Chapter 37

3.1K 240 37
                                    

Tibalah saat yang diinginkan... 

Menjalin ikatan di antara hati yang saling mencintai adalah salah satu bagian hidup yang diidamkan oleh semua orang. Bukan lagi sebuah hubungan yang semu, namun ini adalah satu jalan yang akan mereka tempuh untuk menetapkan janji agar bisa saling menjaga dalam ranah sesungguhnya. Tak ada lagi keraguan yang akan mengiringi hubungan itu, meskipun masalah tak akan pernah ingin berpisah di setiap waktu yang dilalui. Namun, sebuah ikrar yang akan diucapkan di khalayak ramai kelak akan memberikan keberanian di setiap hati yang merasakan, bahwa kamu milikku, dan aku milikmu, maka aku mohon, tetaplah bersamaku, dalam hidup dan matiku. 

Setia adalah ujian terbesar dalam hubungan yang terjalin dengan keseriusan. Namun, tak ada yang akan bertanya, apa kamu serius untuk selalu bersamanya setiap saat? Tak ada yang berani menanyakan itu dalam hubungan yang mereka bentuk hingga hari ini. Sebab, jika boleh, tiap hati berharap keabadian itu menyapa setiap raga mereka, dan dengan itu, tak ada lagi khawatir tentang waktu yang akan datang mengakhiri. 

Tak akan ada yang bisa melepaskan perasaan takut dalam hatinya akan bayang-bayang ditinggalkan di hari yang spesial ini. Tak ada yang bisa, selain kekasihnya. 

Becca sudah terlihat cantik dengan gaun yang telah dipilih tersebut. Sekarang, dia sedang melamun sembari menunggu untuk diantarkan ke tempat pesta pernikahannya, entah di mana itu, sementara Freen sudah berangkat dari tadi, dia yang duluan selesai make-up. Dalam lamunan tersebut, dia mengingat moment saat hatinya resah pagi tadi, yang mana Freen berhasil menuntaskan semua kegelisahan hatinya dalam waktu singkat.

......

Pagi sebelumnya...

Setelah mencuci muka dan sebagainya, Becca segera memeriksa kekasihnya dengan amat teliti. Tatapannya masih saja memancarkan kecemasan dan hatinya tak bisa berbohong bahwa dia takut pernikahan hari ini tak bisa berjalan dengan lancar. Gamblangnya, dia takut Freen malah tak membuka mata lagi. 

Tapi saat itu, senyum Freen terukir dengan lembut, matanya masih terpejam. Melihat gerak napas perut itu, Becca tau kekasihnya telah bangun. Freen berkata saat membuka matanya perlahan, "Sayang? Akhirnya hari ini datang juga." 

Becca menatap Freen cukup lama, memperhatikan apakah kekasihnya ini masih lelah atau semacamnya, namun yang dilakukan Freen seketika membuat kekhawatirannya hilang. Sang Pieris segera duduk, memeluk dirinya dan mengelus punggungnya dengan lembut seraya berkata dengan suara pagi yang khas, "Dengarkan aku kali ini." Freen tersenyum, dan berkata lagi, "Aku berjanji tidak akan pernah menyerah, khususnya hari ini. Jadi, jangan khawatir, aku bisa melewati hari ini untuk kita. Hm?" Freen menunggu tanggapan kekasihnya, namun Becca hanya mendekat lagi tanpa berkata apa pun. Freen tau, Becca masih saja takut. 

Lalu Freen memegang lengan Becca, menjauh sejenak. Tatapan itu terjaga, Becca masih saja seperti tadi. Ya Tuhan, dia masih saja khawatir. Hingga akhirnya Freen mendekat dan memberi satu kecupan di kening, lama. Becca terpejam dibuatnya, hatinya perlahan tambah sayang. Dalam mata yang terpejam itu, Becca berkata, "Karena kamu sudah berjanji, jadi jangan pernah mengingkari." Sekarang matanya terbuka perlahan saat Freen sudah selesai mengecup kening itu. Lalu dia berkata lagi, "Jika kamu mengingkarinya, aku akan marah dan mengejarmu, Freen." Ke mana pun itu.

Freen sebenarnya tak suka dengan perkataan mengejarmu, kesannya sedikit mengerikan, tapi karena suasana harus berubah lebih ringan, dia tertawa kecil dan berkata, "Kenapa? Kamu mau memukul kepalaku karena sudah ingkar janji?" 

Raut muka cemberut itu tampak kali ini, Becca tau Freen hanya ingin membuat hatinya leluasa. Sekarang dia menggeleng dan membantah, "Tidak. Aku tidak akan memukul kepalamu. Tapi aku akan menggigit bibirmu kuat-kuat karena sudah asal-asalan berjanji." Aman, Becca hanya bercanda. 

White Butterfly 2 [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang