"Anda membawa handuk sebanyak itu?" Bright tak percaya melihat banyak sekali handuk di dalam tas Lisa. Tas itu diletakkan di pinggir toko yang tertutup, di atas lantai.
Lisa tak menggubris dengan jawaban, dia hanya tersenyum dan mengambil satu handuk untuknya dan satu lagi untuk Bright. Ya, dia melempar handuk itu tanpa harus melihat ke arah Bright. Untunglah Bright cepat tangkap, dia tertawa kecil dan mengeringkan wajah dan menggunakan handuk itu untuk menutupi tubuhnya yang memang terasa kedinginan karena main tembak-tembakan sebelumnya.
Dokter tinggi ini mengeluarkan satu botol minuman yang tampak minimalis, mirip seperti botol tipis untuk minuman keras. Lalu, dengan santainya dia meminum air itu, dua kali teguk. Setelah itu, dia melihat sekeliling seperti mencari seseorang. Bright yang melihat botol minuman itu tak bisa menutupi rasa penasarannya, "Anda tidak kerja hari ini, Dok?"
"Hm?" Lisa sedikit bingung, lalu dia melihat lirikan Bright yang mencurigakan. Melihat itu, Lisa tertawa dan berkata, "Ini bukan alkohol, Bright. Ini teh akar valerian. Kamu pernah dengar?" Bright menggeleng, dia masih tak percaya kalau isi minuman itu adalah teh.
Namun, saat Bright pikir Lisa akan menjelaskan apa gunanya teh tersebut, Lisa malah menawarkan, "Mau coba? Ini cukup enak." Seketika Bright mundur dan menolak dengan gerakan tangannya.
Tak ada yang tau bagaimana Lisa menjalani hidup selama ini dan memang banyak sekali orang mempertanyakan, dok? Kenapa anda selalu bekerja di UGD? Kenapa anda tidak pernah ikut andil dalam ruang operasi? Bukankah anda dulunya adalah dokter spesialis otak di Bangkok Center? Tak ada yang berani mempertanyakan itu, mereka membiarkan saja dokter tinggi dari Bangkok ini bekerja di UGD siang dan malam.
Ya, Lisa melarikan diri. Dia tak berani untuk kembali ke Bangkok dan menjadi dokter spesialis neurologi di sana. Juga, teh tersebut, itu adalah minuman untuk mengurangi kecemasan.
Lisa meminum lagi teh itu dan menutupnya. Berbalik dan menunduk untuk memasukkan botol itu ke dalam tas, Lisa berkata, "Aku rasa targetmu dari tadi hanyalah Freen, kamu dendam pribadi, huh?" Dia bahkan tertawa kecil saat mengatakan ini, cara Bright menyiram tepat wajah Freen saat main air sebelumnya sungguh membuat Lisa berpikir, ini anak benar-benar tidak ada target yang lain.
Bright tertawa seru, dia mengangguk sambil mengeratkan handuk di tubuhnya, "Anda tidak salah, Dok. Aku rasa hari ini aku melampiaskan semuanya." Setelah mengatakan ini, senyum Bright malah pudar dan mengingat bagaimana Becca mengikat benang di tangan Freen sebelumnya, lalu dia berkata dengan suara yang pelan, "Apa yang dia pikirkan saat mengikat benang sebelumnya? Apa dia tidak tau kalau itu hanya perlu sekali saja?"
Lisa akhirnya duduk di samping tasnya, dia melihat ekspresi Bright yang jelas tak tau apa yang terjadi pada Freen. Sebab, Lisa mengerti apa yang Becca lakukan. Harapan Becca pasti hanyalah satu, Freen sembuh. Siapa pun yang tau riwayat penyakit Freen, mereka mengharapkan hal yang sama. Lalu, Lisa berkata, "Kalau aku katakan dia sudah putus asa, kamu paham perkataanku?"
"Putus asa?"
Lisa mengangguk, lalu dia berkata lagi, "Kamu tau Freen akan pergi besok ke New York?"
Mata Bright melebar, dia bahkan berjalan dua langkah cepat ke arah Lisa. "Serius?! Kenapa dia ke New York? Dia dapat kerjaan di sana? Becca ikut dengannya? Atau bagaimana? Anda tidak berbohong, kan?"
Dia tidak tau apa-apa ternyata. Lisa menghela napas, dia berdiri dan menepuk pundak Bright sekali, lalu dia berkata, "Jangan berpikir untuk merebut Becca dari Freen, kamu tidak punya kesempatan itu, Bright."
"Kapan aku ingin merebutnya, Dok!? Anda tidak menjawab pertanyaanku." Bright kesal sendiri. Tapi, perkataan Lisa selanjutnya membuat Bright terdiam.
Lisa berkata dengan nada ringan, "Freen sakit, dia harus berobat. Aku hanya bisa menjawab ini, aku rasa kamu tidak perlu tau tentang selanjutnya."