Chapter 59

2K 248 39
                                    

.....

Hujan telah reda, tapi hatinya belum bercahaya. Tatapannya tak lagi melihat taman luas dan langit yang berangsur cerah di luar kaca sana, kedua mata itu melihat ponsel yang baru saja dia hidupkan beberapa jam yang lalu. Dia tau, keputusannya salah. Mengabaikan Becca dalam waktu dua minggu ini adalah salah. Tapi dia tak tau harus bagaimana dengan kehidupan yang dia jalani, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Freen tau itu. Oleh sebab itu, menjauh sejenak adalah satu pilihan yang tak akan menyakiti Becca. Tentang apa pun itu, Freen harap Becca tak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya sebelumnya.

Sekarang, dia tak bisa diam lebih lama. Senyum Becca malam tadi di dalam mimpinya, mengejarnya dengan tawa kecil yang menyenangkan, membuat hatinya merengek untuk bertemu walaupun hanya sebatas panggilan tatapan muka. Namun ternyata, Becca tak mengangkat panggilannya walaupun dia sudah menghubungi lebih dari sepuluh kali. 

Tapi sekarang, dia malah tersenyum lirih, Freen berkata dengan nada lemah itu, "Aku rasa aku dalam masalah besar." Senyumnya lembut, mata itu juga tampak indah. Tapi, tetap saja, wajahnya hanya cerah saat matahari perlahan meneranginya. 

Beberapa pasien dan wali terdekat berjalan di belakangnya, Freen melihat ke depan, kaca gedung, pantulan samar dari kedekatan pasien dan wali itu terlihat dari kaca itu. Freen tersenyum dan hanya menatap saja. Tak tau apa yang dia pikirkan, tapi kali ini dia melihat lagi ponsel itu dan berkata, "Angkatlah. Aku mau mendengar suaramu." Terpejam sesaat, Freen terkejut merasakan sesuatu di dadanya. Sekarang, dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Freen meletakkan ponsel itu di atas pangkuannya, kali ini tangan kirinya mengelus dadanya dengan lembut. 

Hingga seseorang datang dengan berjalan cepat dari belakang, rambut blonde yang tergurai itu tampak bergerak menyesuaikan langkahnya. Tatapannya sedikit cemas, lalu dia segera berlutut di depan Freen dengan ekspresi panik, Rose berkata, "Kenapa kamu bisa di sini sendirian? Aku bilang tunggu aku, aku panik dari tadi karena aku pikir kamu pergi seperti kemarin. Kenapa kamu selalu buat orang khawatir, huh?" Rose marah, tapi suaranya tak meninggi. 

Freen menatap Rose dengan air mata yang perlahan terbendung, dia sudah dimarahi beberapa minggu ini. Tapi, artian dari air mata itu hanyalah satu hal, Freen berkata dengan wajah yang bersedih, "Dia tidak mengangkat panggilanku, dia marah padaku."

Rose menghela napas ringan, dia pikir Freen malah kesakitan atau semacamnya, tapi ternyata hanya soal panggilan saja. Akhirnya, Rose berdiri dan melihat wajah sedih itu sejenak, lalu dia berkata dengan wajah tak ramah sedikit pun tersebut, "Itu salahmu sendiri. Siapa suruh kamu harus bersikap seperti ini. Emosional tidak jelas dan negative thinking. Aku sudah mengingatkanmu, dia pasti akan marah kalau tidak kamu telepon. Tapi kamu malah membuat kami berdua berbohong padanya. Sekarang, rasakan sendiri. Istrimu tak akan mungkin memaafkanmu, dia pasti akan marah dalam waktu yang lama dan membuatmu menderita sendirian di sini. Itu maumu dari awal, kan?" Rose benar-benar tidak menyaring perkataannya. Sebab, kali ini Freen malah menunduk dan terlihat menahan sedihnya. 

Dokter blonde ini menyibak rambutnya ke belakang dengan sedikit kesal, lalu dia mengeluarkan ponselnya, mengambil satu foto Freen dan cepat-cepat mengirim foto itu pada istrinya Pieris ini. Rose juga mengirim pesan pada Becca, dia nangis. Kamu tega melihatnya seperti itu? Jangan marah padanya, dia juga mengalami hari yang sulit. Setelah mengatakan ini, Rose melihat Freen dengan tatapan itu lagi, "Hapus air matamu. Dia akan menghubungimu sebentar lagi." Setelah itu, Rose mengeluarkan lipstik dari kantongnya dan mengulurkan lipstik itu pada Freen. 

Melihat itu, Freen yang baru saja menyeka air matanya hanya bisa melirik tangan kanannya dan cemberut. Dia berkata pada Rose, "Aku tidak bisa membukanya dengan tangan satu. Sekalian kalau bisa, pasangkan padaku." Mendengar itu, Rose segera menghela napas kesal lagi. Dia segera membuka lipstik itu dan sedikit menunduk untuk mewarnai bibir Freen yang benar-benar pucat tersebut. Setelah selesai, Freen sedikit menyatukan bibirnya untuk meratakan lipstik tersebut. 

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang