S A T U E M P A T

3K 135 5
                                    

"Dia masih menghindar."

Daren bersandar di kursi kekuasaan nya seraya menghembuskan napas gusar lalu menatap langit-langit kaca di atas nya. Pandangan serta pikiran nya kosong.

Matt mendekatkan tubuh nya ke arah meja dengan mata yang menyipit, "Jujur pada ku, Daren. Apa yang sudah kau perbuat?"

Daren menatap pria di hadapan nya lalu mengerutkan kening nya tak mengerti.

"Tidak mungkin 'kan pelayan yang datang entah dari mana bekerja bahkan belum satu bulan berhasil membuat kau tidak tenang di pesta pernikahan mantan tunangan mu?" Matt menaikkan kedua alis nya, "Kau benar-benar ga tenang di pesta itu dan ninggalin cewek yang kau bawa di tengah-tengah pesta demi dia?"

Daren berdecak sebal seraya mengambil dokumen yang ada di atas meja untuk ia baca, "Setidaknya itu membuat bos mu senang," Daren melirik sejenak, "Dia senang anak nya membawa seorang gadis dengan background baik. Setidaknya bukan pelayan."

Matt menghela napas gusar lalu memandangi Daren yang sibuk membaca lembar demi lembar dokumen di tangan nya. "Kau menyukai nya?"

"Apa?"

"Kau ga terlihat senang pas tahu mantan nya anak yang punya Pabrik Tekstil." Matt tersenyum mengejek, "Kenapa? Kau takut dia beralih pada pria kaya lain?"

Daren terdiam mendengarnya. Benar. Bagaimana mungkin seorang pelayan bisa menjalin hubungan dengan laki-laki seperti itu. Apa dia memang ahli mendekati laki-laki kaya?

"Dengan atau tanpa uang,"

Itu sebuah kebohongan belaka huh? Nyata nya dia akan tetap perlu uang untuk melanjutkan hidupnya apalagi dengan—entahlah, Daren perhatikan gadis itu selalu punya barang-barang mewah. Tidak terlalu mahal tapi untuk seukuran gadis seperti nya itu sangat tidak mungkin.

Apa gadis itu berniat memainkan nya lalu ketika mantan nya kembali, dia mulai bingung harus menguras uang siapa?

Matt menyadari pria itu mengenggam kertas di tangan nya dengan erat. Dia lantas tersenyum geli, "Rilex, Man. It's just her ex."

Daren tersadar dari segala dugaan nya dan menatap manik kebiruan teman nya. Ia diam sejenak lalu menatapnya curiga, "Darimana kau tahu itu mantan nya?"

Matt membisu. Dari gelagat nya, dia terlihat seperti seorang maling yang ketahuan basah mencuri dan itu membuat Daren menatap nya semakin curiga.

"Matt?" panggil Daren sekali lagi.

"Mck, Fine," Matt berdecak kecil, "I text with her friend."

Daren membulatkan kedua bola mata nya, "Her friend?!"

"Yang ga pake kacamata," lanjut Matt yang membuat Daren memgingat siapa teman gadis itu, "Kita ketemu dia di pesta mantan mu kemarin." Matt merendahkan suara nya, "Keponakan nya pak Ramzi."

Daren menggelengkan kepala nya tak percaya, "Kau bisa mati kalo nyakitin dia."

"Hei!" protes Matt, "Pikirkan saja hubungan mu dengan special maid mu itu!"

Daren kembali terdiam. Setiap kali dia memikirkan Dhira, yang ia temukan hanyalah jalan buntu. Tidak tahu kenapa atau apapun penyebabnya. Yang dia tahu, dia hanya ingin gadis itu di dekat nya.

***

Dhira baru saja pulang dari kampus dan tubuhnya sedikit lelah. Ia ingin istirahat sejenak lalu memulai pekerjaan nya. Itu rencana nya memang jika tidak melihat sang pemilik rumah ada di sini sambil berbicara pada Bu Sri.

 Itu rencana nya memang jika tidak melihat sang pemilik rumah ada di sini sambil berbicara pada Bu Sri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang