Chapter 7

2.7K 219 7
                                    

Bagaimana jika kali ini kita menyelami arti cinta sang calon dokter?

Sebelum bertemu dengan Sang Pieris, apa yang sebenarnya yang dia cari? Sebuah kedamaian, kah? Sebuah kehangatan? Atau, cinta pada pandangan pertama?

Jawabannya...

Tidak, dia tidak mencoba mendapatkan semua itu. Kehidupannya berjalan dengan mulus. Seorang putri Armstrong satu-satunya ini, tak pernah sekalipun kekurangan arti damai dan hangat dalam hidupnya. Jalan yang menanjakpun bukanlah sebuah rintangan, dia tak terlalu menggubris semua itu dalam pikirannya. Kata cinta memang tampak indah di dengar, namun, Becca tak terlalu berharap bertemu dengan perasaan itu, cinta pandangan pertama.

Penggemarnya ada di mana-mana, sungguh banyak. Semua hadiah pemberian mereka, Becca jaga dengan baik-baik. Dia membuat tempat khusus di sudut kamarnya, sebagai bentuk menghargai perasaan orang lain pada dirinya. Wanita ini sungguh lembut, dia tak pernah ingin menyakiti hati orang lain. Sifat baik, paras cantik dan masa depan cerah karena berasal dari keluarga terpandang ini membuat banyak sekali tamu-tamu yang mendambakan hatinya. Tidak jarang, anak konglomerat melamar wanita ini saat dia beranjak usia delapan belas tahun, namun Becca menolaknya dengan halus.

Suatu ketika, dia pernah meringkuk di atas kasur sambil melihat semua hadiah-hadiah itu. Tatapannya tidak merasa puas, dia tak terlalu menginginkan itu semua, gamblangnya, hatinya tidak tersentuh sedikitpun untuk terbuka dan memberi rasa. Becca bingung, mengapa dia seperti ini.

Dirinya tak pernah sekalipun pacaran dengan siapapun, tak ada rasa dalam hatinya untuk memilih sang penghuni hati. Dalam ruang sunyi itu, dia bertanya pada dirinya sendiri, "Bec, apakah jatuh cinta butuh keahlian? Dan, kamu tidak berbakat dalam hal itu?"

Dia pikir, hatinya masih belum terampil untuk menunjukkan rasa untuk mencintai.

Dia pikir, getaran cinta itu tak bisa dia rasakan karena hatinya tak pernah diberi kursus tentang itu.

Dia pikir, perasaan mencintai itu harus dilatih dan tidak boleh menunggu saja seperti ini.

Wanita yang masih saja dengan posisi menyedihkan ini berpikir banyak hal dalam benaknya. Dia bahkan menduga-duga, bagaimana sebenarnya perasaan cinta itu? Apakah seenak makan eskrim satu galon? Ataukah, sama dengan perasaan saat naik komedi putar? Menyenangkan, kah?

Perasaan dicintai, sudah dia rasakan. Namun, hidupnya tidak terlalu menginginkan perasaan itu. Sekarang, dirinya sangat penasaran bagaimana rasanya untuk mencintai.

Tidak, dia tidak ingin perasaan sepihak. Becca menginginkan hal yang lebih, dia ingin merasakan hubungan mencintai dan dicintai. Dia ingin jatuh cinta dengan perasaan itu, namun sampai saat itu, Becca tak pernah mendapatkannya. Seolah, hatinya melarang untuk memberikan hati itu pada orang lain. Seakan, dirinya menunggu seseorang.

Apakah itu mungkin?

Sampai kapan aku harus menunggu?

Jika terlalu lama, mungkin hatiku akan kadaluwarsa.

Aku ingin merasakan itu segera.

.

.

.

Dari ringkuk itu, dia mencoba turun dari kasur dan mengambil satu buku romantis tentang perasaan cinta. Ada banyak kata-kata unik yang dia temui di buku itu. Namun, alisnya berkerut, Becca penuh dengan pendiriannya sendiri, dia menolak semua perkataan itu.

Saat pencinta memiliki cinta, dia akan merasakan perasaan yang menakjubkan. Bagaikan, dadanya penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan.

Bagaimana mungkin itu bisa? Kupu-kupu itu tidak akan bertahan, tubuh kita tak punya ruang untuk itu. Tak mungkin ada hewan terbang dalam diri ini. Dan juga, jika memang benar, aku tak ingin kupu-kupu, mereka hanya hidup satu hingga dua minggu. Jika cinta terasa seperti itu, bukankah waktunya terlalu sebentar untuk merasakan semua cinta?

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang