Chapter 38

2.9K 230 34
                                    

....Semua kita berjalan menuju ruang yang lebih sempit, waktu yang lebih singkat. Namun, pencapaian akan sesuatu menjadi satu kebanggaan tersendiri dalam hidup. Yaitu, berhasil menjalin ikatan yang lebih indah untuk dijalani bersama seseorang yang tercinta dan terkasih. Ya, ini tentang pernikahan. 

Pernikahan yang mungkin bukanlah kata abadi lainnya dalam kehidupan, namun tetap saja, siapa pun yang menjalaninya hanya ingin melakukannya satu kali dalam perjalanan hidup. Tak akan ada kedua kali, ataupun ketiga kali. Walaupun tak semua orang setuju dengan ini. Tapi menurutku, satu kali lebih romantis dan lebih berarti.

Kisah sedih ataupun bahagia akan terangkum menjadi satu di penghujung jalan nanti. Tak tau siapa yang akan mengulang kisah yang terlewati, apa dia atau aku. Itu tidak penting. Sebab, yang aku inginkan sekarang adalah merasakan semuanya. Sedih ataupun bahagia bersama dirinya. Setiap saat, setiap waktu. 

......

Cincin indah itu ikut menjadi saksi tulisan sang mantan penulis. Di kursi panjang depan taman Apartemen Grand Hua Hin, ditemani dengan angin yang berasal dari pantai ujung sana, Freen tak mengenal waktu ketika dirinya mendalami tulisan dari hati itu, dia tak akan tau, apakah langit sore sudah mengucapkan sampai jumpa pada matahari yang menerangi atau belum. Yang dia lihat kali ini adalah perasaan yang berubah menjadi kata, diuntai menjadi kalimat, dan disatukan dalam paragraf yang cukup enak untuk dibaca.

Seorang penulis, tetap penulis. Meskipun kata hiatus itu sudah dia sandang dalam beberapa hari ini, pikiran dan hatinya tetap menjalani rutinitas yang sama, memikirkan dan merasakan setiap perwakilan para kata di layar monitor itu. Hingga akhirnya suara ponsel berdering, saat itu juga Freen berkedip sadar bahwa ternyata hari sudah gelap. Tidak hanya itu, pikirannya juga langsung melupakan tulisan yang akan diketik, dan tergantikan dengan, Istriku pasti sudah pulang! 

Dia pikir, Becca yang menghubunginya kali ini, sambil menutup laptop dia menjawab panggilan itu dengan senyuman manis, "Iya sayangku?" Namun senyum itu pudar detik itu juga ketika dia mendengar suara lelaki tertawa terbahak-bahak kali ini. Hiss, Kirk. "Ada apa?!" Sekarang nada suaranya ketus. Freen segera membawa laptopnya dan berjalan pulang. Becca pasti sudah pulang. Ini hari magang pertamanya, dan yeah, Freen kebablasan duduk di tepi taman yang suasananya sangat indah ini. 

Walaupun suara ombak, pemandangan pantai, langit, dan pasir putih itu terabaikan dari tadi. 

Kirk tak henti-hentinya tertawa, Freen tak menjawab lagi. Dia masih menunggu perkataan lelaki penerbit ini tanpa menjeda langkahnya, dirinya tidak sabar menemui sang Istri tercinta. Di tengah tawa itu, Kirk berkata, 'Aku sudah umumkan kamu hiatus di website resmi hari ini. Semua orang kecewa, Freen. Kamu tidak ingin tunda dulu masa hiatus itu?'

Helaan napas terdengar, Kirk selalu begini. "Cari penulis lain untuk penerbitmu. Jangan paksa aku, tulisanku sedikit berbeda akhir-akhir ini. Aku rasa, aku butuh istirahat, cukup lama. Jangan buat nama pena si misterius motivator menjadi si penulis yang menyedihkan, Kirk." Jarak tempat Freen bersantai sebelumnya ke apartemen sedikit jauh. Juga, Becca lah yang memberi rekomendasi duduk di sini, katanya, kamu pasti akan menyukainya, aku pilih tempat yang bagus. Benar saja, Freen merasa nyaman duduk dan menulis sedari tadi. 

Kirk menjawab sedikit ragu, dia berkata lagi, 'Nam bilang, kamu punya banyak sekali draft yang bisa diterbitkan, Freen. Ayolah, beri itu saja untuk edisi selanjutnya. Aku yakin, tulisanmu-'

"Tidak mau. Jangan banyak bicara, aku tutup." Freen menutup panggilan itu sambil geleng-geleng kepala, dia bergumam, 'Bisa-bisanya dia mengincar draftku. Ada-ada saja, Kirk.' Setelah berbicara seperti ini, Freen tersenyum sambil berjalan, dia bahkan tertawa kecil, "Tapi apa boleh buat, dia calon Kakak Iparku." Semua terungkap ketika Nam tak mengajak siapa-siapa saat pernikahan kemarin, dan juga ternyata, Kirk selalu ingin berfoto di samping Nam, bahkan mereka berdekatan satu sama lain. Ketika Freen bertanya, 'Kalian pacaran?' Seketika masing-masing wajah, merah merona. Becca bahkan tercengang melihat reaksi itu dan ya, si calon dokter itu bahkan heboh sendiri akan temuan tiba-tiba itu. 

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang