Chapter 25

3.1K 225 32
                                    

Obrolan berlangsung:

Sayang, mau dikasih kejutan bunga mawar atau bunga tulip?

Beb, itu tidak akan jadi kejutan lagi kalau kamu menanyakannya!


Aku pikir, mawar merah lebih bagus. Atau mungkin kamu mau bunga lavender? Ibuku sangat menyukainya, kamu tau kan?

Kamu tidak menanggapiku.


Oh. Itu. 
Aku rasa tak masalah untuk menanyakannya.
Terakhir kali aku beri kejutan, kamu benar-benar terkejut. 
Aku takut kamu marah lagi, Becky.

Freen! Itu berbeda! 

Aku tidak siap kamu ajak naik balon udara! 

Dan juga waktu itu, kamu hanya memintaku pergi sendiri, mana aku mau! 

Dan! 

Aku marah karena kamu berbicara pada wanita bule itu!


Oke tenang.
Jangan marah, itu sudah berlalu.
Dan juga, kamu bule, sayang. 
Jangan merasa minder. 

Aku tidak minder!

Iya, iya.
Jadi, bagaimana tentang bunga tadi?

....

Becca menghela napas, dia tak mau menjawab pertanyaan Freen. Sekarang dia menutup ponselnya sambil berjalan di lorong rumah sakit itu dan ngomel sendiri, "Dimana-mana kalau mau kasih bunga, mana ada yang nanya dulu seperti ini. Apa Freen sudah kehilangan kemampuan romantisnya?" Lagi, helaan napas terdengar kuat. "Minder? Hah! Aku cemburu, bukan minder."

'Freen menyebalkan,' gumamnya pelan. 

Becca teringat masalah itu, beberapa tahun yang lalu saat akhir pekan. Freen memberinya kejutan ulang tahun dengan membawanya ke Chiang Mai, menaiki Balloon Adventure. Tapi Freen tidak mau naik, dia bilang, dia takut mengambil resiko. Akhirnya, Becca juga enggan mau naik. Karena apa? Dia tak mau meninggalkan Freen dengan wanita yang sedari tadi melihat Freen dengan raut muka kesengsem. Ya, wanita bule.

Di tengah ingatan itu, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang, TF berlari kecil menghampiri koleganya ini. "Becca, tunggu aku."

Becca menoleh ke belakang sedikit, lalu mengabaikan saja. Dia berjalan lagi, namun sekarang TF menyamakan langkahnya dengan Becca, mereka berjalan beriringan. "Aku ke rumahmu malam tadi, kalian tampaknya tak ada di rumah?"

Sambil berjalan, Becca bertanya, "Ada apa, kenapa ke rumah malam-malam?" Dia memeriksa waktu di jam tangan kirinya, dia harus bergegas menemui dokter Tharn kali ini, TF juga. 

"Aku mau bicara dengan Freen." Jawab TF singkat, tanpa menoleh pada Becca. Dia fokus berjalan ke depan. 

Becca terhenti, dia bingung. "Bicarakan soal apa?" Becca khawatir tentang satu hal.

TF berbalik melihat Becca yang tak menyambung langkahnya, "Sesuatu. Mungkin nanti saja aku akan menemuinya. Kamu tidak keberatan kalau aku datang malam nanti? Aku hanya harus berbicara pada Freen sebentar."

Becca menatap agak lama, "Katakan padaku, kamu ingin membicarakan apa pada Freen. Aku tidak mau penasaran tentang ini." Setidaknya jangan katakan hal yang mengganggu suasana hati Freen

TF menghela napas, dia menggeleng saja, TF menolak menjawab itu. Lalu TF berkata sambil berbalik melanjutkan langkahnya, "Kamu tidak perlu tau, aku hanya ingin menemuinya. Itu saja." TF tau, Becca tak ingin mengatakan apa pun padanya jika dia menanyakan tentang penulis misterius tersebut langsung pada Becca. Dan juga, dia suka dengan cara Becca yang kesal karena penasaran. 

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang