.....
Usut demi usut, ternyata Ibu itu sudah diberi keringanan oleh pihak rumah sakit. Namun apa daya, uang yang baru dia lunaskan hanyalah untuk biaya pemeriksaan awal itu. Tuan Shon sebenarnya tidak setega itu untuk menyalip pendonor orang lain, itu bukan cara kerja sistem prioritas transplantasi ini, uang bukanlah hal yang bisa mendahului prioritas apa pun. Saat itu pihak rumah sakit sudah merasa pasien yang hidup dengan bantuan alat bantu ini sudah hampir dalam batas waktunya. Dalam waktu bersamaan, keluarga pendonor juga meminta agar anaknya yang menderita mati otak itu untuk segera dicabut alat bantu di tubuhnya, mereka ingin anaknya pergi dengan tenang.
Sementara Ibu yang mempunyai anak gagal jantung yang saat itu adalah prioritas utama tiba-tiba menyerah dan berkata, berikan saja kesempatan itu pada penerima donor yang lain, aku tidak tau lagi ke mana mencari uang sebanyak itu. Namun kata-kata tersebut dia jilat kembali saat suaminya merelakan aset yang mereka miliki untuk dijual semua. Dalam bersamaan, Tuan Shon yang diberi kesempatan itu sudah melunaskan semuanya, anaknya, Freen lah yang menjadi penerima donor prioritas kali ini. Namun ternyata, tanpa sepengetahuan dirinya, Freen membatalkan semua itu dan memberi kembali kesempatan tersebut pada Ibu yang berlutut dan memohon padanya.
Tanpa menunda, Tuan Shon amat marah. Dia tidak pernah semarah itu pada Freen selama ini. Dia benar-benar kesal dengan semua yang terjadi, mengapa Freen tidak menanyakan dulu semua itu pada dirinya dan dengan entengnya langsung membatalkan daftar utama penerima donor tersebut. Nahasnya, penerima donor itu segera dioperasi saat Freen membatalkannya. Sekarang, Tuan Shon merasa kekesalannya tak bisa diluapkan dengan leluasa, karena anaknya yang dia salahkan dari tadi hanya duduk dan diam saja di sofa kantornya. Dia melamun, dan tak banyak bicara. Sebab, Freen baru saja mendengar semua itu dari Ayahnya siang ini, tapi apa boleh buat, jantung yang diharapkan sudah menghuni tubuh orang lain.
Jujur, tak ada yang lebih kecewa daripada Freen kali ini, memang Ayahnya marah dan kesal, sedih ataupun jengkel. Tapi, perasaan Freen sangat campur aduk. Dia tak tau apakah yang dia lakukan ini memang tidak bisa dimaafkan? Freen hanya takut satu hal, tindakan gegabahnya ini disalahkan juga oleh kekasihnya. Pikirannya hanyalah, apa Becca akan marah juga jika aku menjelaskan semuanya sesuai dengan cerita aslinya? Apa dia akan merasa kecewa padaku karena aku membuang kesempatan untuk transplantasi? Namun tetap, Freen tidak tega saat melihat anak Ibu itu yang terbaring lemah dengan kaki yang cukup bengkak dan napas yang dibantu oleh alat medis saat itu.
Membelakangi Freen, Tuan Shon hanya bisa mengeluh dengan kata-kata pelan lainnya, tidak berteriak, "Ayah sudah sangat senang sebelumnya. Ayah kira, kamu tidak akan lagi menjalani hari yang berat. Ayah sudah membayangkan semuanya, ketika kamu bilang kalau kamu mau pergi keluar negeri dengan Becca, jalan-jalan ke tempat hiburan, mengajak Ayah dan keluarga Becca untuk ikut bersamamu pergi naik kapal. Ayah sudah memikirkan semuanya, Freen. Tapi apa?" Dia berbalik dan melihat Freen yang hanya diam itu, Tuan Shon mengepal tangannya dan berkata dengan kesal kali ini, "Jangan diam saja. Katakan sesuatu. Ayah benar-benar marah kali ini."
Freen tertegun, hatinya berat. Cukup lama dia berkata, "Ayah marah. Sedangkan aku? Bagaimana dengan aku?"
"....."
Freen mengingat wanita seumurannya yang tak berdaya itu, dia berkata, "Dia butuh penanganan secepatnya. Kondisinya lebih buruk dariku. Aku tau, semua orang khawatir tentang kesehatanku. Tapi, jika Ayah melihat wanita itu, Ayah akan bersyukur saat melihatku yang masih bisa berjalan, masih bisa naik lift ke kantor Ayah, masih bisa menulis dan membaca. Sedangkan dia," Sungguh, Freen iba melihat wanita itu, "Dia mungkin sangat kesakitan, lebih sakit daripada Freen. Dia tidak bisa jalan-jalan walaupun hanya sebatas halaman rumah. Dia bahkan tidak bisa membaca pesan singkat yang tidak terlalu penting," Air mata itu sudah mengaburkan matanya, Freen jujur kali ini, "Kesempatan itu memang sangat mewah. Freen tau, Freen salah. Tapi, Freen merasa apa yang aku lakukan kali ini benar, Yah. Dia mungkin akan sembuh dan jadi reporter yang terkenal nanti. Freen harap begitu."