mansion nya, di sana mobil nya sudah terparkir dan siap untuk di pakai namun tangan nya berhenti saat sudah memegang pintu mobil. Hati nya gundah, ia merasa kasihan dengan gadis itu.

Namun lagi-lagi ego nya jauh lebih tinggi yang akhirnya membuat Daren menghela napas kasar lalu masuk ke dalam mobil. Melaju kan mobil mewah nya dengan cepat membuyarkan semua empati nya terhadap gadis yang menganggu pikiran nya sejak awal pertama bertemu.

Duk.

Satu buku tebal kembali di letakkan di atas tangan nya membuat Dhira meringis pelan. Tangan nya sudah bergetar menahan beban buku-buku berat tersebut.

"Kamu tahu 'kan kesalahan mu?" tanya Bu Ria mengintimidasi. Ia sama sekali tidak kasihan melihat air wajah Dhira yang sudah memerah karna di jemur di bawah matahari terik sambil menahan beban buku yang super duper tebal.

Dhira menelan ludah nya kasar, apa harus sesusah ini bagi seorang pelayan untuk menyukai Majikan nya? Apa tangga menuju 'Setara' akan sesulit ini? Apa Majikan bahkan Kepala pelayan berpikir bahwa seorang pelayan menyukai atasan nya adalah sebuah hinaan?

Bahkan pria itu tidak peduli sama sekali pada nya. Dia hanya melangkah pergi seolah-olah ucapan Dhira tak pernah berpengaruh pada nya.

Dhira berusaha keras menganggukkan kepala nya, sungguh kepala nya sudah terasa sangat kaku.

"Kamu harus tahu, Dhira. Perasaan kamu itu akan selalu ditentang."

***

Daren melangkahkan kaki nya membelah kantor yang menarik perhatian banyak karyawan khusus nya para perempuan yang menatap nya kagum. Daren risih dengan tatapan itu, seolah-olah meminta nya untuk meniduri mereka satu per satu.

Daren bukan lah pria yang senang melakukan hal tersebut walaupun semua orang tahu Ayah nya adalah playboy kelas kakap.

Daren masuk ke Lift khusus yang punya jabatan tinggi. Dan ketika pintu nya tertutup, Daren menghembuskan napas. Mereka semua selalu seperti itu, beda nya sekarang mereka menunjukkan nya secara terang-terangan. Dulu, saat bersama Dehya, mereka hanya berani melirik.

Ah, kenangan itu.

Daren menunduk seraya menggertakkan gigi nya. Membenci diri nya sendiri saat selalu lemah mengingat momen-momen kebersamaan nya. Apalagi ia baru saja bertemu dengan nya. Entah keberanian darimana gadis itu datang ke rumah nya dan memberikan undangan nya, sebelum pelayan nya datang dan mengacaukan nya lebih jauh.

Wanita memang selalu mengacaukan.

Pintu terbuka dan menampilkan seorang pria bertubuh besar, hampir sama dengan nya. Bahkan perawakan mereka juga sama. Beda nya, pria itu memang suka bermain wanita.

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang