Yth. Freen Sarocha
Kami ingin menginformasikan bahwa penerbangan anda dari Bangkok ke New York bersama Thai Airways mengalami perubahan jadwal sehingga berangkat pada pukul 08.00 AM, Selasa, tanggal 16 April. Silakan periksa kembali detail penerbangan baru anda di link di bawah ini.
Semenjak pesan itu, Becca diam. Dia tak pernah lagi menatap kekasihnya tepat di matanya. Dia selalu bicara tanpa kontak mata, Becca tampak lebih gamang dari biasanya. Senyum yang dia gunakan pun terlihat penuh dengan kesedihan. Apalagi, koper biru itu sudah siap di-packing olehnya, perasaan Becca tambah kalut saat memasuki kamar. Namun, keluhan seperti, aku ingin ikut, aku tak ingin kamu tinggalkan sendirian di sini, sudah tak terdengar lagi. Becca berhenti mengeluh. Tapi tidak dengan hatinya.
Freen tak memaksa Becca untuk bersikap seperti biasanya dalam tiga hari ini, namun sekarang, dia tak bisa melihat Becca mengabaikan tatapannya lagi. Saat Becca selesai memasang sepatu dan berdiri, wanitanya ini melirik dirinya sejenak dan langsung buang muka sambil tersenyum, entah apa yang dia lihat, tapi Becca berkata, "Bright sudah menyiapkan pistol air, kita tidak usah membelinya lagi. Aku harap, hari ini kita bisa bersenang-senang." Tersenyum lagi dan sedikit menggigit bibir dalamnya. Becca menunggu balasan, tapi saat dia melirik kekasihnya sejenak, perasaannya merosot sangat jauh, tatapan Freen tak riang sama sekali. Tapi, dia tak bisa mengungkit masalah keberangkatan yang sangat cepat itu. Besok pagi Freen harus berangkat dari Bangkok, artinya, malam nanti Freen harus pergi. Memikirkan ini saja, hatinya tak bisa berkata-kata, seluruh dirinya menangis kali ini. Namun, matanya tidak. Becca menahan semua kesedihan itu.
Sedikit canggung, Becca bahkan tak menyentuh kekasihnya selama tiga hari ini. Dia selalu menghindar. Sekarang, dia tersenyum lagi dan buru-buru ingin keluar dari apartemen. Namun, saat tangannya memegang gagang pintu, perkataan Freen menghentikannya. Hatinya tambah pilu mendengar perkataan itu.
Si Pieris ini berkata dengan lembut, "Apa ini yang kamu mau? Membuatku merasa diabaikan sebelum pergi?"
Usaha untuk menahan tangisan itu tampak jelas di rahangnya kali ini, Becca tak ingin membuat warna Songkran menjadi biru. Dia ingin riang hari ini. Setidaknya, untuk hari ini saja. Sekarang, dia berbalik dan berkata dengan ringan, "Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku tidak pernah mengabaikanmu." Maksud Becca, aku selalu menjawab pertanyaanmu, membalas perkataanmu, dan semua yang kamu katakan.
Freen menatap sejenak, lalu dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Kamu mengabaikanku. Kamu mengabaikan tanganku setiap kali aku ingin memelukmu. Kamu sadar itu, kan?"
Tatapan Becca tak menatap mata yang menginginkan perhatian, dia hanya menatap tangan Freen dan lagi-lagi menahan dirinya untuk mendekat. Untuk alasan yang pasti, Becca marah dalam beberapa hari ini. Dia kesal dengan semua yang terjadi. Mengapa Freen harus pergi dengan cepat? Mengapa maskapai sialan itu tak merubah jadwal menjadi lebih lambat? Mengapa- Air matanya tak sengaja berlinang, Becca segera menyekanya. Dia tak ingin Freen mengusap air mata itu untuk dirinya.
Sekarang, Becca melihat Freen menurunkan tangannya sendiri. Mereka seharusnya pergi menuju lokasi perayaan Songkran kali ini. Lisa, TF, Bright dan dua dokter magang lainnya juga sudah berada di sana.
Melihat Becca yang masih seperti ini, Freen menghela napas ringan, dia berkata dengan lirih, "Kamu tau?" Dia menunjuk tengah dadanya dan mengatakan apa yang dia rasa, "Ini sangat sakit saat kamu mengabaikanku seperti ini. Aku tau kamu marah karena aku harus berangkat lebih cepat, aku sangat paham itu. Tapi, sayang..." Tidak hanya Becca, Freen juga tak membiarkan air mata masuk dalam percakapan ini walaupun seberapa sedih hati yang dia rasakan, "....ini bukan salahku. Aku juga tidak ingin pergi secepat ini." Freen melangkah perlahan dan berdiri tepat di depan istrinya yang masih saja tak melihatnya, "Jadi aku mohon, jangan seperti ini. Lihatlah aku, peluk aku, bukankah ini hari terakhir sebelum aku pergi? Kamu ingin kita berpisah-